Peristiwa Memali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanamanteo (bicara | kontrib)
+
Hanamanteo (bicara | kontrib)
+
Baris 64:
Kumpulan Mujahidin bukan hanya menantang dan menghalangi kepolisian menjalankan tugas mereka, tetapi juga bercita-cita menggulingkan pemerintahan dengan kekerasan. Rencana penggulingan kekuasaan telah ada sejak awal April 1985. Dua pertemuan kelompok pengawal telah diadakan di rumah Ibrahim untuk membahas pendirian sebuah komite bernama Gerakan Revolusi Islam, beranggotakan delapan orang yang diketuai Ibrahim sendiri serta Yusof dan Ahmad menjadi wakilnya.{{sfn|Pemerintah Malaysia|1986|p=13−14}} Pada bulan Juni 1985, Ibrahim telah mengadakan sebuah diskusi yang rumit di rumahnya bersama Wazi dan seseorang yang sudah diidentifikasi kepolisian. Dalam diskusi itu, Ibrahim meminta pendapat mengenai cara-cara untuk mempercepat pergantian kekuasaan. Ibrahim menyarankan pengadaan "kelompok terlatih" sebanyak 20 orang di setiap daerah untuk melakukan serangan serentak ke kantor polisi. Kelompok seperti itu juga diwujudkan dalam angkatan tentara untuk memudahkan penawanan pemimpin-pemimpin angkatan bersenjata. Untuk menentukan keefektifan "kelompok terlatih", mantan tentara perlu direkrut untuk memberikan latihan. Wazi diminta melaksanakan saran itu, walau ia sendiri merasa tugas itu sangat sulit.{{sfn|Pemerintah Malaysia|1986|p=14−15}} Pengikut Ibrahim melengkapi diri dengan senjata tajam, termasuk pedang karena dianggap sebagai simbol "jihad". Pedang dan parang dibeli dengan tunai maupun mengangsur di rumah Ibrahim. Senjata seperti katapel, bambu runcing, jamung, [[busur silang]], anak panah, [[bom molotov]], dan bom ikan dibuat sendiri di rumah Ibrahim dengan pengawasan pengikut-pengikut yang dipercayainya, manakala senapan didapatkan dari anggota-anggota Ikatan Relawan Rakyat Malaysia. Mereka juga memperkuat diri dengan penangkal dan jampi-jampi lewat lidi, pasir, korek api, dan batang sirih, serta meminum air keran yang telah dibacakan jampi-jampi.{{sfn|Pemerintah Malaysia|1986|p=15−17}}
 
Pengikut-pengikut Ibrahim sempat mendengar kabar yang menyebutkan kepolisian akan menangkap Ibrahim pada 5 November 1985, ketika pada malam itu banyak pendukung menghadiri ceramah di Kuala Katil, Kedah. Mereka memperkirakan kepolisian akan memanfaatkan kesempatan itu untuk menangkap Ibrahim. Sekitar 100 orang menjaga ceramah itu dengan ketat. Beberapa pertemuan telah diadakan untuk membahas tindakan yang perlu diambil seandainya kepolisian menangkap Ibrahim. Tindakan tersebut terdiri dari dua kemungkinan. JikaKemungkinan pertama, jika serangan polisi dapat dipatahkan, maka direncanakan adanya serangan kepolisian menyentuh hingga Baling sehingga mengepung kantor polisi berikut polisi di sana, menangkap wakil rakyat dan orang-orang penting Pekembar sebagai tebusan dan ditempatkan di Balai Polisi Baling, menuntut perdana menteri menyerahkan kekuasaan kepada angkatan tentara dan semua tahanan PAS dibebaskan dari kamp tahanan, serta meneruskan serangan hingga Wisma Negeri di Alor Setar dan menawan menteri besar berikut anggota Exco Kedah lain serta mendirikan pemerintahan Islam. JikaKemungkinan kedua, jika serbuan polisi tidak dapat dipatahkan, maka direncanakan akan melarikan diri dan bersembunyi di Gunung Bayu, Baling untuk bertapa mencari kekuatan batin supaya serangan balas dapat diambil, latihan serangan balas akan diadakan seandainya banyak orang melarikan diri ke Gunung Bayu, sebagian orang yang melarikan diri diminta menghubungi orang-orang tertentu untuk menyusun strategi baru menjatuhkan pemerintahan, menyerang anggota Pekembar setempat berikut pemimpin-pemimpin Pekembar terutama anggota Komite Keamanan dan Kemajuan Kampung, serta menyerang balai polisi dan Unit Kawalan Kawasan Tanjung Puri atau Balai Polisi Baling untuk mendapatkan senjata-senjata bila memiliki kemampuan.{{sfn|Pemerintah Malaysia|1986|p=17−18}}
 
== Catatan kaki ==