Sejarah astrologi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k replaced: refrensi → referensi |
FelixJL111 (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 89:
Setelah pendudukan oleh Iskandar Agung pada 332 SM, Mesir berada dibawah kekuasaan dan pengaruh Bangsa Yunano. Kota Alexandria merupakan kota yang dicetuskan oleh Iskandar Agung setelah penaklukan tersebut pada abad ke-3 hingga ke-2 SM.<ref name=":2" /><ref name=":17">{{Cite book|url=https://www.amazon.com/History-Horoscopic-Astrology-Herschel-Holden/dp/0866904638|title=A History of Horoscopic Astrology|last=Holden|first=James Herschel|date=1996-10-01|publisher=American Federation of Astrologers, Inc.|isbn=9780866904636|edition=2nd edition|location=Tempe, Ariz|language=English}} Hlmn. 11</ref> Kota Alexandria di Mesir ini yang kemudian menjadi tempat bercampurnya astrologi Mesir dengan astrologi yang berasal dari periode akhir kebudayaan Mesopotamia.<ref name=":17" /> Astrologi Mesir kemudian memasukan berbagai konsep yang terdapat pada kebudayaan Mesopotamia seperti pentingnya pengaruh planet, konsep tripolisitas, dan pengaruh gerhana. Bersama dengan ini, Bangsa Mesir menggabungkan konsep pembagian zodiak kedalam 36 segmen ''(decan)'' pada suatu lingkaran langit, dan memberi penekanan terhadap konstelasi bintang yang dominan, sistem dewa-dewa Yunani yang berkaitan dengan planet, pertanda dari pemerintahan, dan empat elemen utama (air, udara, tanah, api).<ref name=":2" /><ref name=":17" />
Dekan merupakan suatu sistem pengukuran waktu yang didari pengamatan konstelasi bintang. Sistem ini dimulai oleh terbitnya konstelasi Sirius. Terbitnya suatu dekan tertentu di langit digunakan untuk membagi waktu (jam) pada suatu malam. Terbitnya suatu konstelasi bintang sesaat sebelum terbitnya matahari dianggap sebagai jam terakhir dari suatu malam. Setiap tahunnya, konstelasi-konstelasi bintang ini terbit sesaat sebelum matahari terbit selama sepuluh hari. Saat konstelasi-konstelasi ini menjadi bagian dari zodiak peradaban
=== Romawi-Yunani ===
Baris 97:
=== Peradaban Islam klasik ===
Astrologi mulai masuk dalam kajian para pemikir Islam ketika jatuhnya kota Alexandria kepada Bangsa Arab di abad ke-7 Masehi, dan juga sejak berdirinya Kesultanan Abbasiyah pada abad ke-8 Masehi. Khalifah kedua dari kesultanan ini, Muhammad Al-Mansur mendirikan kota Baghdad sebagai pusat pembelajaran, termasuk di dalamnya terdapat perpustakaan sebagai pusat terjebahan yang dikenal juga sebagai ''Bayat al-Hikma'' "Rumah Kebijaksanaan", yang mana perpustakaan ini menerima banyak karya-karya astrologi dari periode
Diantara nama-nama ahli astrologi dalam kebudayaan Arab, salah satu yang paling terkenal adalah Abu Maʿshar, dengan karyanya yang berjudul ''Kitāb al‐mudkhal al‐kabīr'' yang kemudian menjadi salah satu risalah astronomi terkenal di Eropa. Selain itu, nama Al-Khwarizmi tidak hanya dikenal sebagai ahli matematika, ia juga dikenal sebagai ahli astronomi, astrologi, dan geografi.<ref name=":20" />
|