Filsafat budi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 2 books for Wikipedia:Pemastian (20210209)) #IABot (v2.0.8) (GreenC bot
Baris 55:
Apabila keberadaan kesadaran (budi) terpisah dari realitas fisik (otak), kaitan kesadaran dengan ingatan fisik harus dijelaskan. Dualisme harus menjelaskan bagaimana kesadaran memengaruhi realitas fisik. Arnold Geulincx dan Nicolas Malebranche menjelaskan bahwa itu semua berasal dari keajaiban, bahwa hubungan antara budi dengan tubuh membutuhkan campur tangan langsung dari Tuhan. Penjelasan lain yang mungkin telah diusulkan oleh C. S. Lewis. Pandangan yang mirip dianut oleh [[Albert Einstein]], yang meyakini pengolahan kesan yang ditangkap indra oleh budi sebagai suatu keajaiban.<ref>[http://itc.utk.edu/about/archives/twt/tpte/module2/pdf/Einstein.pdf Albert Einstein. "Physics and Reality", Journal of the Franklin Institute (March 1936); 1.1.9., dicetak kembali di Albert Einstein, Out of My Later Years (1956)]</ref> Meskipun pada masa ia menulis karyanya yang bertajuk "''Miracle''"<ref>{{cite book|author=Lewis, C.S|title=Miracles|year=1947|isbn=0688173691}}</ref> [[mekanika kuantum]] (dan [[indeterminisme]] fisik) belum banyak diterima, Lewis menyatakan kemungkinan logis bahwa jika dunia fisik terbukti indeterministik, maka ada kemungkinan bahwa peristiwa yang mungkin/tidak mungkin terjadi secara fisik yang telah dideskripsikan secara ilmiah dapat dideskripsikan secara filosofis sebagai tindakan entitas non-fisik terhadap realitas fisik.
 
[[Zombi filosofis|Argumen zombi]] didasarkan pada [[percobaan pikiran]] yang diusulkan oleh Todd Moody, dan dikembangkan oleh [[David Chalmers]] dalam bukunya ''[[The Conscious Mind]]''. Gagasan dasarnya adalah bahwa seseorang dapat membayangkan tubuhnya, dan lalu sebagai akibatnya dapat memikirkan keberadaan tubuhnya tanpa ada hubungannya dengan kesadaran. Chalmers berargumen bahwa yang-ada semacam itu sangat mungkin ada karena yang dibutuhkan adalah semua dan hanya deskripsi-deskripsi sains fisik yang benar mengenai sebuah zombi. Peralihan dari kemungkinan dibayangkan menjadi kemungkinan keberadaan itu tidak besar karena konsep-konsep dalam sains fisik tidak mengacu pada kesadaran atau keadaan budi lainnya, dan secara definitif entitas fisik manapun dapat dideskripsikan secara ilmiah melalui fisika.<ref>{{cite book|author=Chalmers, David|title=The Conscious Mind|publisher=Oxford University Press|year=1997|isbn=0-19-511789-1}}</ref> Filsuf lain seperti [[Daniel Dennett]] menentang gagasan ini dan menyebutnya tidak koheren<ref name="Dennett, Daniel 1995 322\u20136">{{cite journal |author=Dennett, Daniel |title=The unimagined preposterousness of zombies |year=1995 |journal=J Consciousness Studies |volume=2|pages=322\u20136}}</ref> atau tidak mungkin.<ref>{{cite book|author=Dennett, Daniel|title=Consciousness Explained|url=https://archive.org/details/consciousnessexp00denn_009|publisher=Little, Brown and Co.|year=1991|page=[https://archive.org/details/consciousnessexp00denn_009/page/n109 95]|isbn=0-316-18065-3}}</ref> Dalam fisikalisme, seseorang harus meyakini antara bahwa ia dan orang lainnya mungkin adalah zombi, atau bahwa tidak ada orang yang bisa menjadi zombi; karena keyakinan seseorang dalam menjadi (atau tidak menjadi) zombi merupakan produk dunia fisik dan maka tidak berbeda dengan yang lain. Argumen ini telah diungkapkan oleh Dennett yang menyatakan bahwa "Zombi berpikir bahwa mereka sadar, berpikir bahwa mereka punya qualia, berpikir bahwa mereka menderita karena rasa sakit; mereka hanya 'salah' (berdasarkan tradisi yang patut disayangkan ini) dengan cara yang tidak dapat ditemukan oleh mereka maupun kita!" <ref name="Dennett, Daniel 1995 322\u20136"/>
 
=== Dualisme interaksionis ===
Baris 347:
=== Diri ===
{{Main|Diri (filsafat)|l1=Diri}}
Filsafat budi juga berimbas pada konsep [[diri (filsafat)|diri]]. Jika "diri" atau "saya" merujuk pada inti individu yang [[esensialisme|esensial]] dan kekal, sebagian besar filsuf modern malah menyatakan bahwa hal tersebut tidak ada.<ref name="DHof">{{cite book|author=Dennett, C. and Hofstadter, D.R.|title=The Mind's I|publisher=Bantam Books|year=1981|isbn=0-553-01412-9}}</ref> Gagasan diri sebagai inti yang esensial dan kekal berasal dari gagasan [[jiwa]]. Gagasan tersebut ditentang oleh sebagian besar filsuf saat ini karena orientasi fisikalistiknya, dan karena para filsuf mendukung gagasan [[David Hume]] yang meragukan konsep 'diri'<ref>{{cite book|author=Searle, John|title=Mind: A Brief Introduction|publisher=Oxford University Press Inc, USA|year=Jan 2005|isbn=0-19-515733-8 }}</ref> (Hume menyimpulkan bahwa manusia tidak memiliki konsep diri, tetapi sekumpulan rasa yang dikaitkan dengan diri<ref>A. J. Ayer, ''Language, Truth and Logic'', (Penguin, edisi 2001), hal. 135–6</ref>). Namun, berdasarkan hasil dari penelitian dalam bidang [[psikologi perkembangan]], [[biologi perkembangan]], dan [[neurosains]], gagasan bahwa terdapat inti material yang tidak konstan dan esensial—yaitu suatu sistem representasional yang terintegrasi dan tersebar dalam pola-pola koneksi [[sinapsis]] yang berubah-ubah—tampak masuk akal.<ref>{{cite book|author=LeDoux, Joseph|title=The Synaptic Self|url=https://archive.org/details/synapticselfhowo00ledo|location=New York|publisher=Viking Penguin|year=2002|isbn=88-7078-795-8 }}</ref> Namun, pandangan bahwa diri adalah ilusi juga didukung oleh beberapa filsuf, seperti [[Daniel Dennett]].
 
== Lihat pula ==