Dosa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Bulandari27 (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Penambahan konten Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 12:
dari penguraian ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa dosa adalah perilaku menduhakai peraturan Allah SWT ( عصي ) = ’Maksiat, ia tidak bisa dihapus kecuali dengan pertaubatan, dan tidak dikatakan bertaubat jika masih bermaksiat kepada Allah.( QS. 33 ; 36, 4 ; 1.46, 72 ; 23 )
== Dosa menurut pandangan Buddhis ==
Dalam [[Agama Buddha|ajaran Buddha]], dosa ([[bahasa Pali]]: ''dosa''; [[bahasa Sansekerta]]: ''dveṣa'') berarti kebencian, marah, merusak, tidak suka, tidak senang, tidak puas, tidak penerimaan, yang tergolong penolakkan.<ref>Pali Dictionary</ref> Dosa merupakan salah satu penyebab perbuatan buruk (''akusalakamma'') dari tiga awal permulaan kejahatan atau tiga akar kejahatan ([[bahasa Pali]]: ''ti akusalamūla''; [[bahasa Sansekerta]]: ''tri akushalamūla'') yang terdiri dari lobha, dosa dan moha.
''“Demikian telah dikatakan oleh Sri [[Tathagata|Bhagava]],''
''Para bhikkhu, tiga inilah permulaan kejahatan. Apakah ketiganya itu? Permulaan kejahatan keserakahan (lobha), permulaan kejahatan kebencian (dosa), dan permulaan kejahatan kedelusian (moha). Inilah para bhikkhu, tiga permulaan kejahatan. Demikian hal ini telah dijelaskan oleh Sri Bhagava. Dalam hubungannya dengan ini Ia berkata: Keserakahan, kebencian dan kedelusian, yang muncul dari dalam dirinya, akan merugikan orang yang berpikiran jahat, seperti buah bambu menghancurkan tumbuhnya pohon itu sendiri.”'' (Mūla Sutta)<ref>{{Cite book|last=|first=|date=|url=|title=Mūla Sutta, Khuddaka Nikāya 4.3.1.1 (Khuddaka Nikāya: Itivuttaka: Tikanipāta: Paṭhamaavagga 1 {Itivuttaka 50} versi Chaṭṭha Saṅgāyana CD-ROM – CSCD), Kanon Tipitaka Pali.|location=|publisher=|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref>
Dosa adalah kehausan atau ketagihan terhadap ketidakhadiran atau ketidakberadaan sesuatu dengan ingin tidak memilikinya atau tidak mengalaminya terus menerus, berkali-kali, dari yang telah ada. Dengan kata lain, adanya penolakan yang sangat terhadap sesuatu yang tidak disukai.
Ketika seseorang penuh dosa, dikendalikan oleh kebencian, dengan pikiran dikuasai oleh kebencian, maka ia mengakibatkan penderitaan pada diri sendiri dan orang lain dengan berbuat kejahatan.
Adalah wajar bahwa setiap orang masih memiliki rasa tidak suka dengan sesuatu. Tetapi rasa tidak suka dengan keinginan agar sesuatu tersebut menjadi tidak hadir atau tidak ada (musnah) terus-menerus dan ingin lebih dan lebih, menjadi tidak wajar, dan inilah dosa.
Untuk menghindari timbulnya dosa dalam diri, maka diperlukan menjalankan lima latihan kemoralan yakni dengan pelaksanaan [[Pancasila (Buddha)|Pancasila]] ([[bahasa Pali]]: ''pañcasīla'').<ref>{{Cite web|last=|first=|date=2017-10-10|title=Tiga Permulaan Kejahatan (akusalamūla)|url=https://bhagavant.com/tiga-permulaan-kejahatan-akusalamula|website=Bhagavant.com|language=id-ID|access-date=}}</ref>
== Lihat pula ==
* [[Dosa (Kristen)]] - dosa menurut sudut pandang Kristen.
|