Husein bin Abu Bakar Al-Habsyi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Knetang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Knetang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 26:
== Kehidupan awal ==
=== Latar Belakang ===
Husein merupakan keturunan dari Imam Ali Al-Uraidhi, ulama dan ahli hadis terpandang di Madinah yang merupakan putra dari Imam Ja’far Al-Shodiq, guru para imam mazhab sekaligus generasi keenam dari keturunan Nabi Muhammad. Ayahnya, Abu Bakar Al-Habsyi, merupakan kemenakan Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, ulama besar Hahdhramaut[[Hadhramaut]], Yaman, dan penggubah syair-syair maulid Nabi yang populer, Simthu Al-Durar. Tapi, sang ayah tak mendampinginya lama. Abu Bakar Al-Habsyi wafat di Garut, Jawa Barat, saat Husein belum genap setahun. Sejak itu, ia diasuh oleh paman dari garis ibu, Muhammad bin Salim Baraja, seorang guru di Surabaya.
 
=== Pendidikan ===
Husein menempuh pendidikan dasar di Madrasah Al-Khoiriyah, salah satu lembaga pendidikan diniah tertua di Surabaya. Belajar di sekolah agama dan diasuh sejumlah ulama besar membuat Husein mampu membaca magnum opus [[Al-Ghazali]], Ihya Ulumuddin, di usia 12 tahun. Di lembaga ini dia berguru kepada sejumlah ulama, seperti Al-Habib Abdul Qodir Bilfagih (ahli hadis), Syaikh Muhammad Robah Hassuna (asal Palestina), dan Sayyid Muntasir Al-Kattani (Maroko). Selesai belajar di Al-Khoiriyah, Husein sempat mengajar di almamaternya itu sebelum memutuskan pindah ke Johor, Malaysia, mengikuti kakaknya, Ali Al-Habsyi, pada 1936.
 
=== Malaysia dan Singapura, 1936-1943===
Di Johor, selain mengajar di Madrasah Al-Aththas milik Al-Habib Hasan Al-Aththas, Husein juga berguru kepada Al-Habib Alwi bin Thahir Al-Haddad, mufti [[Kerajaan Johor]] yang terkenal dengan keluasan dan kedalaman ilmu fikihnya. Di Malaysia pula, Husein menikahi anak dari paman garis ayah pada 1939. Pada 1941, anak pertamanya lahir di Malaysia.
 
Namun, pendudukan Inggris dan perang melawan Jepang di Semenanjung Malaysia membuat negeri itu menjadi medan perang terbuka dan suasana menjadi serba sulit. Akibat perang ini, anak pertamanya sakit dan meninggal di usia sekitar 7 bulan. Kondisi perang itu memaksa Husein dan keluarganya meninggalkan Malaysia dan menetap di Singapura.
Baris 39:
 
=== Kembali ke Indonesia ===
Tapi, pada tahun yang sama, Husein dan kakaknya, Ali, menderita infeksi paru-paru akut. Keluarga besarnya di Surabaya meminta kedua kakak-beradik itu pulang kampung untuk dirawat di sebuah sanatorium ternama milik Belanda di [[Batu, Malang]] (kini Rumah Sakit Karsa Husada). Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Kakaknya tak terselamatkan dan meninggal dunia, sementara Husein bertahan hidup setelah menjalani operasi transplantasi paru-paru di sanatorium tersebut—disebut-sebut sebagai operasi transplantasi paru pertama di Indonesia.
 
== Aktivitas Politik ==