Permesta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 23:
=== Upaya sebelum proklamasi ===
 
Pada awal tahun 1957, pimpinan daerah di Makassar baik dari pemerintah dan dari militer mengunjungi Jakarta. Pada bulan Januari 1957, [[Saleh Lahade|Letkol Muhammad Saleh Lahade]] dan [[M. Jusuf|Mayor Andi Muhammad Jusuf Amir (M. Jusuf)]] bertemu dengan [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat|KASAD]] [[Abdul Haris Nasution|Jenderal Abdul Haris Nasution]].<ref>[[#harvey|Harvey (1977)]], hlm. 44.</ref> Pada waktu itu, Lahade adalah Kepala Staf Komando Pengamanan Sulawesi Selatan Tenggara (Ko-DPSST), sedangkan M. Jusuf adalah Komandan Resimen Infanteri Hasanuddin (RI-Hasanuddin).<ref>[[#usman|Usman (2010)]], hlm. 150, 156.</ref> Kemudian pada bulan Februari, [[Gubernur Sulawesi]] [[Andi Pangerang Pettarani]] bertemu dengan [[Ali Sastroamidjojo|Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo]] dan [[R. Sunarjo|Menteri Dalam Negeri R. Sunarjo]].<ref>[[#harvey|Harvey (1977)]], hlm. 41–42.</ref><ref>[[#turner|Turner (2017)]], p. 177.</ref> Pangerang mendesak pemerintah pusat untuk mengupayakan otonomi yang lebih besar untuk daerah di Indonesia timur. Selain otonomi yang lebih besar untuk tingkat daerah, juga pembagian pendapatan pemerintah yang lebih banyak untuk daerah guna pelaksanaan proyek-proyek pembangunan lokal.<ref>[[#harvey|Harvey (1977)]], hlm. 42.</ref> Sedangkan perwakilan militer dari Makassar berusaha mendesak pimpinan TNI Angkatan Darat (TNI-AD) untuk mendukung hal-hal yang sama yaitu otonomi daerah yang lebih besar dan pembagian pendapatan yang akan digunakan untuk pembangunan daerah setempat. Selain itu, mereka juga meminta agar Ko-DPSST yang berada di bawah naungan langsung dari Markas Besar TNI-AD (daripada di bawah Tentara dan Territorium VII (TT-VII) yang bermarkas di Makassar) segera digantikan dengan sebuah Komando Daerah Militer (KDM).<ref>[[#harvey|Harvey (1977)]], hlm. 44.</ref>
 
Pada akhir bulan Februari 1957, Andi Burhanuddin dan Henk Rondonuwu sebagai delegasi dari pemerintah Provinsi Sulawesi berangkat ke Jakarta sebagai upaya terakhir untuk mendesak pemerintah pusat tentang hal-hal yang dibicarakan bulan sebelumnya. Selain mereka, Panglima TT-VII [[Ventje Sumual|Letkol Ventje Sumual]] juga mengunjungi Jakarta untuk tujuan yang sama dan untuk bertemu dengan perwira-perwira yang simpatik terhadap usaha mereka.<ref>[[#turner|Turner (2017)]], p. 177.</ref> Pada tanggal 1 Maret 1957, Sumual bersama Burhanuddin dan Rondonuwu kembali ke Makassar karena upaya mereka tidak berhasil. Sebelumnya pada tanggal 25 Februari 1957, telah terjadi rapat pimpinan pemerintah dan militer di Makassar untuk merencanakan proklamasi Permesta bila tidak ada tanggapan konkrit dari pemerintah pusat.<ref>[[#harvey|Harvey (1977)]], hlm. 45–47.</ref>