Sepauk, Sintang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 23:
Beberapa kali pada abad 20 terjadi pengungsian dari Sepauk. Ini terjadi karena berbagai sebab: ekonomi, sosial, pendidikan, dan juga kekerasan. Biasanya anak anak muda yang baru dewasa keluar dari Sepauk untuk mencari ilmu atau mencari kerja di ibu kota provinsi [[Pontianak]] dan kemudian ibu kota [[Jakarta]]. Bencana alam seperti kemarau berkepanjangan atau bencana hama yang merusak sumber makanan juga menyebabkan pergolakan sosial dan memaksa penghuni untuk mengungsi ke kota [[Pontianak]]. Pertentangan antara orang asli suku [[dayak]] dan orang [[suku Madura]] pada tahun 1990an juga menyebabkan pengungsian massal dari Sepauk dan sekitarnya.
Orang asli sepauk memiliki adat dan tradisi yang berbeda dengan orang daerah lainnya, sebab orang asli sepauk adalah orang dayak seberuang. Suku dayak seberuang adalah orang yang sangat ramah, dayak seberuang telah lama menghentikan tradisi 'mengayau', yaitu memotong kepala manusia untuk berbagai kebutuhan. Sejak itu, karena orang dayak seberuang tidak melakukan tradisi mengayau lagi, mulai lah berdatangan gelombang transmigrasi yang pada saat itu datang dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, namun
=== Pembauran ===
|