Sunario Sastrowardoyo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
k →Karir |
||
Baris 12:
Ia juga pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Inggris periode [[1956]] - [[1961]]. Setelah itu Sunario diangkat sebagai guru besar politik dan hukum internasional, lalu menjadi Rektor [[Universitas Diponegoro]], [[Semarang]] (1963-1966).
Pada [[1968]], Sunario berprakarsa mengumpulkan pelaku sejarah Sumpah Pemuda, dan meminta kepada Gubernur DKI mengelola dan mengembalikan gedung di Kramat Raya 106 milik [[Sie Kong Liang]] yang telah berganti-ganti penyewa dan pemilik kepada bentuknya semula. Tempat ini disepakati menjadi Gedung Sumpah Pemuda, tetapi usulan mengganti nama jalan Kramat Raya menjadi jalan Sumpah Pemuda belum tercapai.<ref>[http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/10/27/LK/mbm.20081027.LK128566.id.html Kebangsaan Sunario], Majalah Tempo 27 Oktober 2008</ref>
Setelah pensiun, diangkat sebagai [[Panitia Lima]] tahun [[1974]]. Panitia itu dibentuk pemerintah karena muncul kehebohan di kalangan masyarakat tentang siapa sebetulnya penggali Pancasila. Panitia ini diketuai Bung Hatta. Anggota lainnya adalah [[Ahmad Subardjo]], [[A. A. Maramis]], dan [[A. G. Pringgodigdo]], tokoh yang ikut merumuskan [[Piagam Jakarta]] tahun 1945. ▼
▲Setelah pensiun, diangkat sebagai [[Panitia Lima]] tahun [[1974]]. Panitia itu dibentuk pemerintah karena muncul kehebohan di kalangan masyarakat tentang siapa sebetulnya penggali Pancasila. Panitia ini diketuai Bung Hatta. Anggota lainnya adalah [[Ahmad Subardjo]], [[A. A. Maramis]], dan [[A. G. Pringgodigdo]], tokoh yang ikut merumuskan [[Piagam Jakarta]] tahun 1945.
== Riwayat ==
|