Lawang Sewu: Dendam Kuntilanak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
IreneLouie (bicara | kontrib)
Salah peran. Cek kembali kredit akhir film.
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan VisualEditor
Baris 21:
'''Lawang Sewu: Dendam Kuntilanak''' adalah [[film horor]] [[Indonesia]] yang dirilis pada tahun [[2007]]. Film yang disutradarai oleh [[Arie Azis]] ini dibintangi oleh [[Thalita Latief]], [[Marcell Darwin]], [[Melvin Giovanie]], [[Tsania Marwa]], [[Salvita Decorte]], [[Ronald Gustav]], [[Bunga Jelitha Ibrani]], [[Renny Djajoesman]], [[Nuri Maulida]] dan [[Yati Pesek]].
 
== Papua mahasiswa makassar ==
== Plot ==
''Jayapura, 18/2 (Jubi) -Aksi teror pasca penyerangan dua bulan lalu masih terus dirasakan mahasiswa-mahasiswi asal Papua di kota studi Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Kepolisian setempat terkesan enggan mengungkap pelaku, padahal kasusnya sudah lama dilaporkan, Pemerintah Provinsi Papua pun belum memberi respon.''
Tujuh remaja dari [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], Diska ([[Thalita Latief]]), Yugo ([[Marcell Darwin]]), Armen ([[Melvin Giovanie]]), Dinda ([[Tsania Marwa]]), Naya ([[Salvita Decorte]]), Onil ([[Ronald Gustav]]) dan Cika ([[Bunga Jelitha Ibrani|Bunga Jelitha]]), berada di [[Kota Semarang|Semarang]] untuk merayakan kelulusan mereka selepas SMA. Semua remaja itu, kecuali Diska, mabuk setelah pergi ke klub malam. Dalam perjalanan pulang ke rumah nenek Naya, Mbah Darmi ([[Renny Djajoesman]]), Armen, Onil dan Yugo meminta Diska menepi agar mereka dapat buang air sehingga mereka akhirnya berhenti di [[Lawang Sewu]], lalu mereka buang air kecil ke dalam bangunan dari luar pagar. Cika, yang juga harus buang air kecil, tidak merasa nyaman bersama para lelaki sehingga ia pergi ke dalam bangunan.
 
“Sejak kejadian pada awal bulan Januari lalu kami sudah berkali-kali menghubungi pejabat Pemerintah Provinsi Papua, tetapi sampai sekarang tidak ada tanggapan. Situasi di sekitar asrama belum nyaman, tiap malam kami diteror terus,” ungkap pembina Asrama Mahasiswa Papua di Makassar, Frans Wambraw, kepada tabloidjubi.com melalui telepon seluler, Selasa (18/2) pagi.
Setelah bertanya-tanya mengapa Cika tidak kembali, mereka berenam masuk ke dalam bangunan untuk mencarinya. Hantu-hantu bermunculan dan marah karena mereka tidak menghargai bangunan tersebut, kemudian para hantu mulai menakuti mereka. Pertama datang adalah hantu [[Bangsa Belanda|wanita Belanda]], Noni van Ellen, yang [[Kerasukan|merasuki]] Dinda dan membuatnya berteriak memarahi teman-temannya sendiri. Setelah Dinda kembali normal, Diska memberitahunya bahwa Cika telah melanggar kesucian bangunan dengan masuk ke dalam saat sedang [[menstruasi]]. Onil diminta membawa Dinda ke luar, tetapi sebelum mereka dapat meninggalkan bangunan, mereka diteror oleh [[kuntilanak]] dengan bola dan rantai yang melilit di kakinya sehingga Onil yang sangat ketakutan mengompoli celananya, lalu Onil dan Dinda saling berpelukan saat hantu mendekati mereka.
 
Frans mengatakan,hingga saat ini para mahasiswi Papua hingga kini masih mengungsi di asrama putra. Sudah tujuh minggu mereka belum bisa kembali ke tempat semula. Di saat bersamaan, seluruh fasilitas di Asrama Putri Cenderawasih XIV Papua, raib dicuri orang. Ini dibenarkan salah satu mahasiswa Papua di Makassar, Rickson Edowai.
Sementara itu, Diska, Yugo, Armen dan Naya terkejut menemukan Cika yang sudah tidak bernyawa. Ketika mereka bersama-sama membawa Cika keluar dari gedung, kuntilanak datang dan mengejar mereka. Diska telah keluar dari gedung, tetapi Armen, Yugo dan Naya dikejar ke ruang bawah tanah di mana kuntilanak meneror mereka. Diska pergi untuk meminta bantuan Mbah Darmi. Ketika mereka kembali, mereka berusaha mengusir hantu dengan melakukan pengusiran setan, lalu hantu-hantu bangkit dan langsung menyerang Mbah Darmi hingga tewas, lalu hantu-hantu itu mengejar Diska ke ruang bawah tanah.
 
“Saya mendengar langsung pengakuan dari koordinator Mahasiswi Putri Papua di Makassar, saudari Venny pada saat pertemuan di aula asrama, Senin (17/2/2014) kemarin. Dia bilang, kemarin lalu sudah pergi lihat dan ternyata semua fasilitas Asrama Putri Papua raib tanpa jejak. Siapa pelakunya, kami tidak tahu,” tutur Edowai.
Di ruang bawah tanah, Diska bertemu Armen, Yugo dan Naya. Armen memberitahu kepada mereka yang tersisa bahwa ia mengetahui sosok kuntilanak itu adalah mantan kekasihnya, Ratih ([[Nuri Maulida]]). Armen tidak sengaja menghamili Ratih sehingga Ratih diusir dari Jakarta oleh Armen dan teman-temannya dan Diska, yang waktu itu ingin membantunya, dihadang oleh Naya dan Cika. Setibanya di kota kelahirannya di Semarang, Ratih tidak diakui oleh ayahnya ([[August Melasz]]) sehingga ia dengan putus asa bunuh diri dengan melemparkan dirinya ke sumur di Lawang Sewu.
 
Asrama Putri Papua terletak di Jalan Andi Pangerang Pettarani Blok B, Kelurahan Tammamaung, Kecamatan Panakukang, Kota Makassar. Kondisi asrama tersebut saat ini rusak berat. Semua fasilitas seperti lemari, meja, kursi kayu, sound system, kursi sofa, komputer, dilaporkan hilang. Termasuk televisi di ruang tamu, digondol maling. Menurut Venny sebagaimana dikutip Rickson Edowai, seluruh aset Pemerintah Provinsi Papua di asrama putri itu tak satupun tertinggal. Asrama itu kini kosong melompong. Tak hanya itu, pintu utama dan pintu-pintu kamar didobrak pelaku, kondisinya rusak parah. Begitupun kaca di ruang tamu maupun beberapa kamar tidur, pecah. Para penghuni dibawah pimpinan Venny hanya menarik nafas panjang melihat kondisi asrama mereka.
Setelah mempelajari kebenaran tersebut, Diska berlari ke sumur untuk menutupnya. Segera setelah itu, sosok kuntilanak telah membunuh Naya dan Armen. Saat kuntilanak bersiap untuk membunuh Yugo, Diska berhasil menutup sumur dan menghentikan sosok kuntilanak. Pada akhirnya, Diska dan Yugo pulang bersama ke rumah masing-masing dan melanjutkan kehidupan mereka.
 
Hasil pertemuan kemarin, imbuh Edowai, diputuskan kasus hilangnya fasilitas asrama putri tersebut akan dilaporkan segera ke Polresta Makassar, agar pelakunya dapat terungkap. Penghuni Asrama Putri Papua dievakuasi ke Asrama Putra Papua di Jalan Lanto Daeng Pasewang, Sabtu (4/01) 2014 lalu. Hal itu terpaksa dilakukan setelah terjadi penyerangan asrama oleh warga setempat, pada malam pergantian tahun baru, Rabu (1/1) 2014. Asrama dilempari bom molotov. Kaca-kacanya hancur, dan beberapa mahasiswi mengalami luka-luka.
 
Kasus penyerangan itu, sebenarnya sudah diketahui Polsek Panakukang dan Polresta Makassar Kota, karena sempat dilaporkan pasca kejadian. Hanya saja, kata Frans, hingga kini belum ada upaya polisi menindaklanjutinya. Aparat keamanan dinilai membiarkan oknum pemuda setempat menyerang Asrama Mahasiswa Cenderawasih di Makassar.
 
Menurut dia, teror dan pelemparan batu ke arah gedung asrama putra terjadi setiap malam. “Polisi belum menangkap pelakunya,” ujar Frans.
 
Terkait hal ini, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisan setempat. Aksi teror, intimidasi dan penyerangan pada malam hari berdampak pada aktivitas perkuliahan mahasiswa-mahasiswi Papua di kota studi Makassar. Meski masih ke kampus dengan sangat hati-hati, secara umum mereka mengaku trauma dengan rentetan kejadian tersebut.
 
“Setelah asrama putri diserang dan sudah dikosongkan, sekarang mereka tiap malam datang serang kami di asrama putra,” kata Frans Wambraw.
 
Beberapa persoalan tersebut, kata dia, akan dilaporkan langsung ke Pemerintah Provinsi Papua.
 
“Komunikasi melalui telepon sulit mendapat perhatian, jadi dalam waktu dekat ini ada satu tim yang terdiri dari pengurus organisasi dan penghuni asrama di Makassar akan ke Jayapura untuk sampaikan ke Pemprov Papua,” tutur Frans.
 
Diharapkan, setelah sudah mendapat laporan lengkap dari tim, pemerintah daerah tidak tutup mata atas kasus yang sedang dialami anak-anak Papua di Makassar. ''(Jubi/Markus You)''.
 
== Pemeran ==