Kota Ternate: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Perbaikan kesalahan pengetikan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
k Perbaikan kesalahan pengetikan dan penambahan pranala dalam Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 60:
==== Periode Sebelum Kolonialisme ====
Sejarah awal mula kerajaan atau kesultanan Ternate sebagian besarnya bersumber dari legenda dan hikayat. Salah satu hikayat yang terkenal luas dan banyak dijadikan rujukan ialah '''Sejarah Ternate''' yang ditulis oleh '''Naidah''', yang diterjemahkan oleh '''P Van der Crab''', Residen Ternate 1863-1864 dan diterbitkan pada tahun 1878. Sumber lainnya ialah catatan-catatan yang ditulis oleh '''Rijali,''' seorang ulama Maluku asal Hitu yang dihimpun oleh
Asal usul komunitas atau penduduk Ternate disebutkan oleh sumber-sumber tersebut, berasal dari Pulau Halmahera yang melakukan eksodus atau migrasi besar-besaran ke beberapa pulau kecil di bagian barat Pulau Halmahera termasuk ke Ternate, disebabkan terjadinya pergolakan dan konflik politik di Jailolo (Gilolo), di Pulau Halmahera pada tahun 1250.
Baris 66:
Para migran pertama yang mendarat dan bermukim di Ternate tahun 1250 adalah komunitas '''Tobona''' yang dipimpin oleh '''Momole Guna'''. Momole adalah sebutan kepada pemimpin atau kepala marga, klan atau komunitas.
Pada tahun 1254 migran kedua tiba dan bermukim di '''Foramadiyahi''' yang dipimpin oleh '''Mole Matiti'''.
Dalam sumber sejarah lain menyebutkan terdapat 4 (empat) komunitas atau klan awal di Ternate, yakni masing-masing: Komunitas atau Klan '''Tobona''', yang mendiami kawasan lereng Gamalama bagian Selatan (kini Kelurahan Foramadiyahi): '''Tubo''' yang mendiami kawasan lereng Gamalama bagian Utara; '''Tabanga''', yang mendiami kawasan pesisir Utara Pulau Ternate, dan Komunitas atau Klan '''Toboleu''', yang mendiami kawasan pesisir Timur Pulau Ternate.
Baris 72:
Komunitas atau klan awal inilah yang pertama-tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari beberapa belahan dunia untuk mencari cengke dan rempah lainnya.
Seiring waktu,
Sejak era itu, Kerajaan Ternate berperan penting di
Setelah Mansyur Malamo (1257-1272), Kolano Ternate dijabat oleh '''Kaiicil Jamin''' (1272-1284). '''Kaiicil''' adalah sebutan untuk seorang '''Pangeran''', atau putra Kolano. Setelah Kaiicil Jamin, Kolano Ternate dijabat oleh '''Kaiicil Siale''' (1284-1298). Pada masa Kaiicil Siale, ibu kota kerajaan dipindahkan dari Sampala ke Foramadiyahi. Setelah itu, Siale digantikan secara berturut-turut oleh '''Kaiicil Kamalu''' (298-1304) dan '''Kaiicil Ngara Malamo''' (1304-1317).
Baris 80:
Di bawah kepemimpinan Kaiicil Ngara Malamo, Ternate memulai ekspansi teritorialnya. Kaiicil Ngara Malamo adalah peletak dasar politik ekspansi Kerajaan Ternate. Politik ekspansi inilah yang mengantarkan Ternate menjadi Kerajaan paling besar, paling kuat dan paling berpengaruh dalam jajaran kerajaan-kerajaan Maluku pada masa-masa selanjutnya, terutama dari akhir abad ke-14 hingga awal abad ke-16. Namun, memasuki abad ke-16, pamor Ternate sebagai kerajaan paling tangguh mulai merosot.
Kaiicil Ngara Malamo diganti oleh '''Patsyaranga Malamo''' (1317-1322), kemudian '''Sida Arif Malamo''' (1322-1331). Di masa Kolano Sida Arif Malamo, Ternate telah ramai didatangi oleh pedagang mancanegara seperti pedagang dari Cina, Arab dan Gujarat, juga pedagang dari
Ternate di bawah Kolano Sida Arif Malamo berkembang menjadi
Armada-armada perdagangan antar bangsa datang ke pelabuhan ini terutama mencari rempah, komoditas penting dalam perdagangan pasar Internasional saat itu yang menempatkan gugusan kepulauan ini menjadi ajang lalu lintas niaga yang sibuk. Pesatnya perdagangan rempah-rempah para Raja Maluku pun saling bersaing memantapkan posisinya masing-masing sehingga tidak jarang menimbulkan konflik di antara mereka. Kolano Sida Arif Malamo pun mengambil prakarsa mengadakan pertemuan raja-raja se-Maluku untuk membentuk persekutuan bersama yang dikenal dengan '''Persekutuan Moti (''Motir Verbond'')''', atau juga dikenal sebagai persekutuan '''Moloku Kie Raha (Empat Kerajaan Maluku)'''.
Baris 90:
Manfaat persekutuan ini adalah sejak 1322 Maluku mengalami masa aman dan damai. Berhasil meredam sementara waktu ambisi, permusuhan dan ekspansi para anggota persekutuan. Rakyat Maluku menikmati suasana aman dan damai selama kurang lebih 20 tahun. Tetapi perdamaian yang ditegakkan dengan susah payah itu sirna ketika '''Kolano Tulu Lamo''' naik tahta sebagai Kolano Ternate (1334-1347). Ia secara sepihak membatalkan hasil persekutuan Moti dan menyatakan hasil persekutuan tersebut tidak lagi mengikat bagi Ternate. Tulu Lamo menempatkan Ternate pada peringkat teratas sebagai yang tertua. Keputusan itu mendapat reaksi keras dari ketiga kerajaan lainnya. Ia juga menyerang makian, bandar niaga rempah terbesar kedua di Maluku setelah Ternate. Ternate setelah kepemimpinan Kolano Tulu Lamo terus menyerah beberapa daerah sekitarnya. Sula diserbu oleh '''Kolano Ngolo Macahaya''' (1350-1375), menyusul Jailolo diserang oleh '''Kolano Marhum''' (1465-1486). Kemudian berbagai penaklukan dilakukan Ternate atas Maluku Tengah, Seram Barat dan Buru.
Naiknya '''Kolano Zainal Abidin''' (1468-1500) menandai berakhirnya era kerajaan dan berganti ke era
Sultan Zainal Abidin diganti oleh '''Sultan''' '''Bayan Sirrullah''' (1500-1522), kemudian diganti oleh '''Sultan Hidayat''' alias '''Deyalo'''. Pengangkatan Sultan Hidayat yang usianya belum akil baligh, sehingga ibunya '''Boki Rainha Nukila''' diangkat sebagai Mangkubumi dan '''Taruwese''' diangkat sebagai wakil Sultan (1529-1530). Kemudian berturut-turut digantikan oleh '''Sultan Abuhayat''' alias Boheyat (1530-1532), '''Sultan Tabariji''' (1532-1535), '''Sultan Khairun Jamil''' (1535-1570), kemudian '''Sultan Baabullah Datu Syah''' (1570-1683).
Baris 96:
Ternate di masa Sultan Baabullah mencapai penaklukan yang spektakuler. Wilayah Kesultanan ternate membentang dari Mindanao di Utara sampai Bima di Selatan dan dari Makassar di Barat sampai Banda di Timur. Karena itu, Baabullah, Sultan Ternate terbesar ini dikenal sebagai penguasa atas 72 pulau yang seluruhnya berpenghuni.
Di masa pemerintahan Sultan Baabullah, Ternate tampil sebagai kesultanan paling berpengaruh dalam politik maupun militer di kawasan Timur Nusantara. Baabullah menurut sebuah sumber, mampu mengerahkan 90.700 tentara bila diperlukan. Kontributor terbesar - di atas 10.000 - pasukan ini adalah dari
Keberhasilan Sultan Baabullah tidak terlepas dari kecakapan
==== Periode Kolonialisme Bangsa Eropa ====
|