Politik Etis: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 52:
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret van leerlingen van de Koning Willem III school Weltevreden schooljaar 1919-1920 TMnr 60025980.jpg|thumb|upright|Potret kelompok anak-anak pribumi yang menghadiri sekolah [[Willem III dari Belanda|Koning Willem III]], Weltevreden, [[Batavia]], 1919-1920.]]
Pembukaan pendidikan Barat bagi penduduk asli Indonesia baru dimulai pada awal abad ke-20; pada tahun 1900. Hanya 1.500 yang bersekolah di Eropa dibandingkan dengan 13.000 orang Eropa. Akan tetapi, pada tahun 1928, 75.000 orang Indonesia telah menyelesaikan pendidikan dasar Barat dan hampir 6.500 sekolah menengah, meskipun ini masih merupakan sebagian kecil dari populasi.<ref>{{cite book | last =Vickers | first =Adrian | title =A History of Modern Indonesia | publisher =Cambridge University Press | date =2005 | url =https://archive.org/details/historyofmoderni00adri| url-access =registration | isbn = 0-521-54262-6| page =[https://archive.org/details/historyofmoderni00adri/page/40 40] }}</ref>
== Penilaian ==
Kebijakan tersebut merupakan upaya serius pertama untuk membuat program pembangunan ekonomi di daerah tropis. Ini berbeda dari "[[misi memperadabkan]]" dari kekuatan kolonial lainnya dalam menekankan kesejahteraan material daripada transfer budaya. Komponen pendidikan dari Kebijakan ini terutama bersifat teknis karena tidak bertujuan untuk menciptakan pria dan wanita Belanda berkulit coklat. Kebijakan tersebut kandas pada dua masalah. Pertama, anggaran yang dialokasikan untuk program-program Kebijakan tidak pernah cukup untuk mencapai tujuannya, akibatnya banyak pejabat kolonial menjadi kecewa dengan kemungkinan mencapai kemajuan yang langgeng. Ketegangan finansial dari Depresi Hebat mengakhiri Kebijakan secara definitif. Kedua, program pendidikan dari Kebijakan memberikan kontribusi yang signifikan bagi [[Kebangkitan Nasional Indonesia]], memberikan alat intelektual kepada orang Indonesia untuk mengatur dan mengartikulasikan keberatan mereka terhadap pemerintahan kolonial. Akibatnya, banyak kalangan kolonial yang memandang Kebijakan tersebut sebagai kesalahan yang bertentangan dengan kepentingan Belanda.<ref name="CribbP225"/>
== Politisi etis terkemuka ==
* [[Willem Anthony Engelbrecht]]
==Lihat juga==
{{portal|Indonesia}}
* [[Sistem Tanam Paksa]]
* [[Hindia Belanda]]
* [[Imperium Belanda]]
* [[Sejarah Indonesia]]
* [[Revolusi Nasional Indonesia]]
== Penyimpangan ==
|