Suku Caniago: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 6:
Salah satu falsafah lain untuk mencari kata kesepakatan dalam mengambil keputusan pada suku Chaniago adalah "''aia mambasuik dari bumi''" artinya suara yang harus didengarkan adalah suara yang datang dari bawah atau suara itu adalah suara rakyat kecil, baru kemudian dirembukkan dalam sidang musyawarah untuk mendapatkan sebuah kata [[mufakat]] barulah pimpinan tertinggi baik raja maupun penghulu yang menetapkan keputusan tersebut.{{fact}}
Identik dengan identitas Islam, karena raja Budha Majapahit sudah mememeluk Islam dengan Wali Songo (Wali Sembilan) yang diantaranya para pangeran atau bangsawan Majapahit, oleh karena itu tidak ada pilihan lain sebagai keluarga Budha Chaniago (Bodi Chaniago) harus bulat memeluk Islam mengikuti Majapahit agar keluarga Budha tidak pecah seperti Majapahit di Bali, sesuai falsafah Minang "bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mufakat. Nan bulek samo digolongkan, nan picak samo dilayangkan" artinya: "Bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat".
== Pecahan Suku ==
|