Cornelis Chastelein: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Kembangraps (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
'''Cornelis Chastelein''' ({{lahirmati|[[Amsterdam]]
Cornelis lahir dari keluarga keturunan pedagang sebagai bungsu dari delapan bersaudara. Ayahnya adalah seorang [[Huguenot]] dari [[Perancis]] yang menetap di Belanda dan ibunya adalah anak walikota [[Dordrecht]], bernama Maria Cruydenier.
Baris 9:
Kemudian ia mengundurkan diri dan mendapat hak penguasaan tanah di "Siringsing" (sekarang Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan) sejak 1695, dekat "pal 17", sekitar 25km selatan Batavia. Selanjutnya ia menguasai tanah di Depok, pada "pal 21" dengan membelinya pada 18 Mei 1696. Seluruh komplek tanah yang dijadikan perkebunan olehnya kemudian dinamai "Depok", meskipun mencakup areal yang terletak di Depok, Mampang, Karanganyar, dan dua lahan kecil di tepi Ciliwung antara Batavia dan Buitenzorg.
Pada tahun 1704 Chastelein membeli sebidang lahan yang sudah dikuasai sebelumnya olehnya. Tanah ini diberi nama Weltevreden (sekarang [[Gambir, Jakarta Pusat]]). Di sini ia menanam [[kopi]], sebagai percobaan pertama perkebunan kopi yang dilakukan di Indonesia. Lahan di Depok ditanami [[lada]]. Untuk membantunya mengurus kebun lada, ia mempekerjakan keluarga budak dari Ambon, seperti Laurens dan Loen. Mengenai kegiatannya ini Chastelein menulis di buku kenangannya "Invallende Gedagten ende aenmerckinge over de Coloniën." (1705).
Budak-budak Chastelein berasal dari berbagai suku di Indonesia: [[suku Bali|Bali]], [[suku Ambon|Ambon]], [[suku Bugis|Bugis]], dan [[suku Sunda|Sunda]]. Konon, Chastelein dikenal anti-perbudakan, karena menurut dewan gereja perbudakan bertentangan dengan ajaran [[Injil]], khususnya bila budaknya beragama Kristen. Karena itu, hingga kematiannya pada 1714 tercatat sekitar 200 orang dibebaskan olehnya dari perbudakan setelah memeluk Kristen Protestan. Terdapat 12 keluarga (marga) yang dibebaskan olehnya. Mereka inilah yang kelak populer dengan sebutan "Belanda Depok". Kelompok ini juga diklaim sebagai kelompok protestan pertama di timur.
<!--
Slavengezinnen
|