Dropadi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 67:
== Permainan dadu ==
[[File:Draupadi dragged from her chamber.jpg|ka|jmpl|Lukisan [[Dursasana]] menjambak Dropadi, karya Evelyn Paul (1911).]]
 
{{seealso|Sabhaparwa}}
Dalam naskah ''[[Sabhaparwa]]'', setelah menghadiri upacara [[Rajasuya]], [[Duryodana]] berdiskusi dengan [[Sangkuni]] tentang cara untuk merebut kekayaan Pandawa. Sangkuni menyuruh Duryodana agar mengundang [[Yudistira]] main dadu dengan taruhan harta, istana, dan kerajaan. Duryodana menerima usul tersebut karena yakin bahwa pamannya tersebut merupakan ahli permainan dadu. Duryodana kemudian menghasut [[Dretarastra]] agar mengizinkannya bermain dadu. Setelah rencana disusun secara baik, undangan dikirimkan kepada Yudistira. Ia tidak menolak untuk memenuhi undangan. Permainan diselenggarakan di balairung istana Hastinapura.
 
Baris 96 ⟶ 94:
[[File:Bhimasena_and_Draupadi.jpg|thumb|left|Ilustrasi Dropadi berkeluh kesah kepada [[Bima (Mahabharata)|Bima]] tentang pelecehan dan penghinaan yang dilakukan [[Kicaka]] terhadapnya.]]
 
Setelah Pandawa menjalani masa pengasingan di hutan selama 12 tahun, mereka harus menjalani masa penyamaran selama setahun. Kisah penyamaran para Pandawa dan Dropadi tercatat dalam bagian ''[[Wirataparwa]]'' dari kitab ''[[Mahabharata]]''. Dikisahkan bahwa para Pandawa memilih [[kerajaan Matsya]] sebagai tempat untuk hidup dengan identitas samaran. Di kerajaan tersebut, Dropadi memilih identitas sebagai seorang ''sairandri'' (golongan dayang-dayang) bernama Malini, yang mengabdi sebagai dayang-dayang atau penata riaskepada Ratu [[Sudesna]] di keraton [[Wirata]]. Dalam naskah ''Wirataparwa'', sebutan ''sairandri'' juga sering muncul, yang lebih mengacu kepada sebutan untuk jenis pekerjaan yang sedang dilakoni oleh Dropadi.
 
Saudara Sudesna yang bernama [[Kicaka]] menjabat sebagai panglima tertinggi [[kerajaan Matsya]]. Ia jatuh cinta kepada Dropadi dan bernafsu untuk menikahinya. Namun Dropadi mengaku bahwa ia telah menikah kepada lima [[gandarwa]]. Ia memperingatkan Kicaka bahwa para suaminya sangat kuat; nyawa Kicaka tidak mungkin akan selamat di tangan mereka. Kicaka tidak menggubris peringatan Dropadi. Sebaliknya, ia meminta bantuan Sudesna untuk mempertemukannya dengan Dropadi. Pada suatu kesempatan, Sudesna menyuruh Dropadi mengambil arak dari kediaman Kicaka, yang akhirnya dilaksanakan oleh Dropadi dengan berat hati. Saat Dropadi berusaha mendapatkan arak, Kicaka berusaha melecehkan Dropadi.{{sfn|Chakravarti|2007}}
Baris 103 ⟶ 101:
 
Pada malam di hari yang sama, Dropadi mencurahkan keluh kesahnya kepada Bima, dan mereka berencana untuk membunuh Kicaka. Pada hari berikutnya, Dropadi berpura-pura bahwa ia sesungguhnya menaruh hati kepada Kicaka, dan setuju untuk menikahinya dengan catatan bahwa tidak ada seorang pun yang mengetahui hubungan mereka berdua. Kicaka pun memenuhi persyaratan tersebut. Kemudian Dropadi menyuruh Kicaka agar menemuinya di aula tari pada malam hari. Kicaka juga mematuhi kata-kata Dropadi. Pada malam hari, di tempat yang dijanjikan, Bima menunggu kedatangan Kicaka sambil berpura-pura sebagai Dropadi. Kicaka yang tidak menaruh kecurigaan, mengira Bima sebagai Dropadi karena situasi yang remang-remang. Setelah Bima menunjukkan jati dirinya, mereka pun berduel. Akhrinya Kicaka tewas di tangan Bima.{{sfn|Chakravarti|2007}}
 
<!--
== Perang Kurukshetra ==
[[Berkas:Ashwatthama surrenders his gem to Draupadi.jpg|jmpl|Setelah [[perang Kurukshetra]] berakhir, [[Aswatama]] menyerahkan permata yang melekat di dahinya kepada Dropadi.]]
During the war, Draupadi stays at Ekachakra with other women. On the 16th day, [[Bhima]] kills [[Dushasana]], drinking his blood and fulfilling his oath.
Saat perang antara [[Pandawa]] melawan [[Korawa]] berlangsung di [[Kurukshetra]], Dropadi berdiam di [[Ekachakra]] bersama para istri kesatria lainnya. Perang berlangsung selama 18 hari. Pada hari ke-16, [[Bima (Mahabharata)|Bima]] membunuh [[Dursasana]], memenuhi sumpah yang ia ucapkan saat Dropadi dihina pada peristiwa permainan dadu antara Pandawa dan Korawa (episode dalam ''[[Sabhaparwa]]'').
 
Ada cerita populer yang biasanya ditampilkan dalam adaptasi naskah ''Mahabharata''. Diceritakan bahwa Dropadi mencuci rambutnya dengan darah Dursasana, sebagai tanda pembalasan dendam atas pelecehan yang pernah ia terima saat Pandawa kalah bermain dadu melawan Korawa. Namun adegan tersebut tidak ditemukan dalam naskah ''Mahabharata'' berbahasa Sanskerta. [[Alf Hiltebeitel]] dalam bukunya ''The Cult of Draupadi'' mengulas sumber dari kisah tersebut dengan menelusuri kawasan pedesaan di [[India]]. Ia menemukan bahwa adegan mencuci rambut dengan darah pertama kali muncul dalam "''Venisamhara''"
There is a popular myth often depicted in well-known adaptations on Mahabharata. It says that, Draupadi washed her hair with her brother-in-law Dushasana's blood, as a mark of her vengeance against the molestation she had suffered at the dice-game. Though an extremely powerful and symbolic theme, this incident does not appear in Vyasa's Sanskrit Mahabharata.
<ref>{{cite web|url=https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.486171|title=The Venisamhara of Bhatta Narayana|first=Bombay|last=Portessor of Sanskrit Elphinstone College|date=11 MarchMaret 2018|publisher=|via=Internet Archive}}</ref> oratau "BraidingMengepang The HairRambut (of DraupadiDropadi)", asebuah Sanskrit[[lakon]] playberbahasa writtenSanskerta inyang theditulis Pallavapada periodperiode byPallava eminentoleh playwrightsastrawan [[Bhatta Narayana]]. SinceSejak thensaat itu, thisadegan powerfultersebut thememenjadi ofsimbol vengeancebalas haddendam beenyang useddahsyat, inserta mostdigunakan retellingspula anddalam adaptationspenceritaan onulang Mahabharatatau adaptasi kitab ''Mahabharata'', thussehingga mistakenlydikira attributingsebagai thebagian authorshipdari tonaskah Vedaasli Vyasakarya [[Byasa|Begawan Byasa]].
[[Alf Hiltebeitel]] in his acclaimed research work, "The Cult of Draupadi" explores the source of this myth as he travels through the rural areas of India. He discovers that the first literary mention of the blood-washing theme appeared in "Venisamhara"
<ref>{{cite web|url=https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.486171|title=The Venisamhara of Bhatta Narayana|first=Bombay|last=Portessor of Sanskrit Elphinstone College|date=11 March 2018|publisher=|via=Internet Archive}}</ref> or "Braiding The Hair (of Draupadi)", a Sanskrit play written in the Pallava period by eminent playwright [[Bhatta Narayana]]. Since then, this powerful theme of vengeance had been used in most retellings and adaptations on Mahabharat, thus mistakenly attributing the authorship to Veda Vyasa.
 
=== Serangan Aswatama ===
Dalam bagian ''[[AshwathamaSauptikaparwa]],'' indikisahkan orderbahwa tosetelah avenge[[Korawa]] hiskalah father's as well as otherperang, [[Kuru Kingdom|KuruAswatama]] warriors'membalas deceitfuldendam killingdengan bycara themenyusup ke perkemahan [[PandavasPandawa]], attackspada theirmalam camphari, atdengan nightditemani witholeh [[KripacharyaKrepa]] anddan [[KritavarmaKertawarma]]. Aswatama membunuh para kesatria Pancala yang sedang beristirahat di perkemahan, meliputi: [[AshwathamaDrestadyumna]] killed, [[DhrishtadyumnaSrikandi]], [[ShikhandiYudamanyu]], dan [[UpapandavasUtamoja]], and the remaining Pandava and Panchala army.<ref name="MAswatama Gangulyjuga 1896">K M Ganguly(1883–1896).membunuh [http://sacred-texts.com/hin/m10/m10009.htm[Pancakumara]], Theyaitu Mahabharathalima Bookputra 10:Dropadi. SauptikaPada Parvapagi sectionhari 9] Ashwatthama killing Dhrishtadyumnaberikutnya, October[[Yudistira]] 2003,memperoleh Retrievedkabar 2015-04-17</ref>serangan InAswatama thedari morning,kusir [[Yudhishthira]]kereta hearsDrestadyumna. theKemudian news andia asksmemerintahkan [[Nakula]] tountuk bringmembawa DraupadiDropadi fromdari [[Matsyakerajaan KingdomMatsya]].<ref>K M Ganguly(1883–1896). [http://sacred-texts.com/hin/m10/m10010.htm.htm The Mahabharatha Book 10: Sauptika Parva section 10]{{dead link|date=December 2017 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} Yudhishthira crying over the death of Upapandavas, October 2003, Retrieved 2015-04-17</ref> DraupadiSetelah vowsmendapat thatberita ifkematian thepara saudara dan anak-anaknya, Dropadi bersumpah Pandavasjika doPandawa nottidak killmembunuh AshwatthamaAswatama, shemaka wouldia fastakan toberpuasa deathsampai mati.<ref name="mb">{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m10/m10011.htm |title=The Mahabharata, Book 10: Sauptika Parva: Section 11 |publisher=Sacred-texts.com |date= |accessdate=2015-07-24}}</ref><ref>{{cite web | url=http://www.sacred-texts.com/hin/m08/m08088.htm | title=Asvathama and Kripa are born immortals and unslayable by any kind of weapons | accessdate=28 June 2015}}</ref> The Pandavas find Ashwatthama at [[Vyasa]]'s hut. [[Arjuna]] and Ashwatthama end up firing the [[Brahmashirsha astra]] at each other. Vyasa intervenes and asks the two warriors to withdraw the destructive weapon. Not endowed with the knowledge to do so, Ashwatthama instead redirects the weapon to [[Uttarā (Mahabharata)|Uttara's]] womb, but [[Krishna]] protected the Pandavas' only heir with his Sudarshana Chakra. Krishna curses him for this act. Ashwatthama is caught by the Pandavas and his jewel is taken away.<ref name="mb"/> Draupadi gives the jewel to [[Yudhishthira]] and forgives the killer of her children. Due to the power of meditation, her wrath is subdued and she lets go off Ashwathama, son of their preceptor Drona saying, ''"I desired to only pay off our debt for the injury we have sustained. The preceptor's son is worthy of my reverence as the preceptor himself. Let the king bind this gem on his head, O Bharata!"''<ref>K M Ganguly(1883–1896). [http://www.sacred-texts.com/hin/m10/m10016.htm The Mahabharatha Book 10: Sauptika Parva section 16] Draupadi forgiving Ashwathama, October 2003, Retrieved 2017-11-10</ref>
-->
== Kematian ==
 
Para Pandawa menemukan bahwa Aswatama berlindung di pondok Begawan [[Byasa]]. Baik [[Arjuna]] maupun Aswatama meluncurkan senjata [[Brahmastra]] untuk menyerang satu sama lain. Demi mencegah kehancuran dunia yang disebabkan pertemuan dua senjata tersebut, maka Byasa mengintervensi pertarungan dan menyuruh agar kedua kesatria menarik senjata masing-masing. Karena tidak mengetahui cara menarik senjata tersebut, maka Aswatama mengubah jalurnya menuju janin [[Utari]] (menantu Arjuna), tetapi [[Kresna]] melindungi janin tersebut dengan [[Cakra Sudarsana]]. Kemudian Kresna mengutuk Aswatama, lalu permata yang melekati dahi Aswatama dicabut untuk diberikan kepada Pandawa.<ref name="mb"/> Dropadi memberikan permata tersebut kepada [[Yudistira]] dan memaafkan pembunuh anak-anaknya. Ia menganggap bahwa putra guru sama pentingnya dengan guru itu sendiri.<ref>K M Ganguly(1883–1896). [http://www.sacred-texts.com/hin/m10/m10016.htm The Mahabharatha Book 10: Sauptika Parva section 16] Draupadi forgiving Ashwathama, October 2003, Retrieved 2017-11-10</ref>
Dalam kitab ''[[Mahaprasthanikaparwa]]'' diceritakan, setelah [[Dinasti Yadu]] musnah, para [[Pandawa]] beserta Dropadi memutuskan untuk melakukan perjalanan suci mengelilingi [[Bharatawarsha]]. Sebagai tujuan akhir perjalanan, mereka menuju pegunungan [[Himalaya]] setelah melewati [[gurun]] yang terbentang di utara Bharatawarsha. Dalam perjalanan menuju ke sana, Dropadi meninggal dunia.
 
== Kematian ==
[[File:Death_of_Draupadi_-_Illustrations_from_the_Barddhaman_edition_of_Mahabharata.jpg|jmpl|260px|Dropadi (kiri) tersungkur dalam perjalanan, meninggalkan para Pandawa. Ilustrasi dari buku ''Mahabharata'' edisi Barddhaman ([[abad ke-19]]).]]
Dalam kitab ''[[Mahaprasthanikaparwa]]'' diceritakan, setelah klan [[Wresni]] dan [[Andaka]] (keluarga bangsa [[Yadawa]]) saling bantai di Prabasha, para [[Pandawa]] beserta Dropadi memutuskan untuk mengundurkan diri dari kesibukan duniawi (''[[caturasrama|wanaprastha]]''), dan melakukan perjalanan suci mengelilingi [[Bharatawarsha]]. Sebagai tujuan akhir perjalanan, mereka menuju pegunungan [[Himalaya]] setelah melewati [[gurun]] yang terbentang di utara Bharatawarsha. Dalam perjalanan menuju ke sana, Dropadi merupakan orang pertama yang meninggal dunia. Saat Dropadi meninggal, Yudistira berkata kepada Bima, bahwa Dropadi tidak membagi rasa cintanya secara adil kepada lima Pandawa. Di antara para Pandawa, cintanya kepada [[Arjuna]] lebih besar daripada yang lain. Akibat pilih kasih tersebut, Dropadi tidak mampu melanjutkan perjalanan menuju puncak Himalaya.<ref>http://www.sacred-texts.com/hin/m17/m17002.htm</ref><ref>{{cite book |url= https://books.google.com/books?id=isYVDAAAQBAJ&pg=PA207 |title= Disorienting Dharma: Ethics and the Aesthetics of Suffering in the Mahabharata |first=Emily |last=Hudson|year=2012|isbn=978-0199860784|publisher=Oxford University Press}}</ref>
 
== Suami dan keturunan ==
{{main|Pancakumara}}
[[Berkas:Draupadi and Pandavas.jpg|ka|jmpl|Dropadi bersama para Pandawa.]]
Dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' versi aslinya, dan dalam tradisi pewayangan di [[Bali]], suami Dropadi berjumlah lima orang yang disebut lima [[Pandawa]]. Dari hasil hubungannya dengan kelima Pandawa ia memiliki lima putra, yang disebut [[Pancakumara]], yakni:
# Pratiwindya (प्रतविन्ध्य ''Prativindhya''), anak pertama dari hubungannya dengan [[Yudistira]]).
# Sutasoma (सुतसोम ''Sutasoma''), anak kedua dari hubungannya dengan [[Bima (Mahabharata)|Bima]]).
# Srutakarma (श्रुतकर्म ''Śrutakarma''), anak kelima dari hubungannya dengan [[Arjuna]]).
# Satanika (शतानीक ''Śātānīka''), anak ketiga dari hubungannya dengan [[Nakula]]).
# Srutasena (श्रुतसेन ''Śrutasena''), anak keempat dari hubungannya dengan [[Sadewa]]).
 
Kelima putra Pandawa disebut [[Pancakumara]].
 
== Pewayangan Jawa ==
Dalam budaya [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], khususnya setelah mendapat pengaruh [[Islam]], Dropadi diceritakan agak berbeda dengan kisah dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' versi aslinya. Dalam cerita pewayangan, Dropadi dinikahi oleh [[Yudistira]] saja dan bukan milik kelima [[Pandawa]]. Cerita tersebut dapat disimak dalam lakon ''Sayembara Gandamana''. Dalam lakon tersebut dikisahkan bahwa Yudistira mengikuti sayembara mengalahkan Gandamana yang diselenggarakan Raja Drupada. Orang yang berhasil memenangkan sayembara tersebut berhak memiliki Dropadi. Yudistira ikut serta tetapi ia tidak terjun ke arena secara pribadi, melainkan diwakili oleh [[Bima (Mahabharata)|Bima]]. Bima berhasil mengalahkan Gandamana dan akhirnya Dropadi berhasil didapatkan. Karena Bima mewakili Yudistira, maka Yudistiralah yang menjadi suami Dropadi. Dalam tradisi pewayangan Jawa, putra Dropadi dengan Yudistira bernama Raden [[Pancawala]].
 
== Galeri ==
<gallery mode=packed heights=200px style="text-align:left">
Berkas:Draupadi Chirapaharan.jpg|Dropadi berusaha ditelanjangi oleh [[Dursasana]] setelah Pandawa kalah main dadu. Gambar oleograf dari Jerman, tahun 1920-an.
Berkas:Jaydrath abduct Draupadi.jpg|[[Litograf]] menggambarkan [[Jayadrata]] menculik Dropadi, terbitan Raja Ravi Varma Press.
File:Raja Ravi Varma, Sairandhri.jpg|Lukisan Dropadi sebagai ''sairandri'', karya [[Raja Ravi Varma]].
Berkas:Draupadi humiliated RRV.jpg|Dropadi dihina di istana [[Wirata]] oleh [[Kicaka]]. Suatu adegan dari ''[[Wirataparwa]]'', dilukis oleh [[Raja Ravi Varma]].
</gallery>
 
== Referensi ==
Baris 137 ⟶ 143:
 
=== Daftar pustaka ===
* {{Cite journal|last=Bhattacharya|first=Pratip|date=2004|title=''She Who Must Be Obeyed'', Draupadi: The ill fated one|url=http://www.manushi-india.org/pdfs_issues/PDF%20144/Panchkanya%2019-30.pdf|volume=Panchakanya 19-30|journal=[[Manushi]]|pages=|via=}}
*{{Cite book|last=Chakravarti|first=Bishnupada|url=https://books.google.com/books?id=ivQ6CwAAQBAJ&q=Keechak&pg=PT105|title=Penguin Companion to the Mahabharata|date=2007-11-13|publisher=Penguin UK|isbn=978-93-5214-170-8|language=en}}
* {{citation |editor-last=Doniger |editor-first=Wendy |editor-link=Wendy Doniger |title=Purana Perennis: Reciprocity and Transformation in Hindu and Jaina Texts |url=https://books.google.com/books?id=-kZFzHCuiFAC |year=1993 |publisher=[[State University of New York Press]] |isbn=0-7914-1381-0 }}
* {{cite book|last1=Hiltebeitel|first1=Alf|authorlink1=Alf Hiltebeitel|title=Rethinking India's Oral and Classical Epics: Draupadi among Rajputs, Muslims, and Dalits|date=1999|publisher=[[University of Chicago Press]]|location=[[Chicago]]|isbn=0226340554|url=https://books.google.com/books?id=MMFdosx0PokC|accessdate=28 September 2015}}
 
== Pranala luar ==