Namo Buddhaya 🙏
{{Infobox Buddha
| name = Amitābha
| image = Berkas:Seated Amida Nyorai (Amitabha), Kamakura period, 12th-13th century, wood with gold leaf and inlaid crystal eyes - Tokyo National Museum - DSC05345.JPG
| caption = Patung Amitābha berlapis emas dengan bertatahkan mata kristal. [[Museum Nasional Tokyo]], [[Tokyo]], [[Jepang]]
| sanskrit_name = Amitābha, Amitāyus
| bengali_name = অমিতাভ Amitābho
| javanese_name = ꦄꦩꦶꦠꦴꦨ
| burmese_name =
| chinese_name = 阿彌陀佛 (Tradisional) / 阿弥陀佛 (Sederhana)<br />[[Pinyin]]: Ēmítuófó/Āmítuófó<ref>{{cite web|title=阿彌陀佛
| url= https://en.m.wiktionary.org/wiki/阿彌陀佛#Chinese}}</ref><br/>[[Wade-Giles]]: A-mi-t’uo Fo
| japanese_name = 阿弥陀仏 Amida Butsu<br/>阿弥陀如来 Amida Nyorai
| tibetan_name =འོད་དཔག་མེད་<br />''{{'}}od dpag med''<br />Ö-pa-me
| mongolian_name = ᠴᠠᠭᠯᠠᠰᠢ ᠦᠭᠡᠢ ᠭᠡᠷᠡᠯᠲᠦ<br /><small>Цаглашгүй гэрэлт</small><br /><small>Tsaglasi ügei gereltu</small><br />Одбагмэд ''Odbagmed''<br />Аминдаваа ''Amindavaa''<br />Аюуш ''Ayush''
| korean_name = 아미타불 Amita Bul
| vietnamese_name = A-di-đà Phật
| veneration = [[Mahayana]], [[Vajrayana]]
| attributes = Cahaya Tak Terbatas atau Cahaya Tak Terukur
| shakti = Pandara
| thai_name = พระอมิตาภพุทธะ<br />Phra Amitapha Phuttha
| preceded_by =
| succeeded_by =
}}
Teman-teman se-Dhamma yang berbahagia, sebagai umat Buddha, marilah kita membaca Kitab Suci Agama Buddha Tipitaka (Tripitaka).
[[Berkas:Buddha Amithaba.jpg|jmpl|Buddha Amitabha dalam Buddhisme Tibet, lukisan traditional Thangka.]]
Pada zaman dulu, sebelum adanya teknologi internet seperti sekarang ini, mungkin sangat sulit untuk mendapatkan Kitab Suci Agama Buddha, karena masih berbentuk fisik yang sulit dibawa kemana-mana, jumlahnya pun banyak dan tentunya berat, mungkin ratusan kilogram.
[[Berkas:Amitabha.png|jmpl|Lukisan Buddha Amitabha berdasarkan Keterangan Sutra Kehidupan Tanpa Batas ([[Hanzi]]: 佛說大乘無量壽莊嚴清淨平等覺經科註)]]
Sedangkan sekarang, dengan gadget handphone dan akses internet, Kitab Suci Agama Buddha dapat dibaca dimanapun dan kapanpun.
'''Amitābha''' ([[bahasa Sanskerta]]: अमिताभ, ''Amitābha'', {{IPA-hns|əmɪtaːbʱə|hi}}; ''Amitābho''; [[bahasa Mandarin]]: 阿彌陀佛, ''Ēmítuó Fó''; [[bahasa Jepang]]: 阿弥陀如来, ''Amida Nyorai''; [[bahasa Tibet]]: འོད་དཔག་མེད།, Ö-pa-me; [[bahasa Mongol]]: Одбагмэд ''Odbagmed'', Аминдаваа ''Amindavaa'', Аюуш ''Ayush''; [[Aksara Jawa|Jawa]]: ''ꦄꦩꦶꦠꦴꦨ'') adalah seorang [[Buddha]] surgawi yang dijelaskan dalam kitab suci [[Tripiṭaka]] aliran [[agama Buddha|Buddha]] [[Mahāyāna]]. Amitābha adalah buddha utama di sekte ''Tanah Murni'' yang berkembang terutama di [[Asia Timur]]. Menurut kitab ini, Amitābha menjadi Buddha dikarenakan dari perbuatan baik atas kehidupan masa lalu yang tak terhitung jumlahnya sebagai [[Bodhisattva]] bernama '''Dharmakāra'''. "Amitābha" dapat diterjemahkan sebagai "Cahaya tidak terbatas", karena itu Amitabha sering disebut sebagai "Buddha dengan Cahaya tidak terbatas".
Sebelumnya, mungkin kita hanya mendengar dari guru atau orang lain tentang ajaran Buddha. Yang kemungkinan besar kurang lengkap dan bahkan mungkin tidak sesuai dengan ajaran Buddha yang sebenarnya.
== Doktrin ==
Untuk itu, kita perlu sangat menghargai kemudahan yang ada sekarang ini untuk dapat mengakses Kitab Suci Agama Buddha.
Menurut '''[[Sutra Kehidupan Tanpa Batas]]''' atau '''Sutra Agung Kehidupan Tak Terhingga''' (Mahāyāna Amitāyus Sūtra), Amitābha dulunya, pada masa yang sangat lampau dan kemungkinan pada solar sistem yang lain, seorang ''bhikku'' bernama Dharmakāra. Pada beberapa versi dari [[Sutra (kitab)|sūtra]], Dharmakāra digambarkan sebagai mantan raja yang, setelah mendengar [[Agama Buddha|ajaran]] dari Buddha Lokesvararaja, meninggalkan tahtanya. Ia kemudian berketetapan hati untuk menjadi seorang Buddha dan memiliki sebuah ''{{IAST|[[buddhakṣetra]]}}'' ("tanah suci Buddha", suatu alam yang terdapat di alam semesta primordial di luar [[Alam semesta#Definisi Yang Dikaitkan Ruang dan Waktu|Ruang dan Waktu]] biasa, dihasilkan dari kumpulan pahala yang dikumpulkan sang Buddha) di mana segala isinya sempurna. Ketetapan hati tersebut tertuang dalam '''48 Sumpah Amitabha''', menggambarkan jenis tanah suci Buddha seperti apa yang diaspirasikan oleh Dharmakāra, persyaratan seperti apa agar dapat terlahir di sana, dan wujud setiap makhluk yang terlahir di sana.
Pada zaman dulu ketika belum ada kendaraan seperti mobil atau pesawat terbang, Kitab Suci Agama Buddha dicari dan hanya dapat dibawa menggunakan Kuda, sehingga tidak mungkin membawa lengkap semua buku, karena begitu banyak khotbah-khotbah Sang Buddha selama 45 tahun membabarkan AjaranNya.
Membaca Kitab Suci Agama Buddha menjadi penting bagi kita untuk mengetahui dengan baik dan benar apa itu Ajaran Buddha.
Pada versi [[Sutra (kitab)|sūtra]] yang dikenal luas di [[RRC|China]], [[Vietnam]], [[Korea]], dan [[Jepang]], Sumpah ke-18 Dharmakāra adalah bahwa setiap makhluk di alam semsta manapun yang ingin terlahir di Tanah Suci Amitābha dan menyebut namanya bahkan hanya sebanyak 10 kali akan dipastikan untuk terlahir kembali di sana. Sumpah ke-19 menjanjikan bahwa, bersama dengan para [[Bodhisatwa]] dan makhluk suci lainnya, akan muncul di hadapan mereka yang menyebut namanya pada saat menjelang kematian. Keterbukaan dan penerimaan terhadap semua manusia tanpa terkecuali membuat Aliran Tanah Suci memiliki pengaruh besar terhadap [[Mahāyāna|Mahāyāna Buddhisme]]. Aliran Tanah Suci awalnya menjadi populer di barat laut [[India]]/[[Pakistan]] dan [[Afganistan]], selanjutnya menyebar sampai ke [[Asia Tengah]] and [[China]].
Setelah mengetahui dan memahami Ajaran Agama Buddha dengan membaca Kitab Suci yang menjadi Landasan Agama Buddha, maka kita dapat mengetahui pula bila ada ajaran-ajaran yang mungkin selama ini kita anggap ajaran Buddha namun ternyata bukanlah ajaran Buddha.
Dengan demikian kita juga dapat menentukan pilihan, apakah Agama Buddha adalah agama yang ingin kita anut atau tidak.
Sūtra tersebut juga menjelaskan bahwa Amitābha, setelah mengumpulkan kebajikan yang sangat besar selama sejumlah kehidupan yang tak terhingga, akhirnya mencapai Kebuddhaan dan hingga sekarang masih berdiam di tanah sucinya yaitu Sukhāvatī, yang digambarkan memiliki banyak kebaikan dan kegembiraan.
Bila kita sudah memilih agama Buddha sebagai agama yang kita anut, maka kita seharusnya menghormati Buddha, menghormati Kitab Suci Agama Buddha sebagai dasar ajaran dan menghormati Sangha.
Doktrin dasar mengenai Amitābha dan sumpah-sumpahnya ditemukan pada tiga kanonikal teks Mahāyāna:
Mencermati adanya pihak-pihak yang mengaku sebagai umat Buddha atau aliran Buddha, namun pada realita kehidupan sehari-harinya tidak menunjukkan penghormatan kepada Buddha, tidak mengakui Kitab Suci, dan tidak menghormati Sangha atau sama sekali tidak memiliki Sangha; maka sebagai umat Buddha kita berkewajiban untuk memberikan koreksi kepada mereka.
* ''[[Sutra Kehidupan Tanpa Batas]] (Sutra Panjang Sukhāvatīvyūha)''
* ''[[Sutra Amitabha]] (Sutra Pendek Sukhāvatīvyūha)''
* ''[[Sutra Perenungan]] (Sutra Amitāyurdhyāna)''
Perpecahan Sangha pada masa lampau yang dipimpin oleh murid Buddha yang berkhianat yaitu Devadatta, masih dapat kita saksikan pengaruhnya sampai saat ini.
Melalui usahanya, Amitābha menciptakan "Tanah Suci" (净土, pinyin: ''jìngtŭ''; Jepang: ''jōdo''; Vietnam: ''tịnh độ'') yang disebut ''Sukhāvatī'' ([[Bahasa|Sanskerta|Sanskrit]]) atau "Tanah Kebahagiaan"). Sukhāvatī berlokasi jauh di barat di luar tata surya kita. Dengan kekuatan sumpahnya, Amitābha membuatnya memungkinkan bagi siapapun yang menyebut namanya untuk [[Reinkarnasi|terlahir kembali]] pada alamnya, memperoleh bimbingan [[dharma]] dari dirinya demi mencapai [[Bodhisatwa|kebodhisatwaan]] dan pada akhirnya [[Buddha|kebuddhaan]] (tujuan akhir Mahāyāna Buddhisme). Dari sana, para Bodhisatwa dan Buddha tersebut akan kembali ke bumi untuk menolong lebih banyak makhluk.
Dapat kita ketahui bahwa di dalam Kitab Suci Agama Buddha, Aṅguttara Nikāya 1.277 serta literatur menyatakan hanya mungkin ada satu Buddha yang muncul untuk satu masa Dhamma. Tetapi ternyata ada orang-orang yang mengakui Buddha lain selain Buddha Gotama atau Buddha Sakyamuni. Ini dapat kita ketahui dari ucapan mereka, bukannya Namo Buddhaya, tetapi Namo-Namo lainnya, yang akan menghilangkan Namo Buddhaya sebagai ungkapan penghormatan kepada Buddha.
Di banyak Sutta seperti Aṅguttara Nikāya 4.68, Aṅguttara Nikāya 8.7, Samyutta Nikaya 6.12, Itivutaka 89, dan banyak literatur lainnya yang menyatakan tentang Devadatta sebagai seorang yang jahat, yang pikirannya dipenuhi oleh kejahatan. Tetapi ternyata ada orang-orang yang mempercayai Sadharmapundarika Sutra yang isinya berusaha memulihkan citra Devadatta. Kita perlu memahami bahwa ada Sutra-Sutra Palsu yang diciptakan oleh para pengikut Devadatta.
Amitābha adalah [[Buddha]] cinta kasih tanpa batas. Dia tinggal di barat (digambarkan dalam posisi meditasi) dan berupaya untuk mencerahkan setiap makhluk (digambarkan dalam posisi memberi berkah). Teknik paling penting yang dia ajarkan adalah memvisualisasikan seluruh alam di sekitar sebagai tanah suci. Siapapun yang melihat dunianya sebagai tanah suci akan membangkitkan energi pencerahannya. Dunia dapat terlihat sebagai tanah suci dengan jalan menyatukan pikiran-pikiran positif (pikiran pencerahan) atau dengan mengirimkan cinta kasih kepada semua makhluk (berharap semua makhluk berbahagia). Menurut doktrin Amitabha, seseorang dapat datang ke tanah suci Amitābha jika pada saat menjelang kematiannya, mereka memvisualisasikan Amitābha bercahaya terang seperti matahari tepat di atas kepala mereka, mengulang-ulang nama dia sebagai mantra dan melepaskan jiwa (kesadaran) melalui cakra mahkota.
Di Angutara Nikaya 1.187 s.d. Aṅguttara Nikāya 1.267 dapat kita ketahui para Ariya, Murid-Murid Buddha yang terkemuka, seperti Yang Mulia Sariputta yang terkemuka dalam Kebijaksanaan, dan Yang Mulia MahaMoggallana yang terkemuka dalam Kesaktian. Mereka dinyatakan sebagai dua Murid Utama oleh Buddha. Tetapi ternyata ada orang-orang yang mempercayai Vimalakirti Sutra, Prajna Paramita Hrdaya Sutra, yang isinya berusaha merendahkan Murid-murid Buddha tersebut.
=== Wajrayāna Buddhisme ===
Amitābha juga dikenal di [[Tibet]], [[Mongolia]], dan wilayah lain yang mempraktikkan [[Wajrayana|aliran Buddhisme Tibet]]. Pada kelas yoga tantra tertinggi [[Wajrayana]] Tibet, Amitābha disebutkan sebagai salah satu dari [[Lima Buddha Kebijaksanaan|Lima Dhyāni Buddha]] (bersama dengan [[Akshobhya|{{IAST|Akṣobhya}}]], [[Amoghasiddhi]], [[Ratnasambhava]], dan [[Vairocana]]). Dia diasosiasikan dengan arah barat dan ''[[khandha|skandha]]'' dari ''{{IAST|saṃjñā}}'', ''kebijaksanaan membedakan dan kesadaran mendalam'' masing-masing individu. Pasangan dia adalah Pāṇḍaravāsinī.<ref>[http://web.archive.org/20090115194843/www.geocities.com/amitabha48vows/d.htm|work=|archiveurl=http://www.webcitation.org/5knAkPVWw|archivedate=2009-10-25|deadurl=yes The Great Compassion Mantra - Namo Amitabha]</ref><ref>Kaykeys.net. 7 Februari 2005. Unduh = 7 November 2012. [http://kaykeys.net/spirit/buddhism/bardo/4thday.html Bardo: Fourth Day]</ref><ref>[http://buddhism.kalachakranet.org/5_dhyani_buddhas.html Symbolism of the five Dhyani Buddhas]</ref><ref>Himalayanmart.com. Unduh= 7 November 2012. [http://www.himalayanmart.com/pandara.php Pandara is said to be the Prajna of Amitabha Buddha. Pandara is the same in essence with Buddha Amitabha]</ref><ref>Nationsonline.org. 4 Juni 2011. Unduh= 7 November 2012. [http://www.nationsonline.org/oneworld/Chinese_Customs/Guan_Yin.htm Guan Yin - Bodhisattva/ Goddess of Compassion]</ref> Alamnya disebut ''Sukhāvatī'' (Sanskrit) atau ''Dewachen'' (Tibetan). Dua muridnya yang utama (sebagaimana [[Buddha Sakyamuni]] yang juga memiliki dua murid utama) adalah [[Bodhisatwa]] Vajrapani dan [[Avalokiteshvara]], Vajrapani di sisi kiri dan Avalokiteshvara di sisi kanan. Pada Buddhisme Tibet, terdapat sejumlah doa terkenal agar terlahir kembali di Sukhāvatī (Dewachen). Salah satunya adalah yang ditulis oleh '''Je Tsongkhapa'' atas permintaan on the request of [[Manjusri|Manjushri]].
Di Abhidhamma Pitaka dan banyak Sutta dapat diketahui bahwa Buddha mengajarkan tentang 31 Alam Kehidupan dan Nibbana sebagai Tujuan Tertinggi. Tetapi ada orang-orang yang mempercayai alam lain sebagai Tujuan Tertinggi dan mengatas-namakan sebagai Buddhisme.
'''Panchen Lama''' dari Tibet<ref>''Tibet is My Country: Autobiography of Thubten Jigme Norbu, Brother of the Dalai Lama as told to Heinrich Harrer'', p. 121. Terbitan pertama di Jerman pada tahun 1960. Terjemahan Inggris oleh Edward Fitzgerald, dipublikasikan tahun 1960. Print ulang, dengan penambahan bab baru, (1986): Wisdom Publications, London. ISBN 0-86171-045-2.</ref> dan '''Shamarpa'''<ref>Unduh= 21 Oktober 2007. [http://www.diamondway.org/whitewater/new-teachers.html Teachers: Shamar Rinpoche]</ref><ref>[http://web.archive.org/web/20071030191810/http://www.diamondway.org/whitewater/new-teachers.html Unduh= 30 Oktober 2007]</ref> dipercaya sebagai emanasi Amitābha.
Buddha sejak mencapai Pencerahan Sempurna sampai Parinibbana, selalu dan hanya mengajarkan tentang Jalan Mengakhiri Penderitaan, yaitu Jalan Mulia Beruas Delapan. Tetapi ada orang-orang yang menciptakan konsep Jalan mereka sendiri, seperti Jalan Bodhisatva yang tidak realistis bagi umat Buddha.
Dia sering dipanggil di [[Tibet]] sebagai Buddha ''Amitābha'' –terutama dalam praktik meditasi '''Phowa'''- atau sebagai ''Amitāyus'' –terutama pada praktik yang berhubungan dengan umur panjang dan mencegah kematian sebelum waktunya.
Teman-teman se-Dhamma yang berbahagia, kemelekatan-kemelekatan yang didasari oleh Identitas; baik Identitas Kebangsaan maupun Identitas Gender atau Jenis Kelamin, kemelekatan pada Perolehan, kemelekatan pada Fenomena Pikiran, adalah sebab-sebab dari penciptaan-penciptaan dan distorsi pada Ajaran Buddha.
Pada Vajrayāna jepang atau '''Shingon''', Amitābha dipandang sebagai salah satu dari ''13 Buddha'' yang dihormati. Shingon, sebagaimana Buddhisme Tibet, juga menggunakan berbagai mantra devosi khusus kepada Amitābha, meskipun masing-masing mantra digunakan untuk manfaat berbeda. Amitābha juga merupakan salah satu Buddha yang muncul di '''Mandala Garbhadhatu''' untuk ritual Shingon, duduk di sisi barat di mana Tanah Suci Amitābha berada.
Demi kelangsungan Dhamma agar bertahan lama, agar dapat memberikan manfaat bagi generasi-generasi yang akan datang, demi mereka yang mencari Dhamma untuk dapat mengakhiri penderitaan, untuk dapat mencapai Nibbana, maka kita sebagai umat Buddha seharusnya menjaga dan melestarikan Dhamma.
=== Mantra ===
Amitābha merupakan pusat dari sejumlah mantra dalam praktik [[Wajrayana]] Buddhisme. Bentuk [[Sanskerta|Sanskrit]] dari mantra Amitābha adalah {{lang|sa|ॐ अमिताभ ह्रीः}} ([[Dewanagari]]: {{IAST|''oṃ amitābha hrīḥ''}}), yang dieja pada versi Tibetnya sebagai ''Om Ami Dewa Hri'' (Sanskrit: oṃ amideva hrīḥ). Dalam [[bahasa Jepang]], Shingon Buddhisme, mantra Amitabha adalah ''On Amirita Teizei Kara Un'' yang menampilkan bentuk Indic ''{{IAST|oṃ amṛta-teje hara hūṃ}}''.
Mari membaca dan mempelajari serta memahami Kitab Suci Agama Buddha, sehingga kita tidak lagi bingung tentang apa itu Ajaran Buddha.
Selain mantra-mantra di atas, banyak sekolah Buddhis menyebut Amitābha dengan nama ''Nian Fo'' (念佛) dalam bahasa China dan ''Nembutsu'' dalam bahasa Jepang.
Bila menemukan orang-orang yang mendistorsi agama Buddha, maka setiap umat berhak dan memiliki kewajiban untuk memberikan koreksi kepada mereka.
Kitab Suci Agama Buddha dapat dibaca dalam berbagai bahasa, tersedia di berbagai website, salah satunya adalah SuttaCentral.net
== Nama dalam Berbagai Bahasa ==
[[Berkas:Museum of Ethnology Vienna 001 retouched.jpg|jmpl|Patung Buddha Amitābha (Mongolia, Abad ke-18 Masehi)]]
Terima kasih,
Akar kata dari nama Amitābha dalam [[Bahasa Sanskerta]] adalah ''{{IAST|Amitābha}}'', maskulin, dan bentuk nominatif singularnya adalah ''{{IAST|Amitābhaḥ}}''. Ini merupakan penyusun kata Sanskrit ''amita'' ("tanpa batas, tak terhingga") dan ''ābhā'' ("cahaya, kemilau"). Dengan demikian, nama tersebut dapat diinterpretasikan sebagai "ia yang memiliki cahaya tanpa batas, ia yang kemilaunya tak terhingga".
Semoga bermanfaat 🙏
Namo Buddhaya 🙏
Nama ''Amitāyus'' (bentuk nominatif ''{{IAST|Amitāyuḥ}}'') juga digunakan untuk wujud '''Sambhogakāya''' Amitabha, terutama yang berkaitan dengan umur panjang.<ref>Rigpa Wiki. Unduh=7 November 2012. [http://www.rigpawiki.org/index.php?title=Amitayus Amitayus]</ref> Dia sering kali digambarkan dalam posisi bersila dan membawa mangkuk berisi nektar keabadian. Amitayus juga merupakan salah satu dari tiga makhluk suci yang berkaitan dengan panjang umur, selain [[Tara (Bodhisatwa)|Tara Putih]] dan Ushnishavijaya. ''Amitāyus'' merupakan gabungan dari ''amita'' ("tak terhingga") dan ''āyus'' ("hidup"), sehingga memiliki arti "Ia yang usianya tanpa batas".
Buddha Amitabha dalam [[Rumpun bahasa Tionghoa|bahasa China]] diterjemahkan menjadi ''Āmítuó Fó'' (阿彌陀佛), di mana Āmítuó menampilkan tiga aksara ''Amitābha'' atau ''Amitāyus'', dan Fó adalah bahasa China untuk Buddha (diambil dari suku kata pertama Buddha dalam bahasa Sanskerta). Nama Amitābha disebut sebagai Wúliàngguāng (無量光; "Cahaya Tanpa Batas"), sementara nama Amitāyus sebagai Wúliàngshòu (無量壽; "Usia Tanpa Batas"). Kedua nama yang terakhir itu jarang digunakan.
[[Bahasa Vietnam]], [[bahasa Korea]], and [[bahasa Jepang]] juga menggunakan huruf mandarin untuk Amitabha, meskipun dilafalkan sedikit berbeda:
* Vietnam: ''A-di-đà Phật''
* Korea: ''Amit'a Bul''
* Jepang: ''Amida Butsu''.
Dia juga disebut ''Amida Nyorai'' (阿弥陀如来) dalam bahasa Jepang, memiliki arti "Amitābha Sang [[Tathagata|Tathāgata]]". Dalam [[bahasa Tibet]], Amitābha disebut '' 'od.dpag.med'' dan Amitāyus sebagai ''tshe.dpag.med''.
== Ikonografi ==
[[Berkas:Chinese temple bouddha.jpg|jmpl|kiri|Altar milik sebuah kuil di Taiwan menampilkan Buddha Amitābha ditengah, diapit oleh Mahāsthāmaprāpta di kiri Buddha dan [[Kuan Im|Guānyīn]] di kanan]]
Semua Buddha digambarkan memiliki wujud yang sama sehingga orang awam mungkin tidak dapat membedakan mereka. Masing-masing Buddha bisa dibedakan dari sikap [[mudra]]nya: Amitābha sering digambarkan, saat bersila, menampilkan mudrā meditasi(kedua ujung ibu jari saling bersentuhan dan jari-jari yang lain saling menumpang) atau mudrā pemberkatan. Mudrā ''menyentuh bumi''(tangan kanan menunjuk ke bumi) hanya digunakan untuk [[Buddha Sakyamuni]] saja. Dia juga ditampilkan membawa setangkai lotus sambil menampilkan mudra meditasi.
Juga ada perbedaan antara penggambaran Amitayus dan Amitabha, meskipun keduanya merupakan satu pribadi. Sutra yang menuliskan penjelasan Buddha Shakyamuni tentang kemegahan tanah suci Sukhavati menyebutkan bahwa Buddha yang memimpin terkadang disebut Amitabha dan terkadang Amitayus. Saat ditampilkan sebagai Amitayus, ia digambarkan berpakaian indah serta dihiasi berbagai permata, sementara sebagai Amitabha ditampilkan memakai pakaian sederhana [[biksu]]. Foto patung berwarna keemasan pada artikel ini merupakan penggambaran Amitayus yang mengenakan mahkota berujung lima, yang merupakan cara termudah untuk membedakannya dengan penggambaran Amitabha. Amitayus adalah emanasi Amitabha. Amitabha merupakan kepala dari keluarga Lotus, sementara Amitayus bukan.<ref>Images of Enlightenment by Landlaw and Weber, pages 75, 80, 96</ref>
Saat berdiri, Amitābha selalu digambarkan dengan tangan kiri mengarah ke bawah dengan ibu jari menyentuh sisi dalam keempat jari, tangan kanan di depan tubuh dengan posisi jari yang sama. Maksud dari [[mudra]] ini adalah kebijaksanaan (disimbolkan dengan tangan yang terangkat) dapat diakses bahkan oleh makhluk berderajat paling rendah, sementara tangan yang mengarah ke bawah menunjukkan bahwa cinta kasih Amitabha diarahkan pada makhluk-makhluk rendah yang tidak dapat menolong diri mereka sendiri.
Jika tidak ditampilkan sendiri, Amitābha selalu digambarkan dengan dua pendamping: [[Kwan Im|Avalokiteśvara]] di kanan dan Mahāsthāmaprāpta di kiri.
Dalam [[Wajrayana]], Amitābha merupakan Buddha paling tua di antara para Dhyani Buddha. Warna merah dia berasal dari bija-aksara ''hrih''. Ia menampilkan elemen kosmis "Sanjana". Tumpangan dia adalah burung merak. Dia mengenakan [[Mudra|Mudra Samadhi]] di mana kedua telapaknya mengarah ke atas, yang satu di atas yang lain, ditumpangkan di atas pangkuan. Bunga lotus merupakan lambangnya. Saat ditampilkan dengan stupa, dia selalu menghadap arah barat. Amitabha dipuja oleh setiap umat yang mengharapkan pembebasan (pencerahan). Terkadang dia digambarkan memegang sebuah mangkuk persembahan (''patra'') dalam posisi tubuh yang sama (bersila).
Dalam aliran [[Mahayana]], [[Kwan Im|Avalokiteśvara]] beremanasi dalam wujud pria atau wanita. Pada Shin Buddhisme, dia dipanggil "Kannon" dan dalam Buddhisme China dipanggil ''Guānyīn''.{{cn|date=December 2011}} Hal tersebut disebabkan sang Bodhisatwa ingin menolong semua makhluk yang tidak mungkin bisa dicapai dengan hanya mengenakan satu wujud, karena setiap makhluk membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk mencapai pembebasan sempurna (pencerahan). Wujud tersebut bisa berupa pria, wanita, welas, garang, dan sebagainya.
== Penelitian Arkeologis ==
[[Berkas:longmen-hidden-stream-temple-cave-amitabha.jpg|jmpl|Pahatan Amitābha dari [[Dinasti Tang|Dinasti Táng]] Kuil Gua Hidden Stream Temple, [[Gua Longmen]], China]]
Penemuan [[epigrafi]] paling tua untuk Amitābha adalah bagian bawah dari patung yang ditemukan di Govindnagar, Pakistan, dan sekarang disimpan di Museum [[Mathura]]. Patung tersebut diperkirakan berasal pada "tahun ke 28 pemerintahan [[Huvishka|{{IAST|Huviṣka}}]]" (sekitar paruh terakhir abad kedua SM, pada periode [[Kekaisaran Kushan|Kekaisaran {{IAST|Kuṣāṇa}}]]), dan didedikasikan kepada "Buddha Amitābha" oleh sebuah keluarga pedagang.<ref>[http://old.ykbi.edu.tw/htm/ykbi16/ykbi16_1.pdf On the origins of Mahayana Buddhism]</ref>
[[Sutra (kitab)|Sutra]] paling awal yang menyebutkan Amitābha adalah terjemahan China dari ''Pratyutpanna Sūtra'' oleh biarawan {{IAST|Lokakṣema}} dari {{IAST|Kuṣāṇa}} sekitar tahun 180 M. Terjemahan ini dikatakan merupakan asal mula praktik aliran Tanah Suci di [[RRC|China]].
Berdasarkan bentuk literatur dan pahatan patung yang tersisa dari akhir abad kedua, diduga bahwa doktrin Amitābha kemungkinan berkembang selama abad pertama dan kedua Masehi. Juga terdapat patung-patung Amitabha yang menampilkan Dhyani Mudra serta patung perunggu Amitabha dalam posisi Mudra Abhaya dari masa [[Kerajaan Gandhara]] dari abad pertama Masehi yang menunjukkan popularitas Amitabha pada saat itu. Salah satu dari patung doa Amitabha yang terakhir dapat ditemukan sebagai batu hitam khas dari [[Kemaharajaan Pala]], yaitu kerajaan Buddhis terakhir di India yang kehilangan pengaruhnya pada abad XII Masehi setelah masuknya Islam.
== Catatan Kaki ==
{{reflist}}
{{Topik Buddhisme}}
{{buddhisme-stub}}
[[Kategori:Buddhisme]]
[[Kategori:Mahayana]]
|