Nilai sosial: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak 8 perubahan teks terakhir (oleh 112.215.237.167, 103.10.67.165, Trisno W, AABot, Muhammad daffa rabbani dan 36.80.139.150) dan mengembalikan revisi 14490010 oleh AABot |
Wikifisasi dan menambah referensi |
||
Baris 1:
{{
'''Nilai sosial''' adalah prinsipprinsip, patokan-patokan, anggapan, maupun keyakinan-keyakinan yang berlaku di suatu masyarakat yang perlu dipatuhi, dianggap baik, benar, dan berharga bagi warga masyarakat. Patokan-patokan itu tidak tertulis, namun hidup dalam alam pikiran setiap warga masyarakat. Setiap generasi mewarisi nilai sosial dari generasi sebelumnya. Kapan terbentuknya setiap nilai sosial tidak dapat diketahui secara pasti. Namun, suatu prinsip atau patokan berperilaku dianggap telah menjadi nilai sosial apabila seluruh warga masyarakat menyepakatinya. Nilai sosial yang telah diakui, disepakati dan dipatuhi bersama oleh suatu kelompok masyarakat secara sosial bersifat mengikat. Banyak sekali nilai sosial yang berkembang di suatu masyarakat. Nilai-nilai itu diperlukan untuk mengatur hubungan antarwarga masyarakat. Semakin berkembang suatu masyarakat, nilai-nilai sosialnya pun berubah. Perubahan nilai sering disebut juga pergeseran nilai. Berikut ini, akan dijelaskan nilai gotong royong dalam masyarakat kita. Bagaimana nilai itu mengatur kehidupan warga masyarakat, dan perubahan (pergeseran) apa yang terjadi.<ref>{{Cite book|last=Suhardi dan Sunarti, S.|first=|date=2009|url=https://bsd.pendidikan.id/data/SMA_10/Sosiologi_1_Kelas_10_Suhardi_Sri_Sunarti_2009.pdf|title=Sosiologi 1: Untuk SMA/MA Kelas X Program IPS|location=Jakarta|publisher=Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional|isbn=978-979-068-208-5|pages=43|url-status=live}}</ref>
nilai sosial merupakan standar normatif bagi manusia dalam berperilaku sosial. Nilai sosial merupakan sikap dan perasaan yang diterima oleh masyarakat sebagai dasar untuk merumuskan apa yang dianggap benar dan penting. Nilai sosial sangat besar peranannya dalam membentuk pandangan hidup. Perwujudan nilai-nilai sosial dalam peri kehidupan juga akan membentuk identitas budaya suatu masyarakat tertentu yang membedakan dengan budaya masyarakat yang lain.<ref>{{Cite book|last=Widianti|first=Wida|date=2009|url=https://bsd.pendidikan.id/data/SMA_10/Sosiologi_1_Kelas_10_Wida_Widianti_2009.pdf|title=Sosiologi 1: untuk SMA dan MA Kelas X|location=Jakarta|publisher=Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional|isbn=978-979-068-745-5|pages=25|url-status=live}}</ref>
Nilai sosial merupakan landasan bagi masyarakat untuk menentukan apa yang benar dan penting, memiliki ciri-ciri tersendiri serta mendorong individu untuk berbuat sesuai norma yang berlaku.<ref>{{Cite book|last=Budiati|first=Atik Catur|date=2009|url=https://bsd.pendidikan.id/data/SMA_10/Sosiologi_Kontekstual_Kelas_10_Atik_Catur_Budiati_2009.pdf|title=Sosiologi Kontekstual: Untuk SMA & MA Kelas X|location=Jakarta|publisher=Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional|isbn=978-979-068-219-1|pages=29|url-status=live}}</ref>
==
Dalam kajian sosiologi, nilai sosial yang diyakini individu dapat bersumber dari Tuhan, masyarakat, dan individu. Sebagian besar nilai sosial yang dimiliki masyarakat bersumber dari Tuhan. Nilai sosial ini disampaikan melalui ajaran-ajaran agama. Nilai-nilai sosial dari Tuhan memberikan pedoman cara bersikap dan bertindak bagi manusia. Ada juga nilai sosial yang berasal dari kesepakatan sejumlah anggota masyarkat. Nilai sosial yang berasal dari hasil kesepakatan banyak orang ini disebut nilai heteronom. Selain Tuhan dan masyarakat, nilai sosial juga bisa bersumber dari rumusan seseorang. Orang itu merumuskan suatu nilai, kemudian nilai tersebut dipakai masyarakat sebagai acuan bersikap dan bertindak. Perumusan nilai tersebut biasanya dilakukan oleh individu yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan warga masyarakat yang lain. Nilai sosial yang berasal dari individu disebut nilai otonom.<ref>{{Cite book|last=Sukardi, J.S., dan Rohman, A.|first=|date=2009|url=https://bsd.pendidikan.id/data/SMA_10/Sosiologi_Kelas_10_Joko_Sri_Sukardi_Arif_Rohman_2009.pdf|title=Sosiologi: Kelas X untuk SMA / MA|location=Jakarta|publisher=Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional|isbn=978-979-068-747-9|pages=39|url-status=live}}</ref>
==
Secara umum, nilai sosial emmiliki ciri-ciri berikut:<ref>{{Cite book|last=Waluya, Bagja|first=|date=2009|url=https://bsd.pendidikan.id/data/SMA_10/Sosiologi_1_Menyelami_Fenomena_Sosial_di_Masyarakat_Kelas_10_Bagja_Waluya_2009.pdf|title=Sosiologi 1 : Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah|location=Jakarta|publisher=Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional|isbn=978-979-068-738-7|pages=28|url-status=live}}</ref>
# Terbentuk melalui interaksi antarmanusia secara terus menerus.
# Diwariskan melalui proses belajar dalam bentuk sosialisasi, akulturasi, dan difusi.
# aturan atau tolok ukur ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial.
# Nilai yang terkandung berbeda-beda pada tiap masyarakat dengan kebudayaan dan peradaban yang berbeda.
# Memberikan pengaruh dengan tingkatan yang berbeda-beda bagi tindakan manusia.
# Memberi dampak positif dan dampak negati terhadap perkembangan kepribadian individu yang berperan sebagai anggota masyarakat.
== Tolok ukur ==
Tolok ukur nilai sosial, yaitu daya guna fungsional suatu nilai dan kesungguhan penghargaan, penerimaan, atau pengakuan yang diberikan oleh seluruh atau sebagian besar masyarakat terhadap nilai sosial tersebut. Disebut daya guna fungsional, sebab setiap objek dihargai menurut fungsinya dalam struktur dan sistem masyarakat yang bersangkutan. Jadi, penghargaan yang diberikan berbeda-beda, tergantung pada besar kecilnya fungsi. Presiden mendapat nilai sosial lebih tinggi daripada menteri sebab fungsi presiden dinilai lebih tinggi daripada fungsi menteri. Candi Borobudur dan Candi Mendut mendapat nilai sosial yang berbeda. Candi Borobudur dihargai lebih tinggi sebab dinilai mempunyai nilai sosiokultural yang lebih besar daripada Candi Mendut, Borobudur dikenal orang di seluruh dunia. Dari kehidupan sehari-hari ternyata masyarakat terus berubah. Oleh karena itu, tidak ada tolok ukur nilai yang bersifat kekal yang ada dan dapat dibuat hanyalah tolok ukur sementara. Supaya tolok ukur nilai menjadi bersifat tetap, harus dipenuhi 2 syarat sebagai berikut. 1) Penghargaan itu harus diberikan dan disetujui oleh seluruh atau sebagian besar anggota masyarakat, jadi bukan didasarkan atas keinginan penilaian individu. 2) Tolok ukur itu harus diterima sungguh-sungguh oleh minimal sebagian besar masyarakat.<ref>{{Cite book|last=Ruswanto|first=|date=2009|url=https://bsd.pendidikan.id/data/SMA_10/Sosiologi_Kelas_10_Ruswanto_2009.pdf|title=Sosiologi: SMA / MA Kelas X|location=Jakarta|publisher=Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional|isbn=978-979-068-746-2|pages=34|url-status=live}}</ref>
== Peranan ==
Peran utama dari nilai sosial adalah mengatur tingkah laku anggota masyarakat sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga timbul ketenteraman. Pencapaian tujuan bersama dalam masyarakat menjadi mudah dengan adanya ketenteraman. Dalam prosesnya, nilai sosial berperan sebagai pedoman berperilaku, pengendalian sosial, dan pelindung sosial. Sebagai pedoman berperilaku, nilai sosial berfungsi mengarahkan individu agar memiliki perilaku yang seusai dengan harapan masyarakat. Nilai sosial kemudian memberikan batasan-batasan tingkah laku pada manusia dengan pemberian sanksi atau perasaan bersalah. Adanya rasa aman yang timbul melalui penerapan nilai sosial kemudian menjadi peindung bagi manusia dalam melakukan tindakan apapun tanpa adanya rasa takut.<ref>{{Cite book|last=Elisanti dan Rostini, T.|first=|date=2009|url=https://bsd.pendidikan.id/data/SMA_10/Sosiologi_1_Kelas_10_Elisanti_Tintin_Rostini_2009.pdf|title=Sosiologi 1: untuk SMA / MA Kelas X|location=Jakarta|publisher=Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional|isbn=978-979-068-744-8|pages=39|url-status=live}}</ref>
== Referensi ==
<references />
== Lihat pula ==
|