Komando Pasukan Gerak Cepat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 114:
Detasemen elit Bravo 90 yang dimiliki Paskhas tampil makin garang. Seperti halnya satuan-satuan elit lainnya, Detasemen Bravo juga sudah dilokalisir. Komplek kecil di Lanud Sulaiman, Margahayu Bandung itu, dipagari hingga tidak bisa dimasuki atau dilewati sembarangan orang. Fasilitas latihan juga telah dibangun. Personil Bravo 90 saat ini diduga berjumlah tak sampai 150 orang. Selain menjalankan tugas-tugas intelijen dibawah perintah Panglima TNI dengan BKO Bais, terlibat dalam misi-misi gabungan TNI untuk mengamankan objek-objek vital, Bravo juga ditempatkan dalam detasemen-detasemen Pengawal Pribadi (Walpri) untuk KSAU dan Presiden.
 
'''Pengukuhan Detasemen Bravo-90
'''
 
Dikukuhkan pada tanggal 16 September 1999 oleh KSAU Marsekal Hanafie Asnan satuan ini memiliki motto Catya Wihikan Awacyama Kapala (Setia, Terampil, berhasil).
 
Dalam melaksanakan operasinya, Bravo dapat juga bergerak tanpa identitas. Bisa mencair di satuan-satuan Paskhas, atau seorang diri. Layaknya dunia intelijen
 
Bukan main-main, Bravo-90 juga melengkapi personilnya dengan beragam kualifikasi khusus lanjutan, mulai dari combat free fall, scuba diving, pendaki serbu, teknik terjun HALO (High Altitude Low Opening) atau HAHO (High Altitude High Opening), para lanjut olahraga dan para lanjut tempur (PLT), Dalpur trimedia (darat, laut, udara), selam, tembak kelas I, Komando lanjut serta mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan sarana multimedia.
Pasukan elit ini juga kebagian jatah untuk berlatih menembak dengan menggunakan peluru tajam tiga kali lipat lebih banyak dari pasukan reguler lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk melatih ketepatan dan kecepatan mereka untuk bertindak dalam waktu sepersekian detik.
 
'''Struktur Organisasi Bravo-90'''
 
Bravo mempunyai 3 tim yang disebut Alfa 1 s/d 3. Alfa 1 mempunyai spesialisasi intelijen. Alfa 2 berkualifikasi spesialisasi perang kota/hutan dan Alfa 3 spesialisasi Counter Terrorism. Disamping itu ada Tim Bantuan Mekanik untuk pemeliharaan senjata dan peralatan serta tim khusus plus tim pelatih. Tapi sebenarnya 3 tim itu mempunyai keahlian yang merata di bidang counter terrorism.
Pasukan “inti” baret jingga yang saat ini di pimpin oleh Mayor (Psk) Roy Bait ini juga kerap berlatih dengan “kakak2 “nya di Gultor Kopassus, Kopaska TNI-AL dan Den Jaka Marinir
Baris 129 ⟶ 131:
Bravo juga menjadi pasukan khusus pertama di Indonesia yang mampu menguasai ilmu bela diri Stema yang merupakan ciri khas dari pasukan elit Rusia Spechnatz.
 
'''Tahap Pendidikan Bravo-90'''
 
Pendidikan Bravo sekitar 6 bulan. Dilaksanakan di Wing III/Diklat Paskhas Satdik 02 Lanjut dan Satdik 03 Khusus. Anggotanya diseleksi dari siswa terbaik peringkat 1-40 lulusan sekolah komando Paskhas dan personel aktif di skadron/Wing. Semua diseleksi ketat mulai dari IQ, Kesemaptaan, keahlian spesialisasi militer yang dibutuhkan serta kesehatan. Semua dengan asistensi lembaga TNI AU yang berkompeten dengan bidang masing – masing.
Lulus dari saringan ketat, maka calon mengikuti pendidikan yang terdiri dari beberapa fase : Pendidikan Intelijen strategis selama 3 bulan (digelar link – up dengan BAIS TNI), Conventional Warfare dan Penanggulangan Teror. .
Baris 137 ⟶ 140:
Setelah itu para calon anggota Bravo harus melewati suatu rangkaian skenario latihan berganda yang merupakan studi kasus mirip kejadian aslinya. Runtun mulai dari kasus intelijen, perang hutan, CQB dan Penanggulangan Teror di 3 media. Mereka harus bisa menyelesaikan itu semua tepat dengan waktu yang telah diberikan. Nampaknya para pelatih Detasemen Penanggulangan Teror “ala” Pasukan khusus TNI AU ini tak main – main. Peluru tajam digunakan dalam latihan tahap akhir. Alhasil para calon Bravo juga penuh perhitungan, cermat, cepat sekaligus tepat dalam bertindak. Bertempur total dan habis – habisan. Itulah kesimpulan akhir pendidikan Bravo. Mereka tercetak menjadi prajurit elit Paskhas yang siap diterjunkan di mana saja di seluruh Indonesia. Setelah lulus, para personel Bravo muda ini berhak atas brevet bravo, lambang, Call Sign dan perlengkapan tempur standard Bravo lainnya. Mereka juga dibagi ke dalam 3 tim Alfa dan Tim Ban Nik. Bagi para personel Bravo yang telah dianggap senior, bisa dipindahkan ke Tim khusus yang tak lain “berisi” prajurit Bravo berkemampuan di luar matra udara yaitu Frogmens yang mampu melakukan infiltrasi lewat laut, Selam Tempur, UDT, Zeni Demolisi, Penerbangan, elektronika dll.
 
'''Rentang penugasan Bravo '''
dimulai sejak 1992 dalam pengamanan KKT di Jakarta, Misi pemulangan TKI Cina, dan misi Geser Tim – Tim sebagai buntut lepasnya Tim – tim dari NKRI. Bravo ditugasi mengendalikan Bandara Komoro bersama 2AFDG (Royal Australian Air Force Airfield Defence Guards). Namun Pengamanan pusat kota juga dipercayakan kepada komando Bravo. Setelah itu dalam konflik Ambon Bravo mengalami berbagai peperangan frontal dari darat ke darat dalam menyekat 2 kubu yang bertikai dalam konflik tergabung dalam Yon Gab 1 bersama Kopassus dan Taifib Marinir. Dalam kejadian itu Kopassus kehilangan seorang prajuritnya dan Bravo menerima musibah yaitu Komandan Peleton 3 yang kebetulan dijabat kontingen Bravo terkena ledakan granat. Akhirnya Markas Bravo segera mengirim komandan baru yaitu Lettu Psk Dodi yang diterjunkan seorang diri. Setelah mengalami beberapa pertempuran sengit sebelum “menemukan” Bravo bersama pasukan TNI lainnya, akhirnya Lettu Psk Dodi dapat bergabung dengan tim Bravo. Misi yang mereka emban adalah Countersniper. Ada Sniper liar yang sengaja mengarah pada pasukan Marinir dan Yon Gab 1. Tenyata sniper liar itu dikendalikan oleh komando gelap yang berpusat hotel Wijaya 11. Bravo kebagian jatah sebagai pasukan Direct Action. Inilah saat kemampuan CQB mereka diuji. Walau hujan tembakan namun Bravo dapat mendobrak masuk dalam gedung. Ternyata Kendali komando gelap itu adalah sejumlah oknum pimpinan TNI dan Polri. Dalam Konflik Aceh, Bravo ditugasi untuk mengamankan Bandara dan lanud di seluruh wilayah NAD.
'''Inventaris Senjata Bravo-90'''
 
Pistol Scorpion sudah tinggal kenangan. Kini Bravo memiliki senjata jagonya CQB yaitu MP 5. Sebagian adalah hibah dari Korea. Namun begitu masih bagus. Pistol pun pakai SiG Sauer. Anggota Bravo dilengkapi uniform full gears dengan peralatan terbaru. Mulai dari rompi anti peluru, NVG, GPS, pelindung kaki dan lutut, sepatu khusus, pelindung mata, pisau lempar, alat komunikasi point to point sampai Jeep Land rover yang telah dimodifikasi. Bahkan dalam situasi khusus, Bravo bisa memboyong pesawat – pesawat TNI AU dari pesawat angkut sampai pesawat tempur untuk menyokong misi operasinya.
Bravo juga kini telah memiliki senjata SAR-21 (Singapore Air Rifle). Kabarnya Bravo mendapat 50 buah senjata jenis ini dari Mabes TNI
Baris 148 ⟶ 153:
Ø Pistol : Sig Sauer, Glock 17C dan 19C.
Ø Sniper : SIG SHR (Swiss Hunting Rifle) 970 Tactital Rifle Kaliber
7,62mm x 51mm, SIG Sauer SSG 3000 kaliber 7,62 x 51 mm
Ø Counter Sniper : FN Hecate II kaliber 12,7mm
Ø Parasut : MC11
Ø Alat Komunikasi : Marconi Selenia (standar pasukan khusus AS)
 
'''Kendaraan Taktis'''
 
Detasemen Bravo-90 Paskhas TNI-AU saat ini setidaknya mengoperasikan 2 jenis kendaraan taktis yaitu Land Rover Defender MRCV (multi role combat vehicle) dan Dirgantara Military Vehicle (DMV-30T) buatan PT. Dirgantara Indonesia.
 
'''Land Rover Defender MRCV'''. Kendaraan taktis (rantis) Bravo-90 yang satu ini memang khusus. Termasuk Land Rover jenis defender heavy duty antipeluru yang dilengkapi tangga lipat serta penyangga mobil. Tangga ini lazim digunakan dalam penyerbuan gedung (building assault). Agar mobil berdiri stabil, penyangga diturunkan secara hidrolik untuk menahan goyangan. Melihat tongkrongannya, rantis Bravo-90 ini adalah jenis Defender Td5 dengan basis station wagon sasis panjang. Mobil yang dari pabrikannya dilego seharga 20.495 poundsterling (standar) ini ditenagai mesin disel berkapasitas 2500cc.
Bila disimak lebih jauh, tentu saja ada fasilitas khusus yang ditambahkan. Sebut saja plat pijakan kaki yang menempel disekeliling bodi mobil. Tentu saja bukan tanpa tujuan fasilitas tadi dibuat. Plat berfungsi sebagai pijakan pasukan yang berdiri disekeliling mobil. Dengan demikian maka pasukan bisa di drop dengan cepat.
 
'''Dirgantara Military Vehicle.''' Kendaraan sejenis “Humvee” dan bertampang “sangar” ini adalah produk pertama dan asli rakitan PTDI. Kendaraan ini mendapat nomor register di lingkungan TNI-AU yakni 4020-10. DMV menggunakan mesin disel 3000 cc Ford Ranger dan teknologi Mazda Tampilannya semakin perkasa dengan senjata utama senapan mesin GRMG yang disimpan di bagian atap kendaraan, serta senjata FN Minimi kaliber 5,56 mm yang menyembul keluar dari kabin depan yang tidak dipasangi kaca.
Gerakan mobil anyar itu dipastikan tetap lincah, baik di jalan raya maupun di medan yang terjal sekalipun. Empat buah ban ukuran besar melekat di dua as dengan ketinggian jarak lantai kabin ke tanah sekitar 90 centimeter. Apabila tertembak, bagian ban masih akan tetap berdiri dan berfungsi maksimal karena dilengkapi dengan lapisan besi yang dipasang melingkar pada bagian ban. Kendaraan tempur PTDI ini didesain untuk kapasitas empat orang prajurit dengan jok yang terbuat dari fibre glass yang dicat khas warna loreng TNI. DMV mempunyai ketahanan perjalanan hingga 600 kilometer. Berbeda dengan kendaraan biasanya, sasis DMV dibangun dengan besi-besi pipa berkualitas sesuai dengan standard dan spesifikasi kendaraan versi militer
 
'''Markas Komando DenBravo-90'''
 
Pada tahun 2009, Detasemen Bravo-90 direncanakan telah menempati markas barunya seluas hektar di daerah Rumpin, Bogor. Daerah ini dinilai sangat strategis karena dekat dengan dua lanud utama TNI-AU yaitu Lanud Atang Sanjaya, Bogor dan Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur sehingga mudah untuk menggerakkan pasukan keseluruh wilayah Indonesia.
Daerah ini juga memiliki akses yang cepat ke pusat pemerintahan (khususnya Istana Negara Jakarta dan Istana Bogor, Gedung MPR-DPR serta Mabes TNI di Cilangkap) maupun dengan pintu gerbang negara di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng. Selain itu Den Bravo-90 juga direncanakan untuk dapat melindungi Pusat Pengembangan dan Pengkajian Iptek (Puspiptek) milik BPPT dan fasilitas LAPAN di daerah Serpong, Tangerang.