Sudesna: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
M. Adiputra (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 12:
| Caption = Sudesna (kiri) menyuruh Dropadi mengambil arak dari [[Kicaka]]. {{br}}Lukisan karya [[Raja Ravi Varma]].
}}
Dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'', '''Sudesna''' {{Sanskerta|सुदेष्ना|Sudéṣṇā}} adalah permaisuri Raja [[Wirata]], yaitu raja yang menyediakan lapangan pekerjaan kepada para [[Pandawa]] saat mereka hidup dalam masa penyamaran selama setahun di [[kerajaan Wirata]]. Ia merupakan ibu bagi [[Utara (Mahabharata)|Utara]], [[Utari]], [[Sweta]], dan [[Wratsangka]]. Ia memiliki saudara bernama [[Kicaka]] yang menjabat sebagai
== Kisah dalam ''Wirataparwa'' ==
Dalam kitab ''[[Wirataparwa]]'', yaitu buku ke-4 ''Mahabharata'' dikisahkan bahwa setelah [[Pandawa]] dan [[Dropadi]] menjalani kehidupan di hutan selama 12 tahun (diceritakan dalam ''[[Wanaparwa]]''), mereka harus menjalani penyamaran selama setahun, sebelum berhak pulang ke [[Hastinapura]]. Para Pandawa memilih [[kerajaan Wirata]] sebagai lokasi penyamaran mereka. Di tempat tersebut, Raja [[Wirata]] dan Ratu Sudesna telah menjadi tuan rumah bagi Pandawa dan Dropadi.
Dikisahkan bahwa pada awalnya Sudesna tertarik akan paras Dropadi (dengan nama samaran "Sairandri") yang sedang berjalan-jalan di pasar. Ia pun menanyakan identitas Dropadi. Karena sedang menjalani masa penyamaran, Dropadi menjawab bahwa ia bernama Sairandri, dan merupakan mantan
</ref>
Baris 24 ⟶ 23:
Pada suatu ketika, adik permaisuri yang bernama [[Kicaka]]—menjabat sebagai [[panglima]] tertinggi kerajaan Wirata—memperhatikan Sairandri, lalu terpesona akan kecantikannya dan mengorek informasi tentang Sairandri dari Sudesna. Kemudian Sudesna memberi tahu Sairandri tentang perasaan Kicaka terhadapnya. Sairandri pun merasa tidak senang setelah mendengarnya, dan mengaku bahwa ia telah menikah kepada seorang [[gandarwa]] yang akan membunuh siapa pun pria yang berani mendekatinya. Demi melegakan hati adiknya, serta ingat akan pesan sang raja untuk tidak mengecewakan panglima tertinggi di kerajaan tersebut, maka Sudesna mempertemukan Kicaka kepada Sairandri. Ia menyuruh Sairandri mengambil [[arak]] dari rumah Kicaka; peringatan dari Sairandri pun diabaikan olehnya. Saat Sairandri tiba, Kicaka mencoba untuk melecehkannya. Sairandri meminta pertolongan dari Sudesna, tetapi sang ratu hanya diam saja.<ref>{{cite book|last= Rajagopalachari|first= C|title=Mahabharata|year=2010|publisher=Bharatiya Vidya Bhavan|page=203}}</ref>
Beberapa hari kemudian, setelah Kicaka tewas secara misterius (tidak ada yang mengetahui bahwa sebenarnya Kicaka dibunuh oleh [[Bima (Mahabharata)|Bima]], salah satu istri [[Dropadi]]) Sudesna menjadi ketakutan dan memohon maaf kepada Sairandri. Setelah menyaksikan bahwa kata-kata Sairandri menjadi kenyataan, Sudesna pun menyadari bahwa Sairandri bukan wanita biasa. Dengan kepercayaan bahwa kata-kata Sairandri akan menjadi nyata, Sudesna menasihati suaminya untuk tidak menghukum Sairandri atas kematian Kicaka.<ref>{{cite book|last= Rajagopalachari|first= C|title=Mahabharata|year=2010|publisher=Bharatiya Vidya Bhavan|page=204}}</ref>
[[File:Draupdadi watching Kichaka and Bhima fighting (crop).jpg|thumb|275px|Ilustrasi [[Dropadi|Sairandri]] menyaksikan pertarungan antara [[Kicaka]] (tengah) melawan [[Bima (Mahabharata)|Bima]]. Ilustrasi dari naskah ''Mahabharata'', [[abad ke-17]], kini disimpan di [[Museum Brooklyn]].]]
===Serangan Trigarta===
Ketika [[Susarma]] dari [[kerajaan Trigarta]] menyerbu Matsya, Sudesna menyaksikan bahwa suami dan laskarnya telah berangkat menuju pertempuran. Kemudian, saat pasukan [[kerajaan Kuru]] menyerang dari arah yang berbeda, ia mencoba mengatur pertahanan kota, dan mendapati bahwa hanya sedikit tentara yang masih berada di sana. Putranya yang bernama [[Utara (Mahabharata)|Utara]] membusungkan dada dan menyatakan bahwa ia akan mengalahkan pasukan Kuru sendirian, serta sudah bersiap-siap untuk berangkat ke medan perang. Cemas akan keselamatan putranya, Sudesna pun mencoba untuk mencegah. Sairandri mengusulkan agar Utara mengajak Brihanala (nama samaran [[Arjuna]] yang sedang menyamar sebagai penari [[waria]]) sebagai kusir [[kereta perang]]nya, dan berkata bahwa jika Utara melaksanakannya, maka tidak akan ada yang mencelakainya. Awalnya Utara menolak karena tidak mau kereta perangnya dikendalikan seorang waria, tetapi Sudesna menegaskan bahwa apapun yang dikatakan Sairandri pasti akan menjadi kenyataan. Maka, ketika Utara menghadapi pasukan Kuru, Arjuna-lah yang sesungguhnya bertempur dan mengalahkan mereka, melindungi keselamatan Utara, dan mencegah jatuhnya Matsya.<ref>{{cite book| title=The Modern review, Volume 84, Ramananda Chatterjee, Prabasi Press Private, Ltd., 1948 - History }}</ref><ref>{{cite book
|