Nyai Ambetkasih: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 38:
Kisah Cariosan Prabu Siliwangi berakhir di tengah percintaan Ambetkasih dan Siliwangi diambang perkawinan mereka. Ambetkasih disebut sebagai bidadari Supraba.
 
== Leluhur Raja-raja Pasir Luhur dan DayeuhDaya Luhur ==
Ambetkasih dalam sejarah Cilacap dan Banyumasan yang mengacu pada ''Babad Pasir''<ref>{{Cite web|url=https://hystoryana.blogspot.com/2020/06/babad-pasir-legenda-banyumas.html|title=Babad Pasir|last=|first=|date=|website=Historiana|access-date=4 Agustus 2020}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://opac.perpusnas.go.id/DigitalContentImgList.aspx?fn=Babad%20Pasir%2001_001.zip&ws=Manuskrip&rtn=http://khastara.perpusnas.go.id:80/web/detail/616572&button=hide|title=Babad Pasir (Aksara Jawa Kuno)|last=|first=|date=|website=Khastara Perpusnas Republik Indonesia|access-date=4 Agustus 2020}}</ref>, memiliki 3 orang anak: 2 orang putra dan 1 orang putri, yaitu Banyak Catra (Kamandaka), Banyak Ngampar (Gagak Ngampar) dan Ratna Pamekas (Retna Ayu Mrana). Pada tahun 1455 M, Kerajaan Daya Luhur sudah dipimpin oleh raja Banyak Ngampar. Tahun 1455 ini, berarti Sribaduga Maharaja (Siliwangi) belum menjadi raja Sunda-Galuh (Pajajaran) dan masih dikenal dengan gelarnya Pangeran Pamanah Rasa. Dalam kisah Ratu Pakuan, digambarkan iring-iringan Ambetkasih yang pindah dari istana timur (Keraton Surawisesa di Galuh) menuju Istana Barat di Pakuan Pajajaran (Sunda).