Wali Sanga: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Rahmatdenas (bicara | kontrib) fix |
||
Baris 12:
Makam (pundhen) para wali dihormati oleh masyarakat Jawa sebagai lokasi ziarah di Jawa sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih atas manfaat dan syafaat yang mereka amalkan pada masa hidupnya.<ref>Schoppert, P., Damais, S., ''Java Style'', 1997, Didier Millet, Paris, pp. 50, {{ISBN|962-593-232-1}}</ref> Dalam tradisi Jawa makam memiliki istilah ''pundhen''.
== Arti Wali Songo ==
Baris 29 ⟶ 26:
{{Col-3}}
* '''[[Maulana Malik Ibrahim|Sunan Gresik]]''' atau Maulana Malik Ibrahim
* '''[[Sunan Ampel]]''' atau Raden
* '''[[Sunan Bonang]]''' atau Raden Makhdum Ibrahim
{{Col-3}}
Baris 36 ⟶ 33:
* '''[[Sunan Giri]]''' atau Raden Paku atau Muhammad 'Ainul Yaqin atau Prabu Satmata
{{Col-3}}
* '''[[Sunan Kalijaga]]''' atau Raden
* '''[[Sunan Muria]]''' atau Raden Umar Said
* '''[[Sunan Gunung Jati]]''' atau Syarif Hidayatullah
Baris 174 ⟶ 171:
=== Teori keturunan Cina ([[Hui]]) ===
Sejarawan [[Slamet Muljana]] mengundang kontroversi dalam buku ''Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa'' (1968), dengan menyatakan bahwa Wali Songo adalah keturunan [[Tionghoa
Referensi-referensi yang menyatakan dugaan bahwa Wali Songo berasal dari atau keturunan Tionghoa sampai saat ini masih merupakan hal yang kontroversial. Referensi yang dimaksud hanya dapat diuji melalui sumber akademik yang berasal dari Slamet Muljana, yang merujuk kepada tulisan Mangaraja Onggang Parlindungan, yang kemudian merujuk kepada seseorang yang bernama Resident Poortman. Namun, Resident [[Poortman]] hingga sekarang belum bisa diketahui identitasnya serta kredibilitasnya sebagai sejarawan, misalnya bila dibandingkan dengan [[Snouck Hurgronje]] dan [[L.W.C van den Berg]]. Sejarawan Belanda masa kini yang banyak mengkaji sejarah Islam di Indonesia yaitu [[Martin van Bruinessen]], bahkan tak pernah sekalipun menyebut nama Poortman dalam buku-bukunya yang diakui sangat detail dan banyak dijadikan referensi.<!--Martin Van Bruinesen selain diakui kalangan akademis juga menjadi rekan diskusi bagi banyak Kyai Pesantren termasuk Gus Dur. {{fact}}-->
|