Genosida Rwanda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Membatalkan suntingan berniat baik oleh Cecep Pey (bicara): Halo, mohon untuk tidak menaruh templat userbox ke artikel, terima kasih. (Anti Vandal Cop)
Tag: Pembatalan
Cecep Pey (bicara | kontrib)
k Ejaan dan tanda baca
Baris 7:
[[Rwanda]] sendiri adalah sebuah negeri berpenduduk 7,4 juta jiwa dan merupakan negara terpadat di [[Afrika Tengah]].
 
Peristiwa ini bermula pada tanggal [[6 April]] [[1994]], ketika [[Presiden]] Rwanda, [[Juvenal Habyarimana]] menjadi korban penembakan saat berada di dalam [[pesawat terbang]]. Beberapa sumber menyebutkan Juvenal Habyarimana tengah berada di dalam sebuah [[helikopter]] pemberian pemerintah [[Prancis]]. Saat itu, Habyarimana yang berasal dari etnis [[Hutu]] berada dalam satu heli dengan presidenPresiden [[Burundi]], [[Cyprien Ntaryamira|Cyprien Ntarymira]]. Mereka baru saja menghadiri pertemuan di [[Tanzania]] untuk membahas masalah [[Burundi]]. Sebagian sumber menyebutkan pesawat yang digunakan bukanlah helikopter melainkan pesawat jenis jet kecil [[Dassault Falcon 50]].
 
Disinyalir, peristiwa penembakan keji itu dilakukan sebagai bentuk protes terhadap rencana Presiden Habyarimana untuk masa depan Rwanda. Habyarimana berencana melakukan persatuan [[Kelompok etnik|etnis]] di Rwanda dan pembagian kekuasaan kepada etnis-etnis itu. Rencana itu telah disusun setahun sebelumnya, seperti tertuang dalam Piagam Arusha (''Arusha Accord'') pada tahun [[1993]]. Untuk diketahui, Habyarimana menjadi presidenPresiden Rwanda sejak tahun 1993. Sebelumnya ia menempati posisi sebagai Menteri Pertahanan Rwanda.
 
Pada tahun 1990-an Habyarimana merintis suatu pemerintahan yang melibatkan tiga etnis di Rwanda yakni Hutu (85%), [[Tutsi]] (14%) dan Twa (1%). Habyarimana mengangkat [[perdana menteri|Perdana Menteri]] Agathe Uwilingiyama dari suku Tutsi. Pengangkatan dari suku berbeda jenis ini jelas tidak diterima oleh kelompok [[militan]] yang ingin mempertahankan sistem pemerintahan satu suku.
 
Kekhawatiran sekaligus kekecewaan berlebihan inilah yang akhirnya memuncak menjadi tindak pembunuhan terhadap presiden sendiri. Habyarimana akhirnya dibunuh bersama presidenPresiden Burundi oleh kelompok militan penentangnya ketika mereka berada di dalam pesawat (atau helikopter) pemberian Presiden [[Prancis]] [[Francois Mitterand]]
 
== Pembunuhan Massal ==
Baris 21:
Pasukan khusus Pengawal Presiden dengan bantuan instruktur [[Prancis]] segera beraksi. Mereka bekerja sama dengan kelompok militan Rwanda, [[Interahamwe]] dan [[Impuzamugambi]].
 
Dimulai dari ibuIbu kotaKota Rwanda, ketiga kelompok bersenjata itu mulai membunuh siapa saja yang mendukung Piagam Arusha tanpa memedulikan status dan sebagainya. Perdana Menteri Rwanda yang berasal dari suku Tutsi tak lepas dari pembunuhan kelompok bersenjata. Selain dia, masih ada nama-nama dari kalangan menteri, pastor, dan siapa saja yang mendukung maupun terlibat dalam negosiasi Piagam Arusha.
 
Sebagian besar korban digeletakkan begitu saja dan tidak dimakamkan secara layak. Paling umum saat itu hanyalah ditimbun dengan tanah sekadarnya. Pegunungan Gisozi disinyalir menjadi tempat pemakaman massal. Di tempat ini diperkirakan terdapat 250.000 jasad warga tak berdosa korban konspirasi keji. Dikatakan [[Teori persekongkolan|konspirasi]], karena kemudian berkembang cerita bahwa [[kudeta]] ini dilakukan pemimpin [[Front Patriotik Rwanda]], ''RPF'' (''Rwandan Patriotic Front'') yaitu [[Paul Kagame]]. Usai pembunuhan massal, Kagame tampil sebagai Presiden mengantikan Habyarimana.
 
== 800.000 jiwaJiwa ==
 
Dalam seratus hari pembantaian berbagai kalangan tercatat tidak kurang dari 800.000 jiwa atau paling banyak sekitar satu juta jiwa etnis Tutsi menjadi korban pembantaian. Kemudian setelah [[Kigali]] jatuh ke tangan [[Oposisi (politik)|oposisi]] RPF pada [[4 Juli]] [[1994]], sekitar 300 mayat masih saja terlihat di alam terbuka di kotaKota Nyarubuye berjarak 100 km dari timurTimur Kigali. Korban yang jatuh di etnis lain (Twa dan Hutu) tidak diketahui, akan tetapi kemungkinan besar ada walaupun tidak banyak jumlahnya.
Sayangnya, pembunuhan besar-besaran di Rwanda tidak mendapatkan perhatian besar dari dunia internasional khususnya Prancis, [[Inggris]], dan [[Amerika Serikat]]. Salah satu penyebab paling dominan adalah karena negeri ini tidak memiliki nilai kepentingan strategis di mata internasional.
 
Kenyataan ini sangat disayangkan oleh berbagai pihak. Ketika konfrensi tentang pembantaian etnis dilaksanakan di Kigali tahun 2004, disebutkan secara jelas, forum menunjuk Amerika Serikat, [[Belgia]], Prancis, dan Inggris berada di balik tragedi pembantaian. Sekretaris Jendral [[PBB]] [[Kofi Annan]] yang waktu lalu menjabat sebagai wakil komandan pasukan penjaga perdamaian di Rwanda tak luput mendapat sorotan. Terutama setelah ia mendapat [[Penghargaan Nobel]] untuk bidang perdamaian.
 
Juga disebutkan, [[veto]] dari [[Dewan Keamanan PBB]] yang akhirnya menurunkan jumlah pasukan penjaga perdamaian dari 2500 personel menjadi 450 personel tidak mampu mengatasi masalah. "''Pihak luar gagal mencegah pembantaian selama 100 hari di Rwanda''" kata Presiden Paul Kagame sebelum memimpin upacara mengheningkan cipta.