Beno Soematenojo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 11:
Gubernur Jendral Hindia Belanda [[Andries Cornelies Dirk de Graeff]] bertugas untuk menciptakan ketenangan dan ketentraman dalam menghadapi gerakan sosial politik yang menuntut kemerdekaan. Agitasi yang dilakukan oleh kaum pergerakan harus diahadapi dengan ancaman penjara atau pembuangan. Tindakan pemerintah penjajahan ini menganggap bahwa kaumpergerakan menyerang misi penjajahan. Bagi mereka yang sebagai kaum pergerakan, mengasingkan atau pembuangan merupakan keharusan. Kaum pergerakan mempunyai pengaruh yang besar di bidang politik penjajahan. Untuk keperluan tersebut, pemerintah Hindia Belanda menyediakan tanah Digul sebagai filter gerakan radikalisme di Hindia Belanda. Tanah Digul sendiri merupakan wilayah Afdeling Amboina Gubernemen [[Maluku]], setelah Irian dikuasai oleh Belanda pada tahun [[1828]].
Tanah Digul dengan luas kurang lebih 10.000 ha di Irian Selatan dibagi menjadi empat wilayah, yaitu [[Tanah Merah, Boven Digoel|Tanah Merah]], Gunung Arang, Tanah Tinggi dan daerah khusus untuk Kaum Militer dan Kantor Pemerintahan. Daerah Digul, sebagian besar masih berupa hutan lebat berawa yang ditempati oleh nyamuk ganas. Nyamuk-nyamuk ganas ini dapat menyebabkan penyakit [[malaria]] yang diikuti demam dan kencing darah hitam (zwartterkoorts) mematikan. Tempat pembuangan di Digul inipertama kali dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan kaum radikal yang berani melakukan pemberontakan terhadap penjajahan yang dilakukan oleh kaum komunis pada tahun 1926 di Semarang. Menurut laporan terdapat antara 850 sd 1300 orang kaum radikal dibuang ke Digul, sementara pemimpin-pemimpin mereka seperti [[Alimin]], [[Musso]], [[Semaun]], dan [[Darsono]] melarikan diri ke luar negeri. Tokoh-tokoh radikal lama yang menjadi penghuni Digul adalah Sayuti Melik dan Ali Archam Karena tulisan-tulisannya yang sangat pedas dalam mengkritisi pemerintah penjajahan.
== Daftar pustaka ==
|