Perang Besar Cirebon: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 179:
Belanda atas dasar ''pribawa'' dengan berbekal perjanjian 1699 menentukan derajat paling tinggi (di antara seluruh keluarga besar kesultanan Cirebon) ditempati oleh Sultan Anom I Sultan Muhammad Badrudin Kartawijaya kemudian Pangeran Nasirudin Wangsakerta menduduki tempat kedua dan kedua putra almarhum Sultan Sepuh I Sultan Sepuh Martawijaya yaitu Pangeran Depati Anom Tajularipin Djamaludin dan Pangeran Aria Cirebon Abil Mukaram Kamarudin<ref name="arsiparya2">[https://sejarah-nusantara.anri.go.id/id/search_letters/?ruler=Pangeran%20Arya%20Cirebon%20Kamaruddin Tim Arsip Nasional Republik Indonesia. 2013. Arsip Nasional - Surat Surat Diplomatik 1625-1812. ][[Jakarta]] Arsip Nasional Republik Indonesia</ref> berada di tempat ketiga. Pangeran Arya Cirebon kemudian membentuk cabang kesultanan sendiri yang disebut Kacirebonan<ref name="irianto2" />(pada era ini, kesultanan Kacirebonan yang dibentuk tidak sama dengan yang kemudian dibentuk oleh Pangeran Raja Kanoman pada tahun 1808)
==== Belanda menguasai politik Cirebon ====
Sultan Kanoman I Muhammad Badrudin Kartawijaya memiliki dua orang putera dari permaisuri yang berbeda, yaitu Pangeran Adipati Kaprabon yang merupakan putera pertama dari permaisuri kedua yaitu Ratu Sultan Panengah dan Pangeran
Pada tahun 1701, Belanda kemudian menunjuk seorang pedagang bernama Jacob Heijrmanns sebagai pejabat penghubung Belanda untuk wilayah kesultanan-kesultanan Cirebon<ref name="mason4">Hoadley, Mason Claude. 2018. Selective Judicial Competence: The Cirebon-Priangan Legal Administration, 1680–1792. [[New York]] : Cornell University Press</ref>
Pada tahun 1703 Sultan Anom I Badrudin Kartawijaya wafat, maka dua tahun berikutnya yaitu pada tahun 1704 diadakan pengaturan urutan yang baru oleh Belanda. Panembahan Nasirudin Wangsakerta menempati derajat tertinggi (di antara seluruh keluarga besar [[kesultanan Cirebon]]), tempat kedua ditempati oleh kedua orang putra Sultan Sepuh I Sultan Sepuh Martawijaya yaitu Sultan Sepuh II Sultan Sepuh Tajularipin Djamaludin dan Sultan Kacirebonan I Sultan Cirebon Arya Cirebon Abil Mukaram Kamarudin dan tempat ketiga ditempati putra-putra Sultan Anom I Badrudin Kartawijaya yaitu Pangeran
Kemudian Pangeran
Pada tahun 1705, Pejabat penghubung Belanda untuk wilayah [[kesultanan Cirebon]] resmi berkantor di Cirebon, guna menyeleseikan masalah dengan Mataram yang masih merasa bahwa [[kesultanan Cirebon]] adalah wilayah bawahannya maka diadakanlah perjanjian pada tanggal 5 Oktober 1705 antara Mataram pada masa pemerintahan Pakubuwono I dengan Belanda, perjanjian tersebut menyebutkan bahwa batas wilayah [[kesultanan Cirebon]] sebagai bagian dari wilayah protektorat Belanda adalah sungai Losari di sebelah utara (sekarang batas antara [[Jawa Barat|provinsi Jawa Barat]] dengan [[Jawa Tengah|provinsi Jawa Tengah]]) dan sungai Donan di sebelah selatan (sekarang batas antara kecamatan Cilacap Selatan dan Cilacap Tengah dengan kecamatan Kawunganten di [[kabupaten Cilacap]])<ref name="iswara1" />
Pada tahun 1708, Belanda turut campur lagi untuk menempatkan perbedaan tingkatan dari ketiga cabang keluarga kesultanan Cirebon, setelah Panembahan Wangsakerta wafat tahun 1714, maka sekitar tahun 1715 – 1733 berkali-kali diadakan penggeseran tinggi rendahnya seseorang dalam menduduki tingkatan di antara keluarga besar [[kesultanan Cirebon]] yang pada waktu itu sebenarnya telah memiliki kesultanannya masing-masing, seperti anak-anak Sultan Sepuh I yaitu Pangeran Depati Anom Tajularipin Djamaludin yang telah menjadi Sultan Sepuh II di [[kesultanan Kasepuhan]] dan Pangeran Arya Cirebon Abil Mukaram Kamarudin yang telah membentuk cabang keluarga sendiri yaitu sebagai Sultan Kacirebonan pertama, demikian juga anak dari Sultan Anom I Badrudin Kartawijaya yaitu Pangeran
Bermula dari masalah ''pribawa'' inilah Belanda turut campur masalah internal keluarga besar [[kesultanan Cirebon]], masalah ''pribawa'' mengenai dari cabang keluarga yang mana yang berhak menduduki tingkat tertinggi dalam keluarga besar [[kesultanan Cirebon]] selalu menimbulkan pertikaian yang berlarut-larut dan menimbulkan perselisihan yang terus menerus, peristiwa inilah yang mempercepat hilangnya wibawa keluarga besar [[kesultanan Cirebon]].
Baris 253:
[[Berkas:Willem_Arnold_Alting_(1788).jpg|200px|thumb|left|[https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Willem_Arnold_Alting Gubernur Jenderal Willem Arnold Alting]]]
Pada tahun [[1798]], pada masa itu [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Willem_Arnold_Alting Gubernur Jenderal Willem Arnold Alting] yang telah menangkap Pangeran Raja Kanoman dan mengasingkannya ke Ambon dan yang proyek pembuatan rumah ''Raad van Indie''-nya ([[bahasa Indonesia]]: Dewan Hindia) di Indramayu pada tahun tahun sebelumnya yang diperkirakan dibantu oleh Sultan Muhammad Chaeruddin <ref name=Pudjiastuti>Pudjiastuti, Titik. 2014. Kajian Kodikologis atas Surat Sultan Kanoman, Cirebon (COD. OR. 2241 ILLB 17 (No. 80)). [[Depok]]: Universitas Indonesia</ref> baru saja pensiun dengan telah datang penggantinya [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Pieter_Gerardus_van_Overstraten Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten] yang sebelumnya menjabat sebagai pemimpin untuk pesisir utara Jawa bagian timur pada 17 Februari 1797, pada masa [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Pieter_Gerardus_van_Overstraten Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten] ini di kesultanan Kanoman terdapat permasalahan karena tidak adanya putera mahkota ditempat jika seandainya terjadi sesuatu dengan Sultan Muhammad Chaeruddin, maka pada tahun itu, 1798, Sultan membuat keputusan untuk mengangkat Imamuddin, adik lain ibu dari Pangeran Raja Kanoman (Putra Mahkota kesultanan Kanoman yang dibuang oleh Belanda ke Ambon) guna menggantikan posisinya sebagai Putera Mahkota kesultanan Kanoman <ref name=Pudjiastuti/>, dijelaskan oleh Abdullah al Misri (seorang cendikiawan keturunan Arab) dalam tulisannya menarasikan bahwa Imamuddin adalah anak dari Sultan Muhammad Chaeruddin dengan istrinya yang bukan permaisuri<ref name=monique>Zaini-Lajoubert, Monique. 2008. Karya lengkap Abdullah bin Muhammad al-Misri: Bayan al-asmaʼ, Hikayat Mareskalek, Arsy al-muluk, Cerita Siam, Hikayat tanah Bali. [[Jakarta]]: Gramedia</ref>. Pada masa [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Pieter_Gerardus_van_Overstraten Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten] ini [[Vereenigde Oostindische Compagnie|Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC)]] dibubarkan, British berhasil mengambil alih wilayah Tidore<ref name=cribb/> serta menghancurkan benteng-benteng pertahanan Batavia di pulau Onrust dan sekitarnya pada tahun 1800<ref name=dinascagarbudayadki>Tim Dinas Museum dan Pemugaran, Propinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta. 2000. Bangunan Cagar Budaya Di Propinsi DKI Jakarta. [[Jakarta]]: Dinas Museum dan Pemugaran, Propinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta</ref>. Pada 22 Agustus 1801 [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Pieter_Gerardus_van_Overstraten Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten] meninggal dunia<ref>Diehl, Katharine Smith. 1990. Printers and Printing in the East Indies to 1850: Batavia. [[New Rochelle, New York|New Rochelle]]: Aristide D. Cararzas</ref> dan kemudian posisinya digantikan oleh [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Johannes_Siberg Gubernur Jenderal Johannes Siberg] (menantu dari [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Willem_Arnold_Alting Gubernur Jenderal Willem Arnold Alting]) yang sebelumnya menjabat sebagai pemimpin di pantai utara Jawa bagian barat. Pada masa kepemimpinan [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Johannes_Siberg Gubernur Jenderal Johannes Siberg] diwarnai oleh berbagai perjuangan para penguasa lokal di nusantara yang memanfaatkan situasi kacau di Hindia Belanda untuk bisa menguatkan kembali posisi mereka.
Baris 264:
[[berkas:Johannes_Siberg_(1805).jpg|thumb|200px|left|[https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Johannes_Siberg Gubernur Jenderal Johannes Siberg]]]
Ketika Pangeran Raja Kanoman yang merupakan putera dari Sultan Anom
Sifat Bagus Rangin digambarkan sebagai pemimpin yang gagah berani dan sanggup menyatakan perang dengan didukung oleh pengikutnya yang banyak.<ref>Stapel, Frederik Willem. 1940. Geschiedenis van Nederlandsch Indie, V. Batavia.</ref> Secara garis besar kondisi perekonomian di pedesaan Cirebon dijelaskan bahwa desa-desa hampir secara keseluruhan disewakan kepada orang-orang Cina oleh para bupati dan residen. Penyerahan tenaga kerja, penyerapan pajak dan hasil pertanian penduduk dibeli dengan harga sangat rendah oleh residen<ref name=paramita1/>.
Baris 275:
[[File:Albertus_Henricus_Wiese_(1810).jpg|thumb|200px|left|Gubernur Jenderal Albertus Henricus Wiese]]
Di Batavia pada tahun 1803, setelah hancur oleh serangan British pada tahun 1800<ref name="dinascagarbudayadki" />, pulau [[Onrust]] yang merupakan benteng pertahanan Batavia oleh Belanda dibawah pimpinan [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Johannes_Siberg Gubernur Jenderal Johannes Siberg] (menantu dari [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Willem_Arnold_Alting Gubernur Jenderal Willem Arnold Alting]) berusaha direstorasi kembali<ref>[https://amp.kompas.com/properti/read/2019/01/19/070000821/onrust-pulau-pengasingan-yang-jadi-rebutan-inggris-dan-belanda Haryanti, Rosiana. 2019. Onrust, Pulau Pengasingan yang Jadi Rebutan Inggris dan Belanda. ][[Jakarta]]: Kompas</ref>, sementara itu di Cirebon, Sultan Muhammad Chaeruddin baru saja meninggal dunia dan sebagai penggantinya, Imamuddin yang telah ditunjuk sebagai putera mahkota sejak 1798 menggantikan Pangeran Raja Kanoman yang diasingkan oleh Belanda ke Ambon naik tahta menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Sultan Anom V Abu Soleh Imamuddin<ref>Suryawan. 2014. Srabad Dalam Seni Rupa Tradisi Cirebon. [[Yogyakarta]]: Institut Seni Indonesia Yogyakarta</ref> dan hal ini disetujui oleh Belanda<ref name="monique" />, dijelaskan kondisi sosial pada saat itu bahwa bencana kelaparan dan wabah penyakit sempat melanda Cirebon sejak akhir abad ke 18, mengakibatkan banyak penduduk Cirebon meninggal dunia.<ref name="paramita1">Paramita R. Abdurachman, 1982, Cerbon, Jakarta: Sinar Harapan</ref>, dalam narasinya Abdullah al Misri (seorang cendikiawan keturunan Arab) mengatakan bahwa sejak naiknya Imamuddin menjadi Sultan di kesultanan Kanoman maka banyak hal buruk yang terjadi tidak hanya soal banyaknya warga yang sakit dan meninggal namun juga hal hal lain seperti kosongnya bulir bulir padi yang ditanam<ref name="monique" />, permasalahan Pangeran Raja Kanoman yang diasingkan ke [[Ambon]] tersebut mencapai puncaknya pada tahun 1805, berdatanganlah perwakilan masyarakat Cirebon untuk menemui Gubernur Jenderal yang baru menjabat yaitu [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Albertus_Henricus_Wiese Gubernur Jenderal Albertus Henricus Wiese], mereka datang untuk menuntut hak Pangeran Raja Kanoman bertahta menggantikan ayahnya Sultan Anom
Persoalan hak waris Sultan Kanoman ke empat, Sultan Anom
=== Kembalinya Pangeran Raja Kanoman dan dibentuknya [[kesultanan Kacirebonan]] ===
Baris 285:
Laporan berkenaan dengan kekuatan kelompok Bagus Rangin juga didapat dari seorang perempuan bernama Nyi Jaya. Nyi Jaya yang dipercaya sebagai warga Bantarjati melaporkan kepada bupati Indramayu<ref name=hatabagus>Hata, Nur. 2012. Babad Darmayu : Catatan Perlawanan Masyarakat Indramayu Terhadap Kolonialisme pada Awal Abad ke 19. [[Cirebon]] : Institut Studi Islam Fahmina</ref> pada masa itu Raden Benggala bin Raden Sawerdi (Adipati Wiralodra)<ref name="opan" /> bahwa terdapat 1000 pemberontak bersenjata lengkap yang dipimpin oleh Bagus Rangin, selain itu Nyi Jaya juga melaporkan bahwa dia melihat ada Bagus Serit dan Bagus Kondar<ref name=kasimbagus>Kasim, Supali. 2015. Perjuangan Bagus Rangin di Indramayu. [[Cirebon]] : Radar Cirebon</ref>
Pemberontakan yang dilakukan oleh bagus Rangin meluas hingga keluar wilayah kesultanan Cirebon, ditengah perjuangan besar cirebon yang telah dimulai pada sekitar tahun 1788 oleh Mirsa dan Pangeran Raja Kanoman (Putera Mahkota kesultanan Kanoman, putera pertama Sultan Anom
[[Bandung]]: Satya Historika</ref> Belanda membuat perjanjian dengan Sultan Sepuh Djoharuddin dan Sultan Anom Abu Soleh Imamuddin untuk mengembalikan Pangeran Raja Kanoman ke Cirebon guna meredakan perjuangan yang terjadi<ref>Carey, Peter (P.B.R) 1980. The Archive of Yogyakarta: an edition of Javanese reports, letters, and land grants from the Yogyakarta court dated between A.J. 1698 and A.J. 1740 (1772-1813) taken from materials in the British Library and the India Office Library (London). [[Oxford]]: Oxford University Press</ref>. dalam bukunya ''Geschiedenis van Nederlandsch Indie, V'' Frederik Willem Stapel mengatakan,
|