Karimun Besar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Syawal Lingka (bicara | kontrib)
Syawal Lingka (bicara | kontrib)
Baris 3:
 
==Sejarah==
Pulau Karimun besar dahulu berada di bawah kekuasaan kerajaan Sriwijaya hingga keruntuhannya pada abad ke-13, dan pada masa itu pengaruh ajaran Hindu dan Buddha mulai masuk ke Pulau Karimun besar. Hal ini dibuktikan dengan adanya Prasasti yang berada di Pasir Panjang. Pada masa itu disebutkan Karimun sering dilalui oleh kapal-kapal dagang karena letaknya yang strategis di Selat Malaka, hingga pengaruh Kerajaan Malaka mulai masuk pada tahun 1414.
Dulu, Pulau Karimun Besar menjadi tujuan para pedagang asing dan Raja Melayu. Sekitar 1615 agen Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) memeriksa pantai barat laut pulau untuk kemungkinan pembangunan benteng. Benteng yang diusulkan, bagaimanapun, tidak pernah dibangun. [1] Dua abad kemudian, Kolonel William Farquhar melakukan survei ke pulau itu setelah mendapat izin dari Raja Muda Johor, Raja Ja'afar. Meskipun Karimun dianggap memiliki nilai strategis yang besar pada pertemuan antara Singapura dan Selat Melaka, ternyata Karimun memiliki sumber air bersih yang tidak mencukupi untuk menopang pos perdagangan dan pemukiman Inggris. [2]
 
Pada Tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan Portugis, sejak saat itu banyak rakyat Malaka yang tinggal berpencar di pulau-pulau yang berada di Kepulauan Riau termasuk di Pulau Karimun besar, Pulau Kundur, Pulau Buru dan sekitarnya. Sejak kejatuhan Malaka dan digantikan perannya oleh Kerajaan Johor, Karimun besar dijadikan basis kekuatan angkatan laut untuk menentang Portugis sejak masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah I (1518-1521) hingga Sultan Ala Jala Abdul Jalil Ri'ayat Syah (1559-1591).
 
Dulu, Pulau Karimun Besar menjadi tujuan para pedagang asing dan Raja Melayu. Sekitar 1615 agen Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) memeriksa pantai barat laut pulau untuk kemungkinan pembangunan benteng. Benteng yang diusulkan, bagaimanapun, tidak pernah dibangun. [1] Dua abad kemudian, Kolonel William Farquhar melakukan survei ke pulau itu setelah mendapat izin dari Raja Muda Johor-Riau, Raja Ja'afar. Meskipun Pulau Karimun besar dianggap memiliki nilai strategis yang besarnyata pada pertemuan antara Singapura dan Selat Melaka, ternyata Karimun besar memiliki sumber air bersih yang tidak mencukupi untuk menopang pos perdagangan dan pemukiman Inggris. [2]
 
==Geografi==