Politik Etis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Perumusan: enwiki
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 35:
 
Para pendukung Kebijakan berpendapat bahwa transfer keuangan tidak boleh dilakukan ke Belanda sementara kondisi masyarakat pribumi nusantara buruk.
 
== Tujuan ==
Para pendukung Kebijakan prihatin tentang kondisi sosial dan budaya yang menahan penduduk pribumi. Mereka mencoba untuk meningkatkan kesadaran di antara penduduk asli tentang perlunya membebaskan diri dari belenggu sistem feodal dan mengembangkan diri di sepanjang garis Barat.
 
Pada tanggal 17 September 1901, dalam [[Pidato dari tahta|pidatonya dari tahta]] di hadapan [[Dewan Negara Belanda]], Ratu Wilhelmina yang baru dinobatkan secara resmi mengartikulasikan kebijakan baru - bahwa pemerintah Belanda memiliki kewajiban moral kepada penduduk asli Hindia Belanda yang dapat diringkas dalam 'Tiga Kebijakan' Irigasi, Transmigrasi dan Pendidikan.
 
===Irigasi===
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Waterwerken in Djember op Oost-Java TMnr 60009823.jpg|thumb|left|Bangunan irigasi di [[Jember]], [[Jawa Timur]], dibangun {{circa|1927-1929}}.]]
 
Kebijakan tersebut mendorong upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat biasa melalui program irigasi, pengenalan layanan perbankan untuk penduduk pribumi, dan subsidi untuk industri dan kerajinan pribumi.
 
=== Migrasi ===
Kebijakan tersebut pertama kali memperkenalkan konsep [[transmigrasi]] dari [[Jawa]] yang padat penduduk ke daerah yang kurang padat di [[Sumatra]] dan [[Kalimantan]], dimulai dengan skema yang disponsori pemerintah sejak tahun 1905 dan seterusnya. Namun, jumlah orang yang pindah selama periode Politik Etis merupakan sebagian kecil dari peningkatan populasi di Jawa selama periode yang sama.
 
=== Pendidikan ===
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret van leerlingen van de Koning Willem III school Weltevreden schooljaar 1919-1920 TMnr 60025980.jpg|thumb|upright|Potret kelompok anak-anak pribumi yang menghadiri sekolah [[Willem III dari Belanda|Koning Willem III]], Weltevreden, [[Batavia]], 1919-1920.]]
Pembukaan pendidikan Barat bagi penduduk asli Indonesia baru dimulai pada awal abad ke-20; pada tahun 1900. Hanya 1.500 yang bersekolah di Eropa dibandingkan dengan 13.000 orang Eropa. Akan tetapi, pada tahun 1928, 75.000 orang Indonesia telah menyelesaikan pendidikan dasar Barat dan hampir 6.500 sekolah menengah, meskipun ini masih merupakan sebagian kecil dari populasi.<ref>{{cite book | last =Vickers | first =Adrian | title =A History of Modern Indonesia | publisher =Cambridge University Press | date =2005 | url =https://archive.org/details/historyofmoderni00adri| url-access =registration | isbn = 0-521-54262-6| page =[https://archive.org/details/historyofmoderni00adri/page/40 40] }}</ref>
 
== Penyimpangan ==