Metode sejarah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
memperbaiki penulisan teks dan menambahkan referensi
Baris 2:
[[Berkas:Thucydides pushkin02.jpg|jmpl|[[Thucydides]] ({{c.}} 460-{{c.}} 400 BC) disebut juga "bapak sejarah ilmiah"]]
 
'''Metode sejarah''' adalah langkah-langkah yang digunaakn dalam [[penelitian sejarah]].{{Sfn|Irwanto dan Syair|2014|p=10}} Tujuan dari metode sejarah adalah mengumpulkan sumber-[[sumber sejarah]] secara efektif, menilainya secara kritis, dan menyajikan suatu [[sintesis]] tertulis atas hasil yang dicapai. Metode sejarah merupakan suatu [[sistem]] [[prosedur]] yang benar untuk pencapaian kebenaran melalui tahapan [[heuristik]], [[kritik]], [[Tafsiran|interpretasi]], dan [[historiografi]]. Tahapan-tahapan dalam metode sejarah dilakukan setelah penentuan topik penelitian dan perumusan [[Masalah|permasalahan]] dan pertanyaan penelitian sejarah. Pencapaian tujuan metode sejarah dilakukan dengan memberikan [[prinsip]] dan aturan yang disusun secara [[sistematis]] untuk membantu pengumpulan sumber-sumber sejarah.{{Sfn|Wilaela|2016|p=23}}
'''Metode sejarah''' terdiri dari teknik dan pedoman yang digunakan [[sejarawan]] terhadap [[sumber primer]] dan [[bukti]] lainnya, termasuk bukti [[arkeologi]], untuk meneliti dan kemudian menuliskan [[sejarah]] dalam bentuk masa lalu. permasalahan mengenai asal mula, dan bahkan kemungkinan, suatu metode sejarah yang baik telah dikembangkan dalam [[filsafat sejarah]] sebagai permasalahan [[epistemologi]]. Kajian metode sejarah dan berbagai cara dalam penulisan sejarah dikenal sebagai [[historiografi]].
 
== Kritik sumber ==
{{main|Kritik sumber}}
 
[[Kritik sumber]] (atau evaluasi informasi) adalah proses mengevaluasi kualitas dari [[sumber informasi]], seperti validitas, reliabilitas, dan relevansi terhadap subjek yang sedang diteliti.
 
Gilbert J Garraghan membagi kritik sumber menjadi enam bagian:<ref> Gilbert J. Garraghan and Jean Delanglez ''A Guide to Historical Method'' p. 168</ref>
Baris 17:
# ''Apa nilai bukti'' dari isinya (kredibilitas)?
 
Empat bagian pertama dikenal sebagai [[kritik lebih tinggi]]; yang kelima dikenal sebagai [[kritik lebih rendah]]; dan jika digabung dikenal sebagai [[kritik sumber]].
 
R. J. Shafer mengenai kritik eksternal: "Kadang kritik sumber berfungsi negatif, hanya menyelamatkan kita dari penggunaan [[Bukti empiris|bukti]] palsu; sedangkan kritik internal memiliki fungsi positif dengan memberi tahu kita bagaimana menggunakan bukti yang terkonfirmasi."<ref>''A Guide to Historical Method'', p. 118</ref>
 
Melihat bahwa sedikit dokumen yang diterima sebagai tepercaya sepenuhnya, [[Louis R. Gottschalk|Louis Gottschalk]] membuat peraturan umum, "untuk setiap dokumen, proses untuk menentukan kredibilitasnya harus dilakukan secara terpisah tanpa memperhatikan kredibilitas umum dari penulisnya." Kepercayaan seorang penulis dalam secara umum membentuk probablitias latar belakang untuk pertimbangan setiap pernyataannya, tapi setiap potong bukti yang diambil harus dinilai secara individu.
 
== Tahapan ==
Metode sejarah telah digunakan sejak penulisan sejarah dilakukan secara [[Ilmu|ilmiah]]. Para sejarawan melakukan penulisan sejarah melalui prosedur kerja yang didasarkan pada peninggalan-peninggalan peristiwa masa lalu atau sumber-sumber sejarah. Metode sejarah diawali dengan mencari jejak-jejak masa lampau dan meneliti jejak-jejak tersebut secara kritis. Berdasarkan [[informasi]] yang telah diperoleh dari jejak-jejak tersebut, dilakukan penggambaran tentang kejadian masa lampau lalu hasil-hasil rekonstruksi imijinatif tentang masa lampau dibentuk menjadi suatu imajinasi yang bersifat ilmiah.{{Sfn|Irwanto dan Syair|2014|p=11-12}}
Lebih jauh mengenai metode sejarah lihat Helius Sjamsuddin., “Metodologi Sejarah”. dan Kuntowijoyo. “Pengantar Ilmu Sejarah”.
 
Dalam metode sejarah, terdapat empat tahapan yang harus dilewati. Keempat tahapan tersebut yakni [[heuristik]], [[kritik]] atau [[verifikasi]], [[interpretasi]], dan [[historiografi]] (Lubis, 2011: 15-16).
=== Persiapan ===
Metode sejarah diawali dengan persiapan yaitu memilih dan menentukan [[topik]]. Penentuan topik diawali dengan melakukan identifikasi masalah dan pemilihan dan pengumpulan sumber-sumber informasi. Tahap persiapan dilanjutkan ke kegiatan verifikasi dan validasi serta penyusunan secara teratur dan penulisannya.{{Sfn|Irwanto dan Syair|2014|p=11}}
 
=== Heuristik ===
Heuristik merupakan kegiatan menemukan dan mengumpulkan sumber atau data atau pembuktian sejarah. Sumber sejarah yang dikumpulkan dapat dalam bentuk tertulis, lisan atau benda. Sumber tertulis ditemukan di berbagai tempat yang mengoleksi bahan tertulis, seperti perpustakaan dan arsip. Sumber lisan dapat diperoleh melalui wawancara dengan para pelaku sejarah, saksi sejarah atau orang yang memiliki masa hidup yang sama dengan para saksi. Sumber lisan dimanfaatkan untuk melengkapi sumber tertulis dan sebagai sumber utama untuk peristiwa-peristiwa yang tidak ditemukan sumber tertulisnya. Sedangkan sumber benda dapat ditemukan pada tempat yang mengoleksi benda seperti di [[museum]] dan di [[lapangan]]. Sumber informasi berbentuk benda dapat berupa gambar, foto-foto, denah, [[bangunan]], [[pakaian]], dan hasil rekaman [[audio visual]]. {{Sfn|Wilaela|2016|p=24}}
Tahapan yang pertama adalah [[heuristik]]. Heuristik berasal dari bahasa [[Yunani]] “heuriskein” yang berarti menemukan atau memeroleh (Renier, 1997:113 dalam Lubis, 2011:17). [[Sejarawan]] [[Nina Herlina Lubis]] (2011:15) mendefinisikan heuristik sebagai tahapan / kegiatan menemukan dan menghimpun sumber, informasi, jejak masa lampau. Jadi, heuristik merupakan tahapan proses mengumpulkan sumber – sumber sejarah.
Di samping sumber tertulis, terdapat pula sumber lisan. Menurut [[Sartono Kartodirdjo]], sejarah lisan merupakan cerita-cerita tentang pengalaman kolektif yang disampaikan secara lisan (Dienaputra, 2006:12). Sejarah lisan diperlukan untuk melengkapi sumber – sumber tertulis. Dalam sejarah lisan, terdapat informasi – informasi yang tidak tercantum dalam sumber – sumber tertulis. Untuk mendapatkan informasi – informasi itu, penulis harus melakukan wawancara dengan naarsumber yang disebut sebagai pengkisah dengan menggunakan alat rekam dan kaset (Dienaputra,2006:35).
 
=== Kritik ===
Dalam metode sejarah, kritik merupakan keraguan atau kesangsian terhadap semua sumber sejarah yang sudah ditemukan dan dikumpulkan. Sejarawan menggunakan sikap kritis terhadap semua sumber tanpa ada pembedaan. Kritik tetap dilakukan meski sumber informasi sulit diperoleh, memerlukan waktu yang sangat lama untuk diperoleh maupun memerlukan [[biaya]] yang besar untuk diperoleh.{{Sfn|Miftahuddin|2020|p=22}}
Tahapan yang kedua adalah [[kritik]]. Sumber – sumber yang telah diperoleh melalui tahapan heuristik, selanjutnya harus melalui tahapan [[verifikasi]]. Terdapat dua macam kritik, yakni kritik eksternal untuk meneliti otentisitas atau keaslian sumber, dan kritik internal untuk meneliti kredibilitas sumber (Kuntowijoyo, 2005: 100). Singkatnya, tahapan kritik ini merupakan tahapan untuk memilih sumber – sumber asli dari sumber – sumber palsu. Untuk mendapatkan fakta sejarah, perlu melakaukan proses kolaborasi, yakni pendukungan suatu data dari suatu sumber sejarah dengan sumber lain (dua atau lebih), dimana tidak ada hubungan kepentingn di antara sumber-sumber tersebut, atau sumber bersifat merdeka (Herlina, 2011: 34).
 
Kritik bertujuan untuk meningkatkan [[Kualitas|mutu]] kebenaran sejarah. Dalam melakukan kritik, dilakukan berbagai macam teknik penelitian dan penggunaan ilmu-ilmu pendukung. Kritik dilakukan dengan keterbukaan terhadap [[ilmu sosial]] dan [[humaniora]] serta keterampilan khusus dalam berbagai cabang keilmuan sejarah. Konsep-konsep yang dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan digunakan dalam ilmu sejarah untuk menghasilkan kritik yang tepat. Sedangkan keahlian khusus diperlukan karena ilmu sejarah telah terbagi menjadi cabang-cabang keilmuan yang makin berkembang.{{Sfn|Miftahuddin|2020|p=24}}
 
=== Interpretasi ===
Tahap interpretasi dilakukan terhadap [[fakta]] dari sumber yang telah teruji. Proses interpretasi dilakukan dengan memberikan uraian dan menyatukan pernyataan. Penjelasan mengenai fakta-fakta sejarah diuraikan dengan menggunakan teori atau konsep-konsep ilmu sosial.<ref>{{Cite book|last=Thohir, dkk.|first=|date=2018|url=https://www.academia.edu/38224829/Historiografi_dan_Sejarah_Islam_Indonesia|title=Historiografi dan Sejarah Islam Indonesia|location=Bandung|publisher=Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M UIN Sunan Gunung Djati Bandung|isbn=978-602-51281-6-5|pages=1-2|url-status=live}}</ref> Tahap analisis dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pemahaman. Interpretasi dilakukan dengan mempertimbangkan masalah seleksi dan keahlian dalam mengorganisir atau mengelompokkan [[data]]. Selain itu, dilakukan penyusunan perencanaan jangka pendek sebagai langkah persiapan di dalam penulisan sejarah.{{Sfn|Wilaela|2016|p=33}}
Tahapan yang ketiga adalah [[interpretasi]]. Interpretasi merupakan tahapan / kegiatan menafsirkan fakta-fakta serta menetapkan makna dan saling hubungan daripada fakta-fakta yang diperoleh (Herlina, 2011:15). Terdapat dua macam interpretasi, yakni [[analisis]] yang berarti menguraikan dan [[sintesis]] yang berarti menyatukan. Melalui tahapan interpretasi inilah kemampuan intelektual seorang sejarawan benar – benar diuji. Sejarawan dituntut untuk dapat berimajinasi membayangkan bagaimana peristiwa pada masa lalu itu terjadi. Namun, bukan berarti imajinasi yang bebas seperti seorang [[sastrawan]]. Imajinasi seorang sejarawan dibatasi oleh fakta – fakta sejarah yang ada.
 
=== Historiografi ===
Historiografi adalah proses membangun ulang penjelasan masa lampau dengan membentuk kisah secara imajinasi. Keruntutan kejadian sejarah dilakukan dengan penulisan dan penyusunan laporan berdasarkan [[serialisasi]] dalam bentuk kronologis, kausalitas dan imajinasi. Dalam penulisan sejarah, aspek kronologi digunakan untuk membentuk pemikiran yang sistematis.{{Sfn|Sudrajat, dkk.|2017|p=152}} Dalam ilmu sejarah, perubahan sosial tidak dibedakan berdasarkan bidang keilmuan. Ilmu sejarah menerapkan penjelasan mengenai [[perubahan sosial]] dengan mengurutkan kronologi terjadinya peristiwa.{{Sfn|Sudrajat, dkk.|2017|p=152-153}}
Tahapan yang keempat adalah [[historiografi]]. Historiografi (Gottschalk, 2006:39) adalah rekonstruksi yang imajinatif daripada masa lampau berdasarkan data yang diperolah dengan menempuh proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Dalam melakukan penulisan sejarah, terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan:
 
# Penyeleksian atas fakta-fakta, untaian fakta-fakta, yang dipilihnya berdasarkan dua kriteria: relevansi peristiwa-peristiwa dan kelayakannya.
# Imajinasi yang digunakan untuk merangkai fakta-fakta yang dimaksudkan untuk merumuskan suatu hipotesis (Reiner, 1997:194 dalam Herlina, 2011:57).
# Kronologis. Dalam tahapan historiografi ini lah, seluruh imajinasi dari serangkaian fakta yang ada dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Potongan – potongan fakta sejarah ditulis hingga menjadi sebuah tulisan kisah sejarah yang kronologis.
 
Tahapan – tahapan metode sejarah di atas memudahkan para sejarawan dalam melakukan penelitian. Mulai dari proses pengumpulan sumber–sumber, memilih sumber–sumber asli, menginterpretasikan sumber–sumber, hingga penulisan sejarah.
 
== Lihat pula ==
Baris 60 ⟶ 57:
* [[Kritik sumber]]
 
== Catatan kakiReferensi ==
{{reflist|2}}
 
== ReferensiDaftar pustaka ==
 
# {{cite book|last=Irwanto, D. dan Syair, A.|first=|date=|year=2014|url=https://repository.unsri.ac.id/24853/|title=Metodologi dan Historiografi Sejarah|location=Yogyakarta|publisher=Eja Publisher|isbn=978-1407-41-7|pages=|ref={{sfnref|Irwanto dan Syair|2014}}|url-status=live}}
# {{cite book|last=Miftahuddin|first=|date=|year=2020|url=http://staffnew.uny.ac.id/upload/132305856/penelitian/Miftahuddin,%20Metodologi%20Penelitian%20Sejarah%20Lokal,%202020.pdf|title=Metodologi Penelitian Sejarah Lokal|location=Yogyakarta|publisher=UNY Press|isbn=978-602-498-139-6|pages=|ref={{sfnref|Miftahuddin|2020}}|url-status=live}}
# {{cite book|last=Sudrajat, dkk.|first=|date=|year=2017|url=http://fis.uny.ac.id/sites/fis.uny.ac.id/files/buku%20Meneguhkan%20ilmu%20sosial%20keindonesiaan.pdf|title=Meneguhkan Ilmu-ilmu Sosial Keindonesiaan|location=Yogyakarta|publisher=Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta|isbn=978-602-60578-2-2|pages=|ref={{sfnref|Sudrajat, dkk.|2017}}|url-status=live}}
# {{cite book|last=Wilaela|first=|date=|year=2016|url=http://repository.uin-suska.ac.id/10390/1/Sejarah%20Islam%20Klasik.pdf|title=Sejarah Islam Klasik|location=Pekanbaru|publisher=Fakultas Ushuluddin, UIN Sultan Syarif Kasim Riau|isbn=978-602-6302-02-1|pages=|ref={{sfnref|Wilaela|2016}}|url-status=live}}
 
== Bacaan lanjutan ==
* Gilbert J. Garraghan, ''A Guide to Historical Method'', Fordham University Press: New York (1946). {{ISBN|0-8371-7132-6}}
* [[Louis R. Gottschalk|Louis Gottschalk]], ''Understanding History: A Primer of Historical Method'', Alfred A. Knopf: New York (1950). {{ISBN|0-394-30215-X}}.