Sudwikatmono: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 35:
Pasca [[krisis finansial Asia 1997|krisis ekonomi 1997-1998]], berbagai kerajaan bisnis Sudwikatmono itu goyang diterjang hutang yang besar. Bank Surya dan Subentra miliknya ditutup pada 1998, dan pada 1999 Dwi terjerat hutang ke [[BPPN]] senilai Rp 1,84 T.<Ref>[https://books.google.co.id/books?id=utjsAAAAMAAJ&q=bppn+sudwikatmono&dq=bppn+sudwikatmono&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjV3uz82_buAhUDQH0KHfjbBvYQ6AEwAHoECAUQAg Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 15,Masalah 18-26]</ref><Ref>[https://books.google.co.id/books?id=TuVHAAAAMAAJ&q=bppn+sudwikatmono&dq=bppn+sudwikatmono&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjV3uz82_buAhUDQH0KHfjbBvYQ6AEwCXoECAMQAg A Country in Despair: Indonesia Between 1997 and 2000]</ref> Dalam krisis itu, Dwi juga terlibat persengketaan dengan partnernya, seperti dengan [[Henry Pribadi]] dan Bambang Sutrisno. Khusus [[Bambang Sutrisno (pengusaha)|Bambang]], bahkan Dwi menyatakan bahwa ialah yang merusak kerjasama bisnis mereka, terutama Bank Surya.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=NbNWAAAAMAAJ&q=bank+surya+golden+truly&dq=bank+surya+golden+truly&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwint7L22_buAhVLWH0KHUE0D_sQ6AEwAHoECAUQAg Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 11,Masalah 17-18]</ref><Ref>[https://books.google.co.id/books?hl=id&id=x3IvAAAAMAAJ&dq=bank+surya+bambang&focus=searchwithinvolume&q=dwi Eksekutif, Masalah 235-239]</ref> Dwi pun juga mendapat masalah karena ia mulai disingkirkan atau mengundurkan diri dari banyak posisi. Untuk mengatasi problem hutang, Dwi kemudian menyerahkan banyak asetnya dan melakukan restrukturisasi dengan menutup banyak usahanya yang tidak menguntungkan, atau juga menjual sahamnya kepada pihak lain. Pada 2004, BPPN menyatakan bahwa Dwi sudah berhasil melunasi hutangnya.<ReF>[https://books.google.co.id/books?id=J3hYAAAAMAAJ&q=sudwikatmono+bppn&dq=sudwikatmono+bppn&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj45NKo3fbuAhXSF3IKHb8lAd4Q6AEwAXoECAAQAg Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 17,Masalah 3-4]</ref> Sejak krisis itu, Dwi tidak pernah terlalu terlihat lagi mengelola bisnis secara langsung, atau memiliki kerajaan bisnis seperti dulu. Bisa dikatakan, kemudian anak-anaknyalah yang mengelola bisnisnya dan membangun bisnisnya masing-masing, yaitu:
* [[Martina Sudwikatmono]], mengelola ''[[franchise]]'' sejumlah [[restoran]] seperti [[Planet Hollywood]], Fabrice World Music Bar's, [[Lawry's]] dan [[Tomy Roma's]]. Selain itu, ia juga mengelola tempat
* [[Agus Lasmono Sudwikatmono]], dianggap sebagai "penerus" bisnis ayahnya sesungguhnya karena ialah yang paling sukses. Dengan wadah [[Indika Group]], Agus awalnya merintis bisnis di bidang hiburan, seperti [[rumah produksi]] [[sinetron]] dengan nama [[Indika Pictures]], radio dengan nama [[Indika FM]] dan perusahaan lainnya sejak 1996. Pada 2004, perusahaan ini masuk ke industri batubara dengan modal US$ 150 juta lewat anak usahanya PT Indika Inti Energi yang pada 2007 tercatat merupakan salah satu perusahaan batubara terbesar.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=FwXtAAAAMAAJ&q=indika+batubara&dq=indika+batubara&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiO6Oy93_buAhWm_XMBHVUiB4QQ6AEwAnoECAAQAg Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 19,Masalah 14-19]</ref> Selain itu, Indika sempat terjun ke bisnis [[petrokimia]] dengan membeli [[Lotte Chemical Titan|Petrokimia Nusantara Interindo]], namun dijual kembali setelah dimiliki secara singkat. Lalu, bisnis Indika diperkuat dengan restrukturisasi bisnis Dwi yang diserahkan sebagai anak usaha Indika, menjadikannya induk baru dari kerajaan bisnis Dwi.<Ref>[https://books.google.co.id/books?id=ZYMWAQAAMAAJ&q=sudwikatmono+sctv&dq=sudwikatmono+sctv&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwikms2k2_buAhVL7HMBHbnsBF4Q6AEwCHoECAUQAg Informasi & peluang bisnis SWA sembada, Volume 20,Masalah 17-21]</ref>
|