Perang Besar Cirebon: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 292:
namun karena di keraton Kanoman sudah bertahta Pangeran Raja Abu Soleh Immamudin yang merupakan adik Pangeran Raja Kanoman, maka akhirnya atas dasar kesepakan keluarga, Pangeran Raja Kanoman pada tahun 1808 mendirikan kesultanannya sendiri dengan nama Kacirebonan yang sekarang pusatnya berada di [[keraton Kacirebonan]], sebagai pemimpin Kacirebonan Pangeran Raja Kanoman bergelar Sultan Carbon Amirul Mukminin, selain permasalahan berkaitan dengan Pangeran Raja Kanoman, dalam perjanjian 1 September 1806 tersebut juga disinggung mengenai orang-orang Cina dan para Sultan yang memihak Belanda, disebutkan dalam perjanjian tersebut bahwa orang-orang Cina tidak diperbolehkan untuk tinggal di daerah pedalaman dan kepada para Sultan yang memihak Belanda tidak diperkenankan untuk memeras rakyatnya<ref name="bochari" />, tetapi kembalinya Pangeran Raja Kanoman dan dibentuknya [[kesultanan Kacirebonan]] untuk Pangeran Raja Kanoman sebagai hasil kesepakatan keluarga besar kesultanan Kanoman dikarenakan di kesultanan Kanoman telah bertahta Sultan Anom V Pangeran Raja Abu Soleh Immamudin, tidak menyurutkan gerakan perjuangan yang sedang berlangsung<ref name="bochari" />.
Pada 1807, seorang pejabat Belanda yaitu Carl Willem Thalman yang merupakan ''Voorzitter'' (kepala) pemeriksa tanah di Priyangan menjelaskan dalam persiapannya menumpas pergerakan kelompok Bagus Rangin, pemerintah Belanda telah memerintahkan setiap kabupaten di Priyangan dan Karawang untuk mengirimkan pasukannnya, terutama kabupaten-kabupaten yang berbatasan dengan daerah perlawanan, ditetapkan pula Pangeran Kusumahdinata IX (bupati Sumedang) dan Raden
=== [[Herman Willem Daendels]], Kyai Kulur dan Kyai Durrahman ===
Baris 337:
==== Pertempuran Jawura dan Bantar Jati ====
Pasukan Belanda yang dipimpin oleh Pangeran Kusumahdinata IX dan Raden
Raffan Hasyim (sejarahwan Cirebon) dalam penelitiannya tentang Bagus Rangin yang mengutip sumber-sumber tradisional Cirebon menyatakan bahwa strategi perang yang digunakan oleh Bagus Rangin memiliki kesamaan dengan strategi yang digunakan oleh Sultan Sepuh V Muhammad Syafiuddin yaitu menggunakan strategi perang ''Buaya Mangap'', strategi perang ''Buaya Mangap'' merupakan strategi perang yang menggabungkan antara kekuatan pasukan gerilya, kesenian tradisional seperti tayub dan kemampuan untuk menyamar dan bersembunyi<ref name="opan" />. Bagus Rangin memerintahkan anak buahnya untuk memasang lengkungan-lengkungan janur, umbul-umbul merah dan ranting-ranting dari pohon beringin, setiap lengkungan janur dijaga oleh tiga orang prajurit Bagus Rangin, ada sekitar dua puluh lengkungan janur yang dipasang sebelum menuju ke tenda kesenian, antara satu tenda dengan tenda lainnya dijaga sekitar lima puluh pasukan Bagus Rangin yang bersembunyi, di dalam tenda kesenian tersebut para penari dan ''wiyaga'' (penabuh gamelan) yang juga merupakan para prajurit Bagus Rangin sibuk memainkan keseniannya<ref name="opan" />, ketika sudah menjelang tengah malam pasukan Bagus Rangin mulai mengadakan serangan, dalam kesempatan tersebut banyak pasukan dari ''Ngabehi Dalem'' Indramayu yang memihak Belanda tewas, bahkan ''patih'' Indramayu yang bernama Astrasuta juga ikut tewas<ref name="opan" />.
Baris 345:
Pada tahun 1810 Perancis di bawah pimpinan [[Napoleon Bonaparte]] melakukan aneksasi terhadap Belanda dan setelah kabar ini diterima oleh [[Herman Willem Daendels|Gubernur Jendral Herman Willem Daendels]], Gubernur Jendral kemudian melakukan pengibaran bendera Perancis, hal ini kemudian diketahui oleh [[Thomas Stamford Raffles]] dan mengunjungi [[Lord Minto]] Gubernur Jendral Britania di India untuk mengusir Belanda dari Jawa dan hal tersebut disetujui oleh [[Lord Minto|Gubernur Jendral Britania untuk India - Lord Minto]]. Pada tahun yang sama, tepatnya tanggal 2 Maret 1810, Sultan Kacirebonan I Muhammad Chaeruddin II<ref name="irianto2" /> yang dahulunya adalah Pangeran Raja Kanoman dipecat dari jabatannya oleh Belanda karena dianggap selalu menentang pemerintah Belanda<ref>Rosidi, Ajip. Dkk. Ensiklopedi Sunda: Alam, Manusia dan Budaya (Termasuk Budaya Cirebon dan Betawi). [[Jakarta]]: Pustaka Jaya</ref>, rakyat Cirebon pada masa itu dikatakan marah dengan keputusan yang diambil oleh Pemerintah Belanda dikarenakan sosok Sultan Kacirebonan dikenal sebagai pemimpin yang selalu berpihak kepada rakyat<ref name="bochari" />.
Pada tanggal 22 Juli 1810, pasukan Bagus Rangin dapat mengalahkan pasukan Belanda yang dipimpin Pangeran Kusumahdinata IX dari Sumedang dekat wilayah [[Bantarjati, Kertajati, Majalengka|Bantarjati,]] sementara pasukan Bagus Rangin lainnya dibawah komando ''Ki Buyut'' Merat dan ''Ki Buyut'' Deisa dapat mematahkan pertahanan dari pasukan Belanda yang dipimpin oleh Raden
=== Invasi Britania ke Hindia Belanda ===
Baris 385:
Menindaklanjuti rencana pengusiran Belanda maka pada sekitar tahun 1811 Pemerintah Britania atau yang dalam bahasa inggris disebut Britain (Penggabungan kerajaan Inggris, Wales, Skotlandia dan Irlandia Utara) yang menguasai India, Burma dan Semenanjung Melayu melakukan peperangan dengan pihak Hindia Belanda, pasukan-pasukan Britania kemudian mulai mendarat di pelabuhan-pelabuhan Jawa pada tanggal 3 Agustus 1811, pada bulan yang sama tepatnya tanggal 26 Agustus 1811 perang besar antara Hindia Belanda dan pihak Britania dimulai dan menghasilkan kekalahan Belanda, hasil peperangan tersebut membuat Belanda menyingkir ke Semarang sampai akhirnya Belanda di bawah [[Jan Willem Janssens|Gubernur Jendral Jan Willem Janssens]] yang menggantikan [[Herman Willem Daendels]] pada bulan Mei 1811 menyerah kepada Britania di Salatiga dan menandatangani [[kapitulasi Tuntang]]. Kemenangan ini kemudian menjadikan [[Thomas Stamford Raffles]] diangkat sebagai Letnan Gubernur Britania (bawahan Gubernur Jendral) untuk wilayah Jawa.
Pada tanggal 9 Januari 1812 [[Thomas Stamford Raffles|Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles]] memerintahkan Couperus (seorang komisaris di Cianjur) untuk mengumpulkan 500 orang prajurit dari [[Cianjur]] yang nantinya akan dipimpin oleh bupati Cianjur Raden Wiranegara ([[Raden Adipati Wira Tanu Datar VI]]) untuk dikirim ke wilayah Karawang guna menumpas kelompok Bagus Rangin<ref name="bochari" />, Raden Wiranegara merupakan seorang bupati yang dihormati oleh para bupati lainnya di priyangan, beliau juga termasuk bupati yang memerintah sangat lama yaitu sejak 1776, bahkan ada bawahan beliau dahulu yang menjadi bupati seperti [[Pangeran Kornel|Pangeran Kusumahdinata IX]] (bupati [[Sumedang]]) yang ketika masih muda pernah menjadi ''Cutak'' (bawahan) beliau<ref name=bayucianjur>Suryaningrat, Bayu. 1982. Sajarah Cianjur Sareng Raden Aria Wira Tanu Dalem Cikundul Cianjur. [[Jakarta]] : Rukun Warga Cianjur-Jakarta.</ref>, selain memerintahkan Couperus di Cianjur, [[Thomas Stamford Raffles|Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles]] juga memerintahkan hal yang sama kepada [[Praja Mangkunegaran|Mangkunegaran]] di [[Surakarta]], pasukan [[Mangkunegaran]] kemudian berangkat dengan dipimpin oleh Pangeran Mayor Surianegara dan Suriadipura<ref name=Hazmirullahseribu>Hazmirullah. 2015, Gelar Pahlawan untuk Bagus Rangin (3) : Hadiah Seribu Ringgit untuk Kepala Bagus Rangin. [[Bandung]] : Pikiran Rakyat</ref>, demikian pula Raden
Pergantian kekuasaan kolonial di Cirebon dijadikan kesempatan oleh kelompok Bagus Rangin untuk mengkonsolidasikan kekuatan pasukannya<ref name="bochari" />. Raden Benggala (Adipati Wiralodra) dari Indramayu kemudian meminta bantuan Pangeran Udaka dari [[kesultanan Kasepuhan]]<ref name="opan" /> (dikemudian hari selepas meninggalnya Sultan Sepuh Joharuddin beliau naik tahta menjadi Sultan Sepuh Raja Udaka) untuk menumpas perlawanan Bagus Rangin, Pangeran Udaka lantas menghubungi pemerintah kolonial Britania terkait masalah ini. Pasukan gabungan dari pemerintah Britania, para bupati Priyangan, Indramayu dan kesultanan Kasepuhan segera bergerak dengan tujuan untuk mengepung kelompok Bagus Rangin<ref name="opan" />.
Baris 398:
==== Kegagalan Nairem, penangkapan Bagus Rangin dan hukuman mati ====
Pencarian terhadap Bagus Rangin dan kelompoknya yang berhasil melarikan diri dilakukan pemerintah kolonial Britania dengan menyisir desa desa di sekitar [[Bantarjati, Kertajati, Majalengka|Bantarjati]] seperti desa [[Biyawak, Jatitujuh, Majalengka|Biyawak]] dan desa [[Jatitujuh, Jatitujuh, Majalengka|Jatitujuh]], fasilitas umum dan rumah-rumah warga yang ada di desa-desa tersebut dibakar, wanita dan anak-anak kemudian dibawa ke [[Indramayu]] untuk dijadikan tahanan namun Bagus Rangin dan kelompoknya tersebut belum dapat ditemukan, operasi militerpun terus dilakukan di desa-desa lainnya yang diduga sebagai tempat persembunyian Bagus Rangin dan kelompoknya, termasuk di desa [[Kedongdong, Susukan, Cirebon|Kedongdong]]<ref name="opan" />. Adanya perang besar antara Hindia Belanda dan Britania atau yang dikenal dengan nama perang jawa Britania-Belanda tidak begitu menguntungkan gerakan perjuangan ini, terbukti dengan ditemuinya kegagalan setelah gerombolan yang dipimpin oleh Nairem yang merupakan seorang Demang dari Pagadangan (Supali Kasim seorang budayawan asal Indramayu berpendapat bahwa yang dimaksud wilayah Pagadangan kemungkinan adalah [[Pekandangan, Indramayu, Indramayu|Pekandangan]]<ref name="kasimbagus" />) dapat dikalahkan pada tanggal 25 Juni 1812<ref name="thornconquest" /> kemudian Bagus Rangin dan para pengikutnya dapat ditangkap oleh pemerintah Britania pada tanggal 27 Juni [[1812]] di [[Panongan, Palimanan, Cirebon|desa Panongan]]<ref name="bochari" /> (namun menurut keterangan Mayor William Thorn yang dituangkan dalam catatannya ''Memoir of the Conquest of Java'' yang diterbitkan pada 1815 beliau menjelaskan bahwa Bagus Rangin ditangkap bersama dengan keponakannya yang bernama Bagus Manuk dan pamannya yaitu Grissen atau Sidja Djuda ditangkap pada
Gerakan perjuangan rakyat Cirebon ini sempat muncul kembali di bawah pemimpin lainnya setelah Britania di bawah [[Thomas Stamford Raffles|Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles]] memerintahkan langsung kepada Cirebon untuk menyingkirkan kekuasaan politik dari para sultannya, sehingga sultan hanya sebagai pemimpin adat dan agama saja, gerakan perjuangan tersebut ialan gerakan perjuangan tahun 1816 di bawah pimpinan Bagus Jabin dan gerakan perjuangan tahun [[1818]] di bawah pimpinan Nairem.
Baris 425:
Berdasarkan keputusan pengadilan, Nairem bersama dengan Bagus Serit dijatuhi hukuman mati pada tanggal 31 Oktober 1818<ref name="bochari" />.
=== Pembangunan benteng di [[Tomo, Sumedang|Tomo]] (Sumedang) dan [[Palimanan, Cirebon|Palimanan]] (Cirebon) ===
Pasca sederetan peristiwa perjuangan rakyat tersebut, diputuskan agar dibangun benteng di wilayah [[Tomo, Sumedang|Tomo (Sumedang)]] dan wilayah [[Palimanan, Cirebon|Palimanan (Cirebon)]]<ref name="ekajatisastrawan" />.
=== Penghargaan Belanda kepada para bupati ===
Pasca peristiwa perjuangan rakyat tersebut, [[Pangeran Kornel|Pangeran Kusumahdinata IX]] dari [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]] secara resmi diberikan pangkat ''Pangeran'' dan penghargaan Bintang Emas oleh Belanda. Raden Surilaga II secara resmi diberikan pangkat ''Adipati'' dan dijadikan bupati Indramayu (setelah wilayah wilayah bekas perjuangan rakyat yang berbatasan dengan [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]] tersebut disatukan dengan sebagian wilayah ''Bengawan Wetan'' dan dijadikan kabupaten Indramayu), namun karena ada peristiwa perubahan sebagian tanah Indramayu menjadi tanah partikelir maka Raden Surialaga II kemudian dipindah tugaskan menjadi bupati di Sukapura (sekarang sekitar [[Kabupaten Tasikmalaya|Tasikmalaya]] dan [[Kabupaten Garut|Garut]])<ref name="ekajatisastrawan" />
== Referensi ==
|