Gunung Tandikat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Imociro (bicara | kontrib)
Memperbaiki ejaan yang salah
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Imociro (bicara | kontrib)
Memperbaiki ejaan yang keliru dan gaya bahasa kalimat yang keliru
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 32:
Gunung ini jarang sekali didaki dan [[hewan]] liar seperti [[harimau sumatra]] masih bisa ditemui di [[hutan|hutan-hutan]] Gunung Tandikat ini.
 
Untuk mendaki gunung ini dibutuhkan alat dan kemampuan [[navigasi]] yang memadai. Keadaan jalan setapaknya tidak jelas dan bahkan kadang-kadang hilang atau terputus, serta hutannya masih rapat dan lembap. Selain itu antara ketinggian 650—1.700 m dplmdpl, dijumpai banyak sekali [[pacet]] di sekitar jalan setapaknya. Hal-hal tersebut membuat gunung ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pendakinya.
 
Tandikat juga merupakan bagian dari 3 puncak gunung di Minangkabau yang dikenal dengan [[Puncak-puncak Tri Arga]] (yaitu Singgalang, [[Marapi]] dan Tandikat). Meski Tandikat kurang populer di kalangan para pendaki, tetapi ini dianggap sebagai nilai lebih. Suasana yang alami dan jarang dijamah manusia menjadikannya berbeda dengan kedua puncak gunung yang lain.
Baris 41:
Pada tahun 1998 pernah dirintis sebuah jalur pendakian dari titik ini oleh tim [[Mapala Unand]] dengan waktu tempuh 5 hari mendaki dan 2 hari turun. Jalur ini dimulai dari ''tower'' [[Satelindo]] di kawasan Anai Resort pada [[koordinat]] 00°28’52,6” LS - 100°19’14,4” BT dengan [[elevasi]] 665 m dpl. Dari sisi barat lurah dalam, menuju ke arah utara melalui jalan setapak dapat sampai ke puncak, namun jalannya sangat rumit karena [[semak-semak]] yang rapat dan didominasi oleh [[pakis]] dan [[rotan]]. Diperlukan adanya penunjuk jalan agar tidak tersesat. Di samping itu keharusan menyeberang banyak [[anak sungai]], yang di waktu [[hujan]] menjadi aliran [[sungai]] yang cukup deras, menjadi kesulitan tersendiri untuk melewatinya.
 
Sekitar 45 menit berjalan santai dari ''tower'' akan tiba di [[air terjun Lurah]]. Air terjun ini sangat alami karena berada di tengah [[rimba]] dan jarang orang yang mengunjunginya. Tingginya sekitar 25 meter dan di bawahnya terbentuk kolam yang cukup dalam, akan tetapi tidak mudah untuk turun ke air terjun tersebut. Yang menarik, air terjun ini juga merupakan wilayah perlintasan hewan [[primata]] [[siamang]] dan [[simpai]] di daerah ini.
 
Selanjutnya perjalanan akan mengarah ke barat menuju punggungan di atas sungai [[Paraman Sani]], yang merupakan sumber air untuk Anai Resort. Jalur jalan setapak ini sudah tersedia hingga ketinggian 867 m dplmdpl. Dari sini jalan dilanjutkan hingga melewati [[Bukit Sangkur]], dari puncak bukit ini terlihat pemandangan [[lembah]] yang sangat indah dan sungai Paraman Sani yang membelah Gunung Tandikat dan [[Gunung Gadang]]. Dari tebing gunung Tandikat akan banyak terlihat air terjun, dan semakin banyak jika hujan turun.
 
Antara ketinggian 1.000 hingga 1.500 m dpl rute yang ditempuh sangat curam<!--, bisa mencapai 85° hingga 90° tingkat kemiringannya-->. Pada saat cuaca cerah, dari titik-titik tertentu di punggungan gunung tersebut pemandangannnya terbuka, sehingga bisa dilihat keindahan panorama kota [[Pariaman]] dan batas pantainya dengan jelas. Pada ketinggian sekitar 1.200 m dplmdpl gigir gunung ini tipis dan jurang menganga di kanan kiri jalan mendominasi jalurnya.
 
=== Akses pendakian lainnya ===
Baris 54:
[[Desa]] ini terletak tidak jauh dari Kota Bukittinggi dan bisa dicapai dengan angkutan pedesaan.
 
Rute yang paling mudahbisa ditempuh adalah dari Desa Singgalang Ganting. Di sepanjang jalan setapak menuju puncak beberapa kali akan dijumpai sungai kecil.
 
== Demografi ==