Negara Mahdi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 58:
|today = {{flagcountry|Sudan}}<br>{{flagcountry|Sudan Selatan}}
}}
'''Negara Mahdi''' adalah sebuah negara yang tak diakui yang berusaha melepaskan diri dari Mesir. Peristiwa di [[Sudan]] pada abad ke-19 tak dapat dipahami tanpa melihat posisi [[Imperium Britania|Britania]] di [[Mesir]]. Pada tahun 1869, [[Terusan Suez]] dibuka dan segera menjadi jalur ekonomi Britania ke [[Kemaharajaan Britania|India]] dan [[Timur Jauh]]. Untuk melindungi jalur air ini, Britania mencoba memainkan lebih banyak peran dalam urusan-urusan dalam negeri Mesir. Pada tahun 1873, pemerintah Britania mendukung program di mana komisi utang Inggris-Prancis mengambil alih tanggung jawab atas urusan keuangan Mesir. Komisi ini pada akhirnya memaksa [[khedive]] [[Isma'il Pasha|Ismail]] mundur agar anaknya [[Tewfik Pasha|Tawfiq]] (1877–1892) yang lebih diterima oleh Britania dapat naik ke kekuasaan.
'''Negara Mahdi''', juga dikenal sebagai '''Sudan Mahdi''' atau '''Sudan Mahdiyah''', adalah gerakan keagamaan dan politik yang diluncurkan pada tahun 1881 oleh [[Muhammad Ahmad|Muhammad Ahmad bin Abdullah]] (kemudian Muhammad [[Mahdi|al-Mahdi]]) melawan [[Kewalirajaan Mesir]], yang telah memerintah [[Sudan]] sejak 1821. Setelah itu empat tahun perjuangan, pemberontak Mahdi menggulingkan pemerintahan [[Kesultanan Utsmaniyah|Ottoman]]-Mesir dan mendirikan pemerintahan "Islam dan nasional" mereka sendiri dengan ibukotanya di [[Omdurman]]. Dengan demikian, dari tahun 1885, pemerintah Mahdi mempertahankan kedaulatan dan kendali atas wilayah Sudan sampai keberadaannya dihentikan oleh pasukan [[Sudan Inggris-Mesir|Sudan]] pada tahun 1898.
 
Setelah Ismail turun pada tahun 1877, [[Charles George Gordon]] mundur dari jabatannya sebagai gubernur jenderal Sudan pada tahun 1880. Penerusnya tidak mendapat arahan dari [[Kairo]] dan merasa takut akan kekacauan politik di Mesir. Akibatnya, mereka gagal melanjutkan kebijakan-kebijakan Gordon. Angkatan bersenjata Sudan tidak memiliki cukup sumber daya, dan tentara-tentara pengangguran dari satuan-satuan yang dibubarkan membuat kekacauan di kota-kota. Sementara itu, pemungut pajak menaikkan pajak secara sembarangan.
 
Dalam keadaan yang kacau ini, [[Muhammad Ahmad ibn as Sayyid Abd Allah]], seorang [[fakir]] atau orang suci, memulai pergerakan yang ingin mengusir orang Turki dan memurnikan ajaran [[Islam]]. Ia melancarkan perang suci dan berhasil [[Pengepungan Khartoum|merebut Khartoum]] dari Mesir. Setelah kemenangan itu, Muhammad Ahmad menguasai banyak wilayah yang kini menjadi bagian dari Sudan, dan dari situ ia mendirikan sebuah negara Islam yang disebut Mahdiyah. Negara ini menerapkan [[syariat Islam]] secara keras, dan dikenal akan penindasannya terhadap orang-orang [[Kristen]], termasuk [[Kristen Koptik]].<ref>[[Minority Rights Group International]], World Directory of Minorities and Indigenous Peoples - Sudan: Copts, 2008, available at: http://www.unhcr.org/refworld/docid/49749ca6c.html [accessed 21 December 2010]</ref>
 
== Sejarah ==
Muhammad Ahmad al-Mahdi meminta orang-orang Sudan dalam apa yang dia nyatakan sebagai [[jihad]] melawan pemerintahan yang berbasis di [[Khartoum]], yang didominasi oleh orang Mesir dan Turki. Pemerintah Khartoum awalnya membubarkan revolusi Mahdi; dia mengalahkan dua ekspedisi yang dikirim untuk menangkapnya dalam waktu satu tahun. Kekuatan Mahdi meningkat, dan seruannya menyebar ke seluruh Sudan, dengan gerakannya dikenal sebagai [[Anshar (Sudan|Anshar]]. Selama periode yang sama, [[Revolusi 'Urabi]] pecah di Mesir, dengan Inggris menduduki negara itu pada tahun 1882. Inggris menunjuk [[Charles George Gordon|Charles Gordon]] sebagai [[Daftar Gubernur Sudan pra-kemerdekaan|Gubernur Jenderal Sudan]]. Beberapa bulan setelah kedatangannya di Khartoum dan setelah beberapa pertempuran dengan pemberontak Mahdi, pasukan Mahdi [[Pengepungan Khartoum|merebut Khartoum]], dan Gordon terbunuh di istananya. Sang Mahdi tidak hidup lama setelah kemenangan ini, dan penggantinya Abdullah bin Muhammad mengkonsolidasikan negara baru, dengan sistem administrasi dan peradilan yang didasarkan pada [[Syariah|hukum Islam]].