Jarasanda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{TMH Infobox|
| Image = Bhima and Jarasandh Wrestling.jpg
| Caption = Lukisan India yang menggambarkan adegan saat[[Bima (Mahabharata)|Bima]] bergulat dengan Jarasanda (bawah), dibunuhsementara oleh[[Arjuna]] Bimadan [[Kresna]] menyaksikan dari kejauhan.
| Nama = Jarasanda
| Devanagari = जरासंध
| Ejaan_Sanskerta = Jarasandha
| Asal = [[Kerajaan Magadha]]
| SenjataKasta = Gadakesatria
| Ayah = Wrehadrata (Brihadrata)
| Anak = Sahadewa
| Kitab = ''[[Mahabharata]]'', ''[[Hariwangsa]]'', ''[[Bayupurana]]''
| Tokoh = ''Mahabharata''
}}
Dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'', '''Jarasanda''' ([[bahasa {{Sanskerta|Sanskerta]]: जरासंध; ''Jarasandha'')जरासन्ध|Jarāsandha}} adalah seorang raja di [[Kerajaan Magadha]], puteraputra dari Raja BrihadrataWrehadrata. Ia merupakan teman [[Sisupala]], raja di [[Kerajaan Chedi]]. Ia bermusuhan dengan [[Kresna]] dari [[Kerajaan Dwaraka|Dwaraka]]. Dalam suatu pertempuran, ia dibunuh oleh [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]].
 
== Arti nama ==
 
Dalam [[bahasa Sanskerta]], kata ''Jarāsandha'' (जरासन्ध) secara [[harfiah]] berarti "disatukan oleh Jara".<ref>{{Cite web|title = Jarasandha was a very powerful king of Magadha, and the history of his birth and activities is also very interesting - Vaniquotes|url = http://vaniquotes.org/wiki/Jarasandha_was_a_very_powerful_king_of_Magadha,_and_the_history_of_his_birth_and_activities_is_also_very_interesting|website = vaniquotes.org|accessdate = 2015-12-31}}</ref><ref>{{cite web |title=Mahabharat Episode 28: Jarasandha – Born Divided |url=https://isha.sadhguru.org/in/en/wisdom/article/mahabharat-jarasandha-born-divided |website=sadhguru.org |accessdate=12 May 2020}}</ref> Nama ini terkait dengan [[legenda]] mengenai asal usul Jarasanda. KononMenurut kitab ''[[Adiparwa]]'', Jarasanda lahir dengan tubuh yang terpisah, tetapi kemudian disatukan oleh seorang [[rakshasi|raksasi]] yang bernama Jara.<ref>{{Cite book|last=Gokhale|first=Namita|url=https://books.google.com/books?id=7DYnAgAAQBAJ&pg=PT62&dq=jarasandha+birth#q=jarasandha%20birth|title=The Puffin Mahabharata|date=2013-01-21|publisher=Penguin UK|isbn=978-93-5118-415-7|language=en}}</ref>
 
== Asal usulKelahiran ==
[[File:Jara_merges_two_parts_of_Jarasandha.jpg|ki|jmpl|Ilustrasi Jara menyatukan dua potongan tubuh anak raja Wrehadrata.]]
KarenaDalam kitab ''[[Sabharwa]]'', bagian ''Rajasuyarambhaparwa'' diceritakan bahwa Jarasanda merupakan keturunan Raja BrihadataWrehadrata dari [[Kerajaan Magadha]]. Sebelumnya, sang raja tidak memiliki keturunan, iameskipun sudah memiliki dua permaisuri, yang merupakan putri kembar dari [[kerajaan Kashi]]. Akhirnya sang raja memutuskan untuk meninggalkan kerajaannya dan hidup di hutan sebagai petapa. Di hutan, ia melayani seorang [[resi]] yang bernama Candakosika. Sang resi merasa kasihan kepada Brihadataraja yang tidak memiliki keturunan. Akhirnya, sang resi memberikan satu buah ajaib untuk dimakan oleh permaisuri Brihadatasang raja. Karena sang resi tidak tahu bahwa Brihadata memiliki dua permaisuri, maka ia hanya memberikan satu buah saja.<ref name=":0"/>
 
Ketika pulang ke istananya, BrihadataWrehadrata memotong buah ajaib pemberian resi Candakosika lalu membaginya kepada dua permaisurinya. Beberapa bulan kemudian, kedua permaisuri BrihadataWrehadrata melahirkan anak, tetapi badannya hanya separuh saja serta tidak ada tanda-tanda kehidupan. Karena takut, BrihadataWrehadrata memutuskan untuk membuang bayinyabayi tersebut ke tengah hutan. Seorang raksasi bernama Jara memungut bayi tersebut dan menyatukan tubuhnya. Saat disatukan, bayi tersebut hidup dan menangis keras. Sang raksasi yang merasa kasihan, menyerahkan bayi tersebut kepada raja dan menjelaskan apa yang telah terjadi. BrihadataWrehadrata menamai bayi tersebut Jarasanda, yang secara harfiah berarti "disatukan oleh Jara". Saat Candakosika tiba di istana Wrehadrata, ia melihat si bayi dan meramal bahwa Jarasanda akan memperoleh anugerah istimewa, dan akan terkenal sebagai pemuja [[Siwa]].<ref name=":0">{{Cite book|title = Krishna and Jarasandha|last = Chandrakant|first = Kamala|publisher = India Book House Ltd.|year = 1977|isbn = 81-7508-080-9|pages = 3–5}}</ref>
Karena Raja Brihadata dari [[Kerajaan Magadha]] tidak memiliki keturunan, ia memutuskan untuk meninggalkan kerajaannya dan hidup di hutan sebagai petapa. Di hutan, ia melayani seorang [[resi]] yang bernama Candakosika. Sang resi merasa kasihan kepada Brihadata yang tidak memiliki keturunan. Akhirnya, sang resi memberikan satu buah ajaib untuk dimakan oleh permaisuri Brihadata. Karena sang resi tidak tahu bahwa Brihadata memiliki dua permaisuri, maka ia hanya memberikan satu buah saja.
 
== RiwayatPolitik ==
Ketika pulang ke istananya, Brihadata memotong buah ajaib pemberian resi Candakosika lalu membaginya kepada dua permaisurinya. Beberapa bulan kemudian, kedua permaisuri Brihadata melahirkan anak, tetapi badannya hanya separuh saja serta tidak ada tanda-tanda kehidupan. Karena takut, Brihadata memutuskan untuk membuang bayinya ke tengah hutan. Seorang raksasi bernama Jara memungut bayi tersebut dan menyatukan tubuhnya. Saat disatukan, bayi tersebut hidup dan menangis keras. Sang raksasi yang merasa kasihan, menyerahkan bayi tersebut kepada raja dan menjelaskan apa yang telah terjadi. Brihadata menamai bayi tersebut Jarasanda, yang secara harfiah berarti "disatukan oleh Jara".
[[File:Attributed to Fattu, eldest son of Manaku - The Siege of Mathura by Jarasandha - 2008.293 - Museum of Fine Arts.jpg|jmpl|300px|Lukisan Jarasanda mengepung kota [[Mathura]]. Lukisan India, [[abad ke-18]], kini disimpan di Museum of Fine Arts, [[Houston]], [[Amerika Serikat|AS]].]]
Riwayat Jarasanda juga tercatat dalam ''[[Purana]]'' dan ''[[Hariwangsa]]''. Dikisahkan bahwa Jarasanda tumbuh menjadi rajakesatria yang terkenal dan amat kuat, dan mewarisi takhta ayahnya. Ia senang memperluas wilayah kerajaannya. Ia, menaklukkan banyak raja, dan diberi gelar Maharaja Magadha. Sementara kekuatannya terus bertambah, ia merasa cemas memikirkan masa depannya karena tidak memiliki pewaris tahtatakhta. Atas nasihat sahabatnya yaitu Banasura, maka Jarasanda mempersembahkan dua puterinyaputrinya, Asti dan Prapti, untuk dinikahkan kepada puterapangeran kaum [[Yadawa]] mahkotadi [[Mathura]], yaitu [[KamsaKangsa]]. Jarasanda juga meminjamkan pasukan dan penasihatnya kepada KamsaKangsa.
 
Setelah Kangsa dibunuh oleh keponakannya sendiri yang bernama [[Kresna]], Jarasanda merasa benci kepada Kresna dan berambisi untuk membunuhnya. Melihat kedua dua putrinya telah menjadi janda, Jarasanda bersumpah akan menyerang Mathura dan merebut kota tersebut. Namun usahanya gagal saat Mathura dipimpin [[Ugrasena]], yang didukung oleh [[Basudewa]], penasihat militer [[Akrura]], ditambah kekuatan Kresna dan [[Baladewa]]. Kegagalan Jarasanda terjadi berulang-ulang hingga tujuh belas kali.<ref>{{Cite book|last=Gitananda|first=Swami|url=https://books.google.com/books?id=tb0qDAAAQBAJ&pg=PT577&dq=jarasandha+and+balarama#q=jarasandha%20and%20balarama|title=Srimad Bhagavata: The Book of Divine Love|publisher=Advaita Ashrama (A publication branch of Ramakrishna Math, Belur Math)|isbn=978-81-7505-837-8|language=en}}</ref><ref>{{Cite book|last=Chopra|first=Omesh K.|url=https://books.google.com/books?id=n8rTDwAAQBAJ&pg=PA366&dq=jarasandha+and+balarama#q=jarasandha%20and%20balarama|title=History of Ancient India Revisited, A Vedic-Puranic View.|date=2020-03-02|publisher=BlueRose Publishers|language=en}}</ref>
Saat Candakosika tiba di istana Brihadata, ia melihat si bayi dan meramal bahwa Jarasanda akan memperoleh anugerah istimewa, dan akan terkenal sebagai pemuja [[Siwa]].
 
Meskipun usahanya gagal berulang kali, Jarasanda tidak menyerah hingga ia menyerang Mathura untuk yang kedelapan belas kali. Dalam serangannya yang kedelapan belas, ia dibantu oleh Raja [[Sisupala]] dari [[Kerajaan Chedi]], dan Raja [[Kalayawana]] dari PaschimadesaPascimadesa. Setelah serangan terakhir dari Jarasanda, Kresna memberi saran kepada Raja Ugrasena dan ayahnyakaum Yadawa untuk mengungsi dan mendirikan kerajaan baru di [[Dwaraka]].<ref>{{Cite book|last=Gitananda|first=Swami|url=https://books.google.com/books?id=tb0qDAAAQBAJ&pg=PT577&dq=jarasandha+and+balarama#q=jarasandha%20and%20balarama|title=Srimad Bhagavata: The Book of Divine Love|publisher=Advaita Ashrama (A publication branch of Ramakrishna Math, Belur Math)|isbn=978-81-7505-837-8|language=en}}</ref> Hal itu dilakukan karena alasan strategi peperangan.<ref>{{Cite book|last=Chopra|first=Omesh K.|url=https://books.google.com/books?id=n8rTDwAAQBAJ&pg=PA366&dq=jarasandha+and+balarama#q=jarasandha%20and%20balarama|title=History of Ancient India Revisited, A Vedic-Puranic View.|date=2020-03-02|publisher=BlueRose Publishers|language=en}}</ref>
== Riwayat ==
 
Pada suatu hari, Kresna menerima pesan rahasia dari Magadha. Seseorang meminta bantuan Kresna untuk membebaskan para raja yang dipenjara oleh Jarasanda di benteng Giribraja. Karena Kresna tahu bahwa Jarasanda tidak mudah dikalahkan dalam peperangan, maka ia pergi ke [[Indraprastha]] untuk meminta bantuan kerabat jauhnya yang bernama [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] anddan [[Arjuna]], para pangeran [[Dinasti Kuru]]. Mereka pergi menghadap Jarasanda dengan cara menyamar menjadi tiga [[brahmana]]. Saat Jarasanda menjamu mereka dan meminta apa yang mereka butuhkan, ketiga brahmana meminta agar Jarasanda bertarung dengan salah seorang di antara mereka. SeteahSetelah melakukan pertimbangan, Jarasanda memilih Bima.
Jarasanda tumbuh menjadi raja yang terkenal dan amat kuat, senang memperluas wilayah kerajaannya. Ia menaklukkan banyak raja, dan diberi gelar Maharaja Magadha. Sementara kekuatannya terus bertambah, ia merasa cemas memikirkan masa depannya karena tidak memiliki pewaris tahta. Atas nasihat sahabatnya yaitu Banasura, maka Jarasanda mempersembahkan dua puterinya, Asti dan Prapti, untuk dinikahkan kepada putera mahkota [[Mathura]], yaitu [[Kamsa]]. Jarasanda juga meminjamkan pasukan dan penasihatnya kepada Kamsa.
 
== Kematian ==
Setelah Kamsa dibunuh oleh [[Kresna]], Jarasanda memupuk kebencian pada Kresna dan berambisi untuk membunuhnya. Melihat kondisi menyedihkan yang terjadi kepada dua puterinya yang menjadi janda, Jarasanda bersumpah akan menyerang Mathura dan merebut kerajaan tersebut. Namun usahanya gagal saat Mathura dipimpin [[Ugrasena]], yang didukung oleh [[Basudewa]], penasihat militer Akrura, ditambah kekuatan Kresna dan [[Baladewa]].
 
Kisah kematian Jarasanda diceritakan dalam kitab ''[[Sabhaparwa]]'', bagian ''Jarasandhabadhaparwa''. Dikisahkan bahwa Jarasanda menolak untuk membebaskan para raja yang ditawannya, sehingga ia menerima tantangan duel dan memilih [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] sebagai lawannya. Pertarungan berlangsung lamasangat sekalilama, sekitar 27 hari. Untuk mengakhiri pertarungan secepatnya, [[Kresna]] memberi isyarat kepada Bima. Ia mengambil sehelaisetangkai daunranting pohon, lalu menyobeknyamembelahnya menjadi dua dan melemparnya ke arah yang berlawanan. Bima melihat apa yang dilakukan Kresna dan ia mengerti maksud isyarat tersebut. Akhirnya, Bima menarik kaki Jarasanda, menyobek tubuhnya menjadi dua bagian dan melempar potongan tubuh tersebut ke arah yang berlawanan. Akhirnya Jarasanda terbunuh dengan cara demikian.<ref>{{Cite book|last=Hudson|first=D. Dennis|url=https://books.google.com/books?id=IMCxbOezDi4C&pg=PA233&dq=jarasandha#q=Death%20jarasandha|title=The Body of God: An Emperor's Palace for Krishna in Eighth-Century Kanchipuram|date=2008-09-25|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-970902-1|language=en}}</ref>
Meskipun usahanya gagal berulang kali, Jarasanda tidak menyerah hingga ia menyerang Mathura untuk yang kedelapan belas kali. Dalam serangannya yang kedelapan belas, ia dibantu oleh Raja [[Sisupala]] dari [[Kerajaan Chedi]], dan Raja Kalayawana dari Paschimadesa. Setelah serangan terakhir dari Jarasanda, Kresna memberi saran kepada Raja Ugrasena dan ayahnya untuk mengungsi dan mendirikan kerajaan baru di [[Dwaraka]]. Hal itu dilakukan karena alasan strategi peperangan.
 
Pada suatu hari, Kresna menerima pesan rahasia dari Magadha. Seseorang meminta bantuan Kresna untuk membebaskan para raja yang dipenjara oleh Jarasanda di benteng Giribraja. Karena Kresna tahu bahwa Jarasanda tidak mudah dikalahkan dalam peperangan, maka ia pergi ke [[Indraprastha]] untuk meminta bantuan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] and [[Arjuna]]. Mereka pergi menghadap Jarasanda dengan cara menyamar menjadi tiga [[brahmana]]. Saat Jarasanda menjamu mereka dan meminta apa yang mereka butuhkan, ketiga brahmana meminta agar Jarasanda bertarung dengan salah seorang di antara mereka. Seteah melakukan pertimbangan, Jarasanda memilih Bima.
 
== Kematian ==
 
Setelah kematian Jarasanda, segala raja yang ditawan dapat dibebaskan. Kresna mengangkat puteraputra Jarasanda yang bernama Sahadewa (bukan [[Sadewa]] anggota [[Pandawa]]) menjadi raja. Sifat anak ini berbeda dengan ayahnya, sehingga Magadha menjadi sekutu [[Indraprastha]]. Pada saat [[perang Kurukshetra]], kerajaan Magadha yang dipimpin Sahadewa memimah Pandawa.
Jarasanda menolak untuk membebaskan para raja yang ditawannya, sehingga ia menerima tantangan duel dan memilih [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]]. Pertarungan berlangsung lama sekali, sekitar 27 hari. Untuk mengakhiri pertarungan secepatnya, [[Kresna]] memberi isyarat kepada Bima. Ia mengambil sehelai daun, lalu menyobeknya menjadi dua dan melemparnya ke arah yang berlawanan. Bima melihat apa yang dilakukan Kresna dan ia mengerti maksud isyarat tersebut. Akhirnya, Bima menarik kaki Jarasanda, menyobek tubuhnya menjadi dua bagian dan melempar potongan tubuh tersebut ke arah yang berlawanan.
 
== Referensi ==
Setelah kematian Jarasanda, segala raja yang ditawan dapat dibebaskan. Kresna mengangkat putera Jarasanda yang bernama Sahadewa menjadi raja. Sifat anak ini berbeda dengan ayahnya, sehingga Magadha menjadi sekutu [[Indraprastha]].
{{reflist|2}}
 
== Pranala luar ==