Arsitektur Minangkabau: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rahmatdenas (bicara | kontrib) |
Rahmatdenas (bicara | kontrib) |
||
Baris 15:
Pendapat tentang bentuk atap gonjong berasal tanduk kerbau didasarkan pada [[Legenda Minangkabau|legenda tentang asal usul kata Minangkabau]]. Menurut legenda, pada masa dahulu datang pasukan yang hendak menyerang wilayah Minangkabau. Untuk mencegah peperangan, penguasa setempat mengusulkan pertempuran dilakukan secara simbolis dengan adu kerbau. Kerbau milik penguasa setempat menang dalam adu kerbau sehingga menginspirasi masyarakat menamai kata Minangkabau, berasal dari kata "menang" dan "kerbau".{{sfn|Syafwandi|1993|pp=10}}{{sfn|Syafwandi|1993|pp=25}}{{sfn|Rosiana Haryanti|31 Juli 2018}}
Sementara itu, pendapat yang mengemukakan atap gonjong berasal dari bentuk haluan kapal dikaitkan dengan kisah pendaratan kapal [[Aleksander Agung|Iskandar Zulkarnain]] yang menurut tambo merupakan salah seorang nenek moyang orang Minangkabau.{{sfn|Esti Asih Nurdiah|2011|pp=15}} Panglima perang Iskandar Zulkarnain dikisahkan berlayar ke Asia Tenggara dan mendaratkan kapal di puncak [[Gunung Marapi]].{{sfn|Syafwandi|1993|pp=4–8}}
Adapun pendapat lainnya mengatakan bentuk gonjong melambangkan daun sirih bersusun karena sirih sejak lama menjadi perlambangan budaya yang sangat penting dan sakral di Minangkabau. Bagi masyarakat Minangkabau, sirih bermakna sebagai penyambung tali silaturahmi. Sampai saat ini, sirih masih digunakan dalam setiap kegiatan adat masyarakat Minangkabau.{{sfn|Beritagar.id|8 Desember 2017}}{{sfn|Minangkabaunews.com|6 Juni 2011}}
|