Sewaka Darma (Sunda Kuno): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 21:
Naskah ini pertama kali diumumkan oleh Danasasmita dkk. (1987) berupa transliterasi, suntingan teks dan terjemahan bersama dua naskah lainnya, yaitu ''[[Sanghyang Siksa Kandang Karesian]]'' dan ''[[Amanat Galunggung]]''.<ref name=":2" /> Dalam penelitian itu ''Sewaka Darma'' semula dianggap terdapat pada naskah tunggal, yaitu pada kropak 408 (L 408) koleksi Perpustakaan Nasional. Analisis terhadap bentuk aksara Sunda kuno yang digunakan merngindikasikan kemiripan dengan naskah ''[[Carita Ratu Pakuan]]'' (L 410) dan diperkirakaan merupakan model aksara Sunda tipe akhir yang ditulis pada awal abad ke-18. Jika bukan salinan, isi naskahnya jelas lebih tua dari abad ke-18 Masehi.<ref name=":2" />
 
Pada tahun yang sama dilakukan transliterasi, rekonstruksi, suntingan teks dan terjemahan atas dua naskah Ciburuy (''Ciburuy I'' dan ''Ciburuy II'') yang juga mengandung teks ''Sewaka Darma''.<ref name=":3">{{Cite book|last=Sardjono, Ekadjati, Kalsum|first=|date=1987/1988|url=|title=Naskah Sunda: Transliterasi dan Terjemahan|location=Bandung|publisher=Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref>''<ref name=":52">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/1162374023|title=Tata pustaka : sebuah pengantar terhadap tradisi tulis Sunda kuna : kajian|location=Jakarta|isbn=978-623-200-245-6|others=Perpustakaan Nasional (Indonesia),, Masyarakat Pernaskahan Nusantara,|oclc=1162374023}}</ref>'' Dari analisis terhadap kedua naskah Ciburuy tersebut didapati bahwa susunan lempir telah acak dan bercampur dengan teks lain. Selain itu terdapat empat model aksara Sunda kuno yang digunakan untuk menulis. Penelitian terhadap naskah lain dengan isi teks yang sama di Perpustakaan Nasional dengan kodel L 424 dan 425 dilakukan oleh Undang A. Darsa dalam disertasinya.<ref name=":0" />''<ref name=":52" /><ref name=":1" /><ref name=":02" />''
 
Belakangan, teks ''Sewaka Darma'' diteliti dari berbagai sisi keilmuan. Antara lain yang dikerjakan oleh Yusuf Siswantara (2016) membahas aspek pedagogisnya.<ref>{{Cite journal|last=Siswantara|first=Yusuf|date=2016|title=Sewaka Darma: Pembelajaran Keutamaan Kehidupan dan Implikasi Pedagogisnya|url=http://repository.unpar.ac.id/handle/123456789/4609|language=Indonesia|issn=2406-8098}}</ref> Ada pula yang membahas dari aspek nilai-nilai moral dalam teks ''Sewaka Darma'', seperti yang dikerjakan oleh Baharudin (2020).<ref>{{Cite journal|last=Baharudin|first=Baharudin|date=2020-10-27|title=NILAI-NILAI MORAL MASYARAKAT SUNDA (KAJIAN NASKAH SEWAKA DARMA DI SITUS KABUYUTAN CIBURUY GARUT)|url=https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/J-KIP/article/view/4401|journal=J-KIP (Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan)|language=en|volume=1|issue=2|issn=2722-6069}}</ref>
Penelitian terhadap naskah lain dengan isi teks yang sama di Perpustakaan Nasional dengan kodel L 424 dan 425 dilakukan oleh Undang A. Darsa dalam disertasinya.<ref name=":0" />''<ref name=":52" /><ref name=":1" /><ref name=":02" />''
 
== Perbandingan Bagian Awal Teks ==