Penaklukan Persia oleh Muslim: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
A154 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
A154 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 36:
| casualties2=
}}
'''Penaklukan Persia oleh Muslim''' ([[bahasa Farsi]]: حمله‌ی اعراب ''hamle-ye a'râb'' "serangan Arab" atau ظهور اسلام ''zohur-e eslâm'' "kedatangan Islam". istilah kedua secara resmi lebih disukai sejak revolusi Iran) merupakan konflik yang berujung pada jatuhnya [[Kekaisaran Sassaniyah]] pada tahun 644, [[keruntuhan dinasti Sassaniyah]] pada tahun 651 dan pada akhirnya kemunduran agama [[Zoroastrianisme|Zoroaster]] di [[Persia]]. [[Bangsa Arab|Orang Arab]] pertama kali memasuki wilayah Sassaniyah pada tahun 633, ketika jenderal [[Khalid bin Walid]] menginvasi daerah yang kini disebut [[Irak]]. Seiring dipindahkannya Khalid ke front [[Perang Bizantium-Arab|Romawi]] di [[Levant]], kaum Muslim akhirnya kehilangan kekuasaan mereka akibat serangan balik Persia. Invasi kedua dimulai pada tahun 636 di bawah [[Saad bin Abi Waqqas|Sa'ad bin Abi Waqqas]], ketika suatu kemenangan kunci pada [[Pertempuran Al-Qadisiyyah]] berujung pada berakhirnya kendali Sassaniyah di Persia barat secara permanen. [[Pegunungan Zagros]] kemudian menjadi penghalang alami antara [[Kekhalifahan Rasyidin]] dan Kekaisaran Sassaniyah. Akibat serangan terus-menerus oleh Persia terhadap daerah tersebut, [[Umar bin Khattab|Khalifah Umar]] memerintahkan dilancarkannya invasi penuh terhadap Kekaisaran Persia Sassaniyah pada tahun 642, yang selesai dengan penaklukan penuh Sassaniyah pada pertengahan tahun 644. Penaklukan cepat Persia dalam serangkaian serangan bercabang banyak yang terkoordinasi secara baik, diarahkan oleh Khalifah Umar dari [[Madinah]] ribuan mil dari medan perang di Persia, merupakan pencapaian terbesarnya, menjadikannya dikenal sebagai seorang ahli strategi politik dan militer yang piawai.<ref name="ReferenceA">The Muslim Conquest of Persia By A.I. Akram. Ch: 1 ISBN 978-0-19-597713-4, 9780195977134</ref>
 
Para sejarawan Iran berusaha untuk membela leluhur mereka dengan menggunakan sumber-sumber Arab untuk menunjukkan bahwa "bertentangan dengan klaim beberapa sejarawan, bangsa Iran, pada kenyataannya, bertempur lama dan gigih melawan bangsa Arab yang datang menyerang."<ref>Milani A. ''Lost Wisdom''. 2004 ISBN 978-0-934211-90-1 p.15</ref> Setelah ditaklukan secara politik, bangsa Persia berusaha mempertahankan diri dengan cara menjaga bahasa dan kebudayaan Persia. Meskipun demikian, agama [[Islam]] akhirnya dianut oleh banyak orang, kemungkinan untuk alasan politik atau sosial-kultural, dan menjadi agama yang dominan.<ref>Mohammad Mohammadi Malayeri, ''Tarikh-i Farhang-i Iran'' (Iran's Cultural History). 4 volumes. Tehran. 1982.</ref><ref>{{cite book|author=ʻAbd al-Ḥusayn Zarrīnʹkūb|authorlink=Abdolhossein Zarinkoob|title=Dū qarn-i sukūt : sarguz̲asht-i ḥavādis̲ va awz̤āʻ-i tārīkhī dar dū qarn-i avval-i Islām (Two Centuries of Silence)|location=Tihrān|publisher=Sukhan|year=1379 (2000)|id={{OCLC|46632917}}, {{Listed Invalid ISBN|964-5983-33-6}} }}</ref>