Perang Besar Cirebon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 255:
Pada tahun 1791, Pangeran Joharuddin naik tahta sebagai Sultan Sepuh, namun karena usianya yang baru 10 tahun maka beliau didampingi oleh dua orang pejabat kesultanan dengan pangkat ''Tumenggung'' yaitu ''Tumenggung'' Widya Adiningrat dan ''Tumenggung'' Jayadireja<ref name="hazmirullah" />.
 
Pada tahun 1733, Pangeran Chaeruddin Rahim menjadi pemimpin di Kesultanan Kanoman dengan gelar Sultan Anom Chaeruddin menggantikan ayahnya Sultan Anom Alimuddin, pada saat naik tahta beliau baru berusia 10 tahun, sebagai walinya dalam pemerintahan ditunjuklah ''Tumenggung'' Bahu Madenda<ref name=lasmiyatianom/>Lasmiyati. 2013. Keraton Kanoman di Cirebon (Sejarah dan Perkembangannya). Bandung : Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung</ref> dikatakan semenjak kekuasaan Sultan Anom I, Belanda telah berusaha menanamkan kekuasaannya kedalam keraton-keraton di Cirebon melalui perjanjian persahabatan yang berisi monopoli dagang Belanda serta dengan politik pendekatan persuasif kepada pihak-pihak di kesultanan dan tokoh-tokoh masyarakat, Pangeran Raja Kanoman (Putera Mahkota kesultanan Kanoman, putera pertama Sultan Anom Chaeruddin dari permaisurinya) Pada waktu itu telah lama melakukan perlawanan terbuka terhadap belanda, masyarakat yang pernah berjuang bersama di antaranya adalah Mirsa, yang melakukan perjuangan melawan penjajah Belanda pada tahun 1788 yang mendapatkan bantuan toko agama, tetapi perjuangan Mirsa dapat dipatahkan, perjuangan melawan penjajah kemudian berlanjut pada tahun 1793<ref>[http://lms.aau.ac.id/library/Ebook/R_2185_04_H/files/res/downloads/download_0231.pdf Akademi Angkatan Udara - Kesultanan Cirebon]</ref>,<ref name="tukiranmirsa">Taniredja, Tukiran. Supriyadi, Acep. Harmanto. 2016. Indonesia Negara Paripurna. [[Purwokerto]] : Universitas Muhammadiyah Purwokerto Press</ref> dan akhirnya Pangeran Raja Kanoman berhasil ditangkap dalam perjuangannya melawan penjajah dan kemudian diasingkan ke Ambon pada sekitar tahun [[1796]], baik upaya mematahkan perjuangan Mirsa maupun penangkapan terhadap Pangeran Raja Kanoman dilakukan pada masa [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Willem_Arnold_Alting Gubernur Jenderal Willem Arnold Alting]. Pada tahun 1795, setahun sebelum penangkapan Pangeran Raja Kanoman, di Belanda terjadi revolusi yang dimotori oleh Perancis yang memaksa penguasa Belanda yaitu [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/William_V,_Prince_of_Orange William Batavus (William V)] untuk mengasingkan diri ke Inggris, negara Belanda yang telah jatuh ke tangan revolusioner tersebut diubah namanya dari ''Dutch Republic'' ([[bahasa Indonesia]]: Republik Belanda) menjadi ''Batavian Republic'' ([[bahasa Indonesia]]: Republik Batavian (secara harafiah berarti Republik Orang-Orang Belanda). Di Inggris, William Batavus kemudian mengeluarkan ''Kew Letter'' sebuah surat perintah yang menugaskan para pejabat [[Vereenigde Oostindische Compagnie|Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC)]] di wilayah Hindia Belanda menyerahkan pos pos mereka kepada British, hal inilah yang kemudian memudahkan British untuk menguasai Hindia Belanda, berbekal ''Kew Letter'' tersebut [[Melaka]], [[Padang]] dan [[Ambon]] berhasil dikuasai oleh British dengan mudah<ref name="cribb">Cribb, Robert. 2000. Historical Atlas of Indonesia. [[Honolulu]]: University of Hawai'i Press</ref>, pada tahun ini sebenarnya [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Willem_Arnold_Alting Gubernur Jenderal Willem Arnold Alting] sudah menyadari ada dinamika di negara asalnya bahwa kini ''Dutch Republic'' telah dikuasai oleh Perancis dan diubah namanya menjadi ''Batavian Republic''.
 
Pada tahun [[1798]], pada masa itu [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Willem_Arnold_Alting Gubernur Jenderal Willem Arnold Alting] yang telah menangkap Pangeran Raja Kanoman dan mengasingkannya ke Ambon dan yang proyek pembuatan rumah ''Raad van Indie''-nya ([[bahasa Indonesia]]: Dewan Hindia) di Indramayu pada tahun tahun sebelumnya yang diperkirakan dibantu oleh Sultan Muhammad Chaeruddin <ref name=Pudjiastuti>Pudjiastuti, Titik. 2014. Kajian Kodikologis atas Surat Sultan Kanoman, Cirebon (COD. OR. 2241 ILLB 17 (No. 80)). [[Depok]]: Universitas Indonesia</ref> baru saja pensiun dengan telah datang penggantinya [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Pieter_Gerardus_van_Overstraten Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten] yang sebelumnya menjabat sebagai pemimpin untuk pesisir utara Jawa bagian timur pada 17 Februari 1797, pada masa [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Pieter_Gerardus_van_Overstraten Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten] ini di kesultanan Kanoman terdapat permasalahan karena tidak adanya putera mahkota ditempat jika seandainya terjadi sesuatu dengan Sultan Muhammad Chaeruddin, maka pada tahun itu, 1798, Sultan membuat keputusan untuk mengangkat Imamuddin, adik lain ibu dari Pangeran Raja Kanoman (Putra Mahkota kesultanan Kanoman yang dibuang oleh Belanda ke Ambon) guna menggantikan posisinya sebagai Putera Mahkota kesultanan Kanoman <ref name=Pudjiastuti/>, dijelaskan oleh Abdullah al Misri (seorang cendikiawan keturunan Arab) dalam tulisannya menarasikan bahwa Imamuddin adalah anak dari Sultan Muhammad Chaeruddin dengan istrinya yang bukan permaisuri<ref name=monique>Zaini-Lajoubert, Monique. 2008. Karya lengkap Abdullah bin Muhammad al-Misri: Bayan al-asmaʼ, Hikayat Mareskalek, Arsy al-muluk, Cerita Siam, Hikayat tanah Bali. [[Jakarta]]: Gramedia</ref>. Pada masa [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Pieter_Gerardus_van_Overstraten Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten] ini [[Vereenigde Oostindische Compagnie|Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC)]] dibubarkan, British berhasil mengambil alih wilayah Tidore<ref name=cribb/> serta menghancurkan benteng-benteng pertahanan Batavia di pulau Onrust dan sekitarnya pada tahun 1800<ref name=dinascagarbudayadki>Tim Dinas Museum dan Pemugaran, Propinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta. 2000. Bangunan Cagar Budaya Di Propinsi DKI Jakarta. [[Jakarta]]: Dinas Museum dan Pemugaran, Propinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta</ref>. Pada 22 Agustus 1801 [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Pieter_Gerardus_van_Overstraten Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten] meninggal dunia<ref>Diehl, Katharine Smith. 1990. Printers and Printing in the East Indies to 1850: Batavia. [[New Rochelle, New York|New Rochelle]]: Aristide D. Cararzas</ref> dan kemudian posisinya digantikan oleh [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Johannes_Siberg Gubernur Jenderal Johannes Siberg] (menantu dari [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Willem_Arnold_Alting Gubernur Jenderal Willem Arnold Alting]) yang sebelumnya menjabat sebagai pemimpin di pantai utara Jawa bagian barat. Pada masa kepemimpinan [https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Johannes_Siberg Gubernur Jenderal Johannes Siberg] diwarnai oleh berbagai perjuangan para penguasa lokal di nusantara yang memanfaatkan situasi kacau di Hindia Belanda untuk bisa menguatkan kembali posisi mereka.