Kota Padang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan VisualEditor |
k tidak ada referensi yang mendukung pernyataan Tag: Pembatalan |
||
Baris 85:
[[Sejarah Kota Padang]] tidak terlepas dari peranannya sebagai [[rantau|kawasan rantau Minangkabau]], yang berawal dari perkampungan nelayan di muara [[Batang Arau]] lalu berkembang menjadi bandar pelabuhan yang ramai setelah masuknya [[Belanda]] di bawah bendera [[Vereenigde Oostindische Compagnie]] (VOC). Hari jadi kota ditetapkan pada 7 Agustus 1669, yang merupakan hari penyerangan [[loji]] Belanda di [[Pelabuhan Muara|Muara Padang]] oleh masyarakat [[Pauh, Padang|Pauh]] dan [[Koto Tangah, Padang|Koto Tangah]]. Semasa [[penjajahan Belanda]], kota ini menjadi pusat perdagangan [[emas]], [[teh]], [[kopi]], dan [[rempah-rempah]]. Memasuki abad ke-20, ekspor [[batu bara]] dan [[semen]] mulai dilakukan melalui [[Pelabuhan Teluk Bayur]]. Saat ini, infrastruktur Kota Padang telah dilengkapi oleh [[Bandar Udara Internasional Minangkabau]] serta jalur [[kereta api]] yang terhubung dengan kota-kota lain di Sumatra Barat.
Sentra perniagaan kota berada di [[Pasar Raya Padang]], dan didukung oleh sejumlah [[Daftar pusat perbelanjaan di Padang|pusat perbelanjaan]] modern dan 16 pasar tradisional. Padang merupakan salah satu pusat pendidikan terkemuka di luar Pulau Jawa, ditopang dengan keberadaan puluhan [[Daftar perguruan tinggi di Kota Padang|perguruan tinggi]], termasuk tiga universitas negeri. Sebagai kota seni dan budaya, Padang dikenal dengan legenda [[Malin Kundang]] dan novel [[Sitti Nurbaya|''Sitti Nurbaya'']]. Setiap tahunnya, berbagai festival diselenggarakan untuk menunjang sektor kepariwisataan. Di kalangan masyarakat Indonesia, nama kota ini umumnya diasosiasikan dengan [[Orang Minangkabau|etnis Minangkabau]] serta masakan khas mereka yang dikenal sebagai [[masakan Padang]].<ref name="Galang"/>
|