Coelacanth: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jaffacity (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 27:
Hingga tahun 1938, ikan yang berkerabat dekat dengan [[ikan paru-paru]] ini dianggap telah punah semenjak akhir Zaman Cretaceous, sekitar 65 juta tahun yang silam. Sampai ketika seekor coelacanth hidup tertangkap oleh [[jaring]] [[hiu]] di muka [[kuala]] [[Sungai]] Chalumna, Afrika Selatan pada bulan Desember tahun tersebut. Kapten kapal pukat yang tertarik melihat ikan aneh tersebut, mengirimkannya ke museum di kota [[East London]], yang ketika itu dipimpin oleh Nn. Marjorie Courtney-Latimer. Seorang [[iktiologis]] (ahli ikan) setempat, Dr. J.L.B. Smith kemudian mendeskripsi ikan tersebut dan menerbitkan artikelnya di jurnal [[Nature]] pada tahun 1939. Ia memberi nama ''Latimeria chalumnae'' kepada ikan jenis baru tersebut, untuk mengenang sang kurator museum dan lokasi penemuan ikan itu.
 
, diDi hadapan Nn. Courtenay-Latimer, kurator museum East London.]]
Pencarian lokasi tempat tinggal ikan purba itu selama belasan tahun berikutnya kemudian mendapatkan perairan Kepulauan [[Komoro]] di [[Samudera Hindia]] sebelah barat sebagai habitatnya, di manatempat beberapa ratus individu diperkirakan hidup pada kedalaman laut lebih dari 150 m. Di luar kepulauan itu, sampai tahun 1990an1990-an beberapa individu juga tertangkap di perairan [[Mozambique]], [[Madagaskar]], dan juga Afrika Selatan. Namun semuanya masih dianggap sebagai bagian dari [[populasi]] yang kurang lebih sama.
 
Pada tahun 1998, enampuluh60 tahun setelah ditemukannya [[fosil]] hidup coelacanth Komoro, seekor ikan raja laut tertangkap jaring [[nelayan]] di perairan [[Pulau Manado Tua]], Sulawesi Utara. Ikan ini sudah dikenal lama oleh para nelayan setempat, namun belum diketahui keberadaannya di sana oleh dunia ilmu pengetahuan. Ikan raja laut secara fisik mirip coelacanth Komoro, dengan perbedaan pada warnanya. Yakni raja laut berwarna coklat, sementara coelacanth Komoro berwarna biru baja.
 
Ikan raja laut tersebut kemudian dikirimkan kepada seorang peneliti Amerika yang tinggal di Manado, Mark Erdmann, bersama dua koleganya, R.L. Caldwell dan Moh. Kasim Moosa dari [[LIPI]]. Penemuan ini kemudian dipublikasikan di jurnal ilmiah [[Nature]].<ref>{{en}}{{cite journal
Baris 52:
}}</ref> Maka kini orang mengetahui bahwa ada populasi coelacanth yang kedua, yang terpisah menyeberangi Samudera Hindia dan pulau-pulau di Indonesia barat sejauh kurang-lebih 10.000&nbsp;km. Belakangan, berdasarkan analisis DNA-mitokondria dan [[isolasi]] populasi, beberapa peneliti Indonesia dan [[Prancis]] mengusulkan ikan raja laut sebagai spesies baru ''Latimeria menadoensis''.
 
Dua tahun kemudian ditemukan pula sekelompok coelacanth yang hidup di perairan Kawasan Lindung Laut (''Marine Protected Areas'') St. Lucia di Afrika Selatan. Orang kemudian menyadari bahwa kemungkinan masih terdapat populasi-populasi coelacanth yang lain di dunia, termasuk pula di bagian lain Nusantara, mengingat bahwa ikan ini hidup terisolirterisolasi di kedalaman laut, terutama di sekitar pulau-pulau [[vulkanik]]. Hingga saat ini status [[taksonomi]] coelacanth yang baru ini masih diperdebatkan.
 
Pada bulan [[Mei]] [[2007]], seorang nelayan Indonesia menangkap seekor coelacanth di lepas pantai Provinsi Sulawesi Utara. Ikan ini memiliki ukuran sepanjang 131 centimeter dengan berat 51&nbsp;kg ketika ditangkap.<ref>[http://news.yahoo.com/s/nm/20070521/od_uk_nm/oukoe_uk_indonesia_fish;_ylt=AuxrhiUxyzDiF7JCQCthTTZ0bBAF "Indonesian fisherman nets ancient fish"], [[Reuters]], diakses 21 Mei 2007</ref>