Perjanjian Renville: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 182.1.127.56 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Muhammad Malik Ali
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
AnsyahF (bicara | kontrib)
Baris 1:
{{nofootnotes|date=Agustus 2020}}
{{Infobox treaty|name=Perjanjian Renville|image=Collectie NMvWereldculturen, TM-60042227, Foto- Delegaties van het Koninkrijk, de Republiek en de Comissie van de Goede Diensten , maandag 8 Dec. 1947.jpg|context=[[Revolusi Nasional Indonesia]]|location_signed=[[USS Renville]] di [[Teluk Jakarta]]|date_signed=17 Januari 1948|caption=Para delegasi dalam rapat pleno pertama di kapal Amerika Serikat [[USS Renville]]|mediators=Komisi Tiga Negara:
* {{flagicon|Amerika Serikat}} [[Amerika Serikat]]
* {{flagicon|Australia}} [[Australia]]
* {{flagicon|Belgia}} [[Belgia]]|parties=* {{flagicon|Indonesia}} [[Indonesia]]
* {{flagicon|Belanda}} [[Belanda]]|language=[[Bahasa Inggris|Inggris]]}}
{{Sejarah Indonesia}}
[[Berkas:Renville Desember 1947.jpg|jmpl|ka|Delegasi Indonesia pada perjanjian Renville, tampak di antaranya [[Agus Salim]] dan [[Achmad Soebardjo]]]]
 
'''Perjanjian Renville''' adalah perjanjian antara [[Indonesia]] dengan [[Belanda]] yang terjadi pada tanggal [[18 Desember]] [[1947]] sampai [[17 Januari]] [[1948]] di atas geladak kapal perang Amerika Serikat sebagai tempat netral [[USS Renville]], yang berlabuh di pelabuhan [[Tanjung Priok]], [[Jakarta]]. Perundingan dimulai pada tanggal [[8 Desember]] [[1947]] dan ditengahi oleh [[Komisi Tiga Negara]] (KTN), ''Committee of Good Offices for Indonesia'', yang terdiri dari [[Amerika Serikat]], [[Australia]], dan [[Belgia]]. Perjanjian ini diadakan untuk menyelesaikan perselisihan atas [[Perundingan Linggarjati|Perjanjian Linggarjati]] tahun 1946. Perjanjian ini berisi batas antara wilayah Indonesia dengan Belanda yang disebut [[Garis Van Mook]].
 
== Latar Belakang ==
Baris 11 ⟶ 15:
 
== Delegasi ==
[[Berkas:Renville DesemberAgreement 1947Indonesian Delegation.jpg|jmpl|ka263x263px|Delegasi Indonesia pada perjanjian Renville, tampak di antaranya [[Agus Salim]] dan [[Achmad Soebardjo]]]]
[[Berkas:USS_Renville.jpg|jmpl|ka|USS Renville]]Perjanjian diadakan di wilayah netral yaitu di atas kapal USS Renville milik Amerika Serikat dan dimulai tanggal 8 Desember 1947.
 
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri [[Amir Syarifuddin Harahap]], dan [[Johannes Leimena]] sebagai wakil. Delegasi [[Kerajaan Belanda]] dipimpin oleh Kolonel [[KNIL]] [[Abdulkadir Widjojoatmodjo]]. Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh [[Frank Porter Graham]].
 
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri [[Amir Syarifuddin Harahap]], dan [[Johannes Leimena]] sebagai wakil. Delegasi [[Kerajaan Belanda]] dipimpin oleh Kolonel [[KNIL]] [[Abdulkadir Widjojoatmodjo]].
Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh [[Frank Porter Graham]].
== Gencatan senjata ==
Pemerintah RI dan Belanda sebelumnya pada [[17 Agustus]] [[1947]] sepakat untuk melakukan gencatan senjata hingga ditandatanganinya Persetujuan Renville, tetapi pertempuran terus terjadi antara tentara Belanda dengan berbagai laskar-laskar yang tidak termasuk TNI, dan sesekali unit pasukan TNI juga terlibat baku tembak dengan tentara Belanda, seperti yang terjadi antara [[Karawang]] dan [[Bekasi]].
Baris 30 ⟶ 35:
 
== Pasca perjanjian ==
[[Berkas:Van Mook.png|ka|jmpl|150px322x322px|Wilayah Indonesia di [[Pulau Jawa]] (warna [[merah]]) pasca perjanjan Renville.]]
Sebagai hasil Persetujuan Renville, pihak Republik harus mengosongkan wilayah-wilayah yang dikuasai TNI, dan pada bulan Februari 1948, [[Divisi Siliwangi]] hijrah ke [[Jawa Tengah]]. Divisi ini mendapatkan julukan '''Pasukan Hijrah''' oleh masyarakat [[Kota Yogyakarta]] yang menyambut kedatangan mereka.
 
Tidak semua pejuang Republik yang tergabung dalam berbagai laskar, seperti Barisan Bambu Runcing dan Laskar Hizbullah/Sabillilah di bawah pimpinan [[Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo]], mematuhi hasil Persetujuan Renville tersebut. Mereka terus melakukan perlawanan bersenjata terhadap tentara Belanda. Setelah Soekarno dan Hatta ditangkap di Yogyakarta, S.M. Kartosuwiryo, yang menolak jabatan Menteri Muda Pertahanan dalam Kabinet Amir Syarifuddin, Menganggap Negara Indonesia telah Kalah dan Bubar, kemudian ia mendirikan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia ([[DI/TII]]). Hingga pada [[7 Agustus]] [[1949]], di wilayah yang masih dikuasai Belanda waktu itu, Kartosuwiryo menyatakan berdirinya [[Negara Islam Indonesia]] (NII).
 
Akibat dari Perjanjian Renville itu pula, pasukan dari Resimen 40/Damarwulan, bersama batalyon di jajarannya, Batalyon Gerilya (BG) VIII Batalyon Gerilya (BG) IX, Batalyon Gerilya (BG) X, Depo Batalyon, EX. ALRI Pangkalan X serta Kesatuan Kelaskaran, dengan total pengikut sebanyak tidak kurang dari 5000 orang, juga Hijrah ke daerah Blitar dan sekitarnya. Resimen 40/Damarwulan ini kemudian berubah menjadi Brigade III/Damarwulan, dan batalyonnyapun berubah menjadi Batalyon 25, Batalyon 26, Batalyon 27.
Setelah keluarnya Surat Perintah Siasat No I, dari Panglima Besar [[Sudirman]], yang mengharuskan semua pasukan hijrah pulang dan melanjutkan gerilya di daerah masing-masing, Pasukan Brigade III/Damarwulan, di bawah pimpinan Letkol [[Muhammad Sroedji]] ini, melaksanakan Wingate Action, dengan menempuh jarak kurang lebih 500 kilometer selama 51 hari