Indonesia Raya (politik): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mamad Mahmud (bicara | kontrib)
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Mamad Mahmud (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 11:
== Masa pendudukan Jepang ==
 
Pada saat [[Perang Dunia II]] para pendukung gagasan Indonesia Raya atau Melayu Raya bekerja sama dengan kekuatan tentara [[Pendudukan Jepang di Indonesia|pendudukan Jepang]] untuk melawan Inggris dan Belanda.<ref name="Graham">{{cite paper
| first = Brown
| last = Graham
Baris 21:
| format =
| accessdate = }}</ref>
Sikap bekerja sama ini didasari dengan harapan bahwa Jepang akan mempersatukan Hindia Belanda, Malaya dan Borneo Utara dan kemudian memberikan kemerdekaan.<ref name="Graham" /> Dipahami bahwa dengan bersatunya wilayah koloni Eropa ini dalam suatu wilayah pendudukan Jepang, maka pembentukan sebuah kesatuan negara Indonesia Raya atau Melayu Raya dimungkinkan.<ref name="Graham" /> Pada bulan Juli 1945 dibentuk KRIS (Kesatuan Rakyat Indonesia Semenanjung), yang kelak diubah menjadi "Kekuatan Rakyat Indonesia Istimewa" di bawah pimpinan [[Ibrahim Yaakob|Datuk Ibrahim Yaakob]] dan Dr. Burhanuddin Al-Hemy dengan tujuan mencapai kemerdekaan dari Britania Raya, dan persatuan dengan Indonesia. Rencana ini sudah dirundingkan dengan [[Soekarno|Sukarno]] dan [[Mohammad Hatta|Hatta]].<ref name="Reinventing Indonesia">[http://books.google.co.id/books?id=Hqf1kaxuL3MC&pg=PA72&lpg=PA72&dq=Sukarno+cita-cita+Indonesia+Raya&source=bl&ots=WAQpzYUb35&sig=7b1WEfACi0_fC4CZo37lES4jPFI&hl=id&ei=SNaJTqyjL6W4iQfJtaHGAQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=6&ved=0CDkQ6AEwBQ#v=onepage&q&f=false Reinventing Indonesia: menemukan kembali masa depan bangsa]</ref>
 
Pada 12 Agustus 1945 [[Ibrahim Yaakob]] bertemu dengan [[Soekarno|Sukarno]], [[Mohammad Hatta|Hatta]], dan [[Radjiman Wedyodiningrat|Dr. Radjiman]] di [[Taiping (Malaysia)|Taiping]], [[Perak, Malaysia|Perak]]. Sukarno dan rombongan singgah di [[Bandar Udara Taiping|bandar udara Taiping]] dalam perjalanan pulang dari [[Kota Hồ Chí Minh]], [[Vietnam]], menuju [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] setelah sebelumnya bertemu dengan [[Hisaichi Terauchi|Marsekal Terauchi]] di Dalat untuk membicarakan mengenai percepatan rencana kemerdekaan Indonesia dan menerima pernyataan [[Hisaichi Terauchi|Terauchi]] secara langsung bahwa [[Jepang]] mengizinkan [[Indonesia]] merdeka.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=XK4SaVKUwO8C&pg=PA39&lpg=PA39&dq=Sukarno+Terauchi+Saigon&source=bl&ots=s6CsW1xqCp&sig=BDoKonU0oVtrcUA4lw7WuMYaTt0&hl=id&ei=-uKJTqnoK82QiAfq3KikDw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CBcQ6AEwAA#v=onepage&q=Sukarno%20Terauchi%20Saigon&f=false Terobosan Sukarno dalam Perundingan Linggarjati]</ref> Pada pertemuan ini Yaakob menyatakan niatannya untuk menggabungkan [[Semenanjung Malaya]] ke dalam Indonesia merdeka yang dikernakan kecintaannya pada tanah leluhurnya di Sumatra Barat. Pada pertemuan singkat ini Sukarno dengan didampingi Hatta menjabat tangan Yaakob dan berujar, "Marilah kita membentuk satu tanah air untuk seluruh putra-putri Indonesia."<ref>[http://books.google.co.id/books?id=PFq_7fuwtNwC&pg=PA59&lpg=PA59&dq=Sukarno+Ibrahim+Taiping&source=bl&ots=YRS8NkvUOW&sig=2y9EKlYD4gMBkDQOL6iqwZuyyMo&hl=id&ei=0uCJTouGD-WdiAf94vWJDw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7&ved=0CEAQ6AEwBjgK#v=onepage&q=Sukarno%20Ibrahim%20Taiping&f=false Joseph Chin Yong Liow The Politics of Indonesia-Malaysia Relations: One Kin, Two Nations]</ref>
 
SukarnoSultan dan MuhammadHamid YaminII adalah tokoh politik Indonesia yang sepakat dengan gagasan persatuan raya ini. Akan tetapi merekabeliau enggan untuk menyebut gagasan ini sebagai "Melayu Raya" danseperti yang diinginkan Ibrahim Yaacob. Beliau menawarkan nama lain yaitu "Indonesia Raya". Pada hakikatnya baik Melayu Raya yang diingingkan Ibrahim Yaacob maupun Indonesia Raya adalah gagasan politik yang samatidak jauh persisberbeda. Keengganan untuk menamai Melayu Raya karena berbeda dengan di Malaya, di Indonesia istilah Melayu lebih merujuk kepada [[suku Melayu]] yang dianggap hanyalah sebagai salah satu dari berbagai suku bangsa di [[Nusantara]], yang memiliki kedudukan yang setara dengan [[Orang Minang|Minangkabau]], [[suku Aceh|Aceh]], [[suku Jawa|Jawa]], [[suku Sunda|Sunda]], [[suku Madura|Madura]], [[suku Bali|Bali]], [[suku Dayak|Dayak]], [[suku Bugis|Bugis]], [[suku Makassar|Makassar]], [[suku Minahasa|Minahasa]], [[Orang AmbonMaluku|AmbonMaluku]], dan lain sebagainya. Penghimpunan berdasarkan ras atau suku bangsa "Melayu" dikhawatirkan rawan dan kontra-produktif dengan persatuan Indonesia yang mencakup berbagai suku bangsa, agama, budaya, dan ras karena banyak suku bangsa di Indonesia Timur seperti orang [[Daftar suku bangsa di Papua|Papua]], [[Orang AmbonMaluku|AmbonMaluku]], dan [[Nusa Tenggara Timur]], bukanlah termasuk rumpun MelayuNusantara [[Austronesia]], melainkan rumpun bangsa [[Melanesia]].
 
Akan tetapi pada tanggal 15 Agustus 1945 [[Kaisar Hirohito]] tiba-tiba mengumumkan lewat siaran radio bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada kekuatan [[Sekutu]]. Republik Indonesia secara mandiri memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Karena dituding sebagai kolaborator Jepang, pada tanggal 19 Agustus 1945 Ibrahim Yaakob dengan menumpang pesawat terbang militer Jepang terbang ke Jakarta. Ibrahim Yaakob mengungsi ke Jakarta bersama isterinya Mariatun [[Haji Siraj]], iparnya Onan Haji Siraj dan Hassan Manan. Ibrahim Yaakob yang memperjuangkan gagasan bersatunya Semenanjung Malaya dengan Indonesia kemudian bermukim di Jakarta hingga akhir hayatnya. Dengan jatuhnya Jepang pada bulan Agustus 1945, semua cita-cita persatuan itu praktis mati dan tidak berkembang lagi di Semenanjung Malaya sejak saat itu.<ref name="Reinventing Indonesia"/>
 
Selepas [[proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia]], melalui perjuangan bersenjata dalam [[Revolusi Nasional Indonesia]] dalam kurun tahun 1945-1949, Republik Indonesia akhirnya mendapatkan pengakuan kedaulatan dari [[Kerajaan Belanda]] dalam [[Konferensi Meja Bundar]] pada tahun 1949. Sementara itu setelah [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|pendudukan Jepang]], Semenanjung Malaya dan Borneo Utara praktis berada di bawah kekuasaan dan kendali Britania Raya.
 
== Konfrontasi dan Indonesia Raya ==