Parentifikasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bebasnama (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Bebasnama (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 18:
Sebagai alternatif, seorang duda dapat memasukkan anak perempuan ke dalam peran sosial dan emosional mendiang istrinya – "pemasutrian" (''spousification'') atau seorang ibu dapat mewajibkan anak perempuannya untuk memainkan peran penyayang, dengan mengkhianati harapan normal anak akan cinta dan perhatian.<ref>Diana Brandt, ''Wild Mother Dancing'' (1993) p. 54</ref>
 
== NarsistikNarsisistik ==
Pengorangtuaan [[Narsisme|narsistik]] terjadi ketika seorang anak terpaksadipaksa mengambil [[Proyeksi psikologis|proyeksi]] orang tua ideal, sesuatu yang mendorong [[Perfeksionisme (psiiologipsikologi)|perfeksionisme]] pada anak dengan mengorbankan perkembangan alami mereka.<ref>Jurkovic, in  L'Abate, ed., p. 246-7</ref> Dalam semacam pengenalpastian semu, anak didorong dengan segala cara untuk mengambil ciri-ciri [[Ego ideal|ideal ego]] orang tua<ref>Otto Fenichel, ''The Psychoanalytic Theory of the Neuroses'' (London 1946) p. 510-11</ref> &ndash; sebuah pola yang telah dikesan dalam kebudayaan [[Dunia Barat|Barat]] sejak penggambaran [[Homer]] mengenai watak [[Akhilles]].<ref>R. K. Holway, ''Becoming Achilles'' (2011) Chapter Five 'Fathers and Sons'; and notes p. 218–19</ref>
 
== Kekurangan ==
Hasil sampingan pengorangtuaan yang hampir tidak terhindarkan ialah kehilangan masa kecilnya sendiri.<ref>Siegal, p. 114</ref> Dalam pengorangtuaan yang bersifat merusak, anak tersebut memikul tanggung jawab yang berlebihan dalam keluarga, tanpa pengasuhan mereka diakui dan didukung oleh orang lain:<ref>Jurkovic, p. 237</ref> dengan mengadopsi peran sebagai pengasuh orang tua, anak kehilangan tempat mereka yang sebenarnya dalam satuan keluarga dan dibiarkan kesepian dan tidak pasti.<ref name="auto"/> Dalam keadaan yang ekstrem, mungkinanak ada apa yang disebut pemisahan dari jasad (''disembodiment''),menderita [[Kemarahan narsistiknarsisistik dan luka narsistiknarsisistik|luka narsistiknarsisistik]] yang mengancam jati diri dasar seseorang, yang disebut pemisahan dari jasad (''disembodiment).''<ref>Paula M. Reeves, in Nancy D. Chase, ''Burdened Children'' (1999) p. 171</ref>
 
Pada kemudian hari, anak-anak yang terorangtuakan sering mengalami kegelisahan karena ditinggalkan dan kehilangan, dan menunjukkan kesulitan menangani penolakan dan kekecewaan dalam hubungan antarpribadi.<ref>{{cite journal |last1=Katz |first1=Petracca |last2=J. |first2=Rabinowitz |title=A retrospective study of daughters' emotional role reversal with parents, attachment anxiety, excessive reassurance seeking, and depressive symptoms. |journal=The American Journal of Family Therapy |date=2009 |volume=37 |issue=3 |page=185–195 |doi=10.1080/01926180802405596 }}</ref>
Baris 29:
 
== Kajian kasus ==
* Dalam swariwayat hidupnya, [[Carl Jung]] melaporkan bahwa ibunya selalu berbicara kepadanya sebagai orang dewasa, dan mencurhatkan apa yang tidak dapat dia bagi dengan suaminya kepadanya.<ref>C. G. Jung, ''Memories, Dreams, Reflections'' (London 1983) p. 69</ref> [[Laurens van der Post]] mengomentari suasana dewasa di sekitar Jung muda, dan menganggap bahwa "pengaktifan pola "orang tua" dalam dirinya...semuanya akibat sejauh mana ibu dan ayah gagal satu sama lain".<ref>Laurens van der Post, ''Jung and the Story of Our Times'' (Penguin 1978) p. 77</ref>
* Patrick Casement melaporkan seorang pesakit (pasien) – Mr T – yang ibunya merasa tertekan pada setiap dan semua perasaannya, dan karena yang melindunginya dari mereka – menjadi ibunya sendiri.<ref>Patrick Casement, ''Further Learning from the Patient'' (1990) p. 174</ref>
 
== Contoh sastra ==
''[[Hikayat Genji]]'' menceritakan bahwa "kunjungan anak laki-lakinya merupakan kesenangan utama bagi ibu Kaoru". Kadang-kadang dia hampir tampak lebih seperti seorang ayah daripada anak laki-laki yang merupakan sebuah fakta yang dia sadari dan anggap agak menyedihkan".<ref>Murasaki Shikiki, ''The Tale of Genji'' (London 1992) p. 790</ref>
 
Watak Charles Dickens dalam "Malaikat di Rumah" (''Angel in the house''), terutama Agnes Wickfield dalam ''[[David Copperfield]]'', ialah anak-anak yang terorangtuakan.<ref>[http://dickensblog.typepad.com/dickensblog/2010/09/unwilling-angels-charles-dickens-agnes-wickfield-and-the-effects-of-parentification.html Nina S. "Unwilling Angels: Charles Dickens, Agnes Wickfield, and the Effects of Parentification". Dickens Blog.]</ref> Agnes dipaksa menjadi orang tua ayahnya yang merupakan pencandu alkohol dan tampaknya berjuang untuk kesempurnaan sebagai cara mencapai "ideal ego" dari mendiang ibunya (yang meninggal dunia saat melahirkan anak). Agnes terlambat menikah, memiliki masalah hubungan dan keintiman (dia kesulitan mengungkapkan  cintanya kepada David sampai David mengungkapkan cintanya sendiri kepadanya), dan memiliki beberapa sikap yang merugikan diri sendiri. Dalam suatu adegan, dia menyalahkan nasib buruk ayahnya sendiri pada dirinya sendiri. Namun, dia terbukti ulet, banyak akal, bertanggung jawab, dan bahkan berpotensi didorong oleh karier (dia membentuk sekolahnya sendiri). Dia juga berhasil menikahi protagonis David dan keduanya hidup bahagia bersama 10 tahun dengan anak-anak bersama 10 tahun pada akhir novel.
 
Tema pengorangtuaan juga telah dieksplorasi dalam [[Twilight (seri novel)|seri ''Twilight'']],<ref>E. D. Klonsky/A. Blas, ''The Psychology of Twilight'' (2011)</ref> dengan rujukan tertentu mengenai watak [[Bella Swan]], tetapi tidak eksklusif.<ref>Nancy R. Reagin ed., ''Twilight and History''
(2010) p. 184–85 and p. 258-9</ref>