Kejawar, Banyumas, Banyumas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 19:
'''Kejawar''' adalah sebuah [[desa]] di [[Kecamatan]] [[Banyumas, Banyumas|Banyumas]], [[Kabupaten Banyumas|Banyumas]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].
 
'''Desa Kejawar siap menyongsong era globalisasi dengan [[Sumber Daya Alam]] dan Sumber Daya Manusianya.'''
 
Kami kabarkan kepada anda secara Aktual, Tajam dan Terpercaya
Baris 28:
koordinat 7’25’44 LU dan 109’29’29 BT.
Tepatnya 2 Km kearah selatan dari
[[Alun-alun]] [[Banyumas]]. Dahulu Desa Kejawar merupakan pusat pemerintah, di desa ini
dahulu terdapat Kantor Karsidenan Banyumas tempat [[Residen]] Banyumas berkantor, setelah Kantor Karsidenan atau Kantor Pembantu
Gubernur Wilayah Banyumas pindah ke Purwokerto, kantor ini beralih fungsi
menjadi SMEA 1 / SMK 1 Banyumas. Namun sampai saat ini tepatnya daerah sekitar
Baris 87:
(4). Pemakaman
Gelandangan merupakan pemakaman orang tidak dikenal, dimakam ini terdapat makam
terpidana mati Rio Alek Bulo yang dieksekusi oleh Kejaksaan Negeri [[Purwokerto]]
di Curug Cipendok, setelah di sana sini ditolak untuk dimakamkan akhirnya
dimakamkan di Kejawar.
Baris 117:
'''Sarana
Transportasi''': Terdapat terminal
Banyumas atau yang dikenal [[Terminal]] Karsidenan. Dimana disini terletak titik
Nol Kilometer. Titik ini merupakan pusat pengukuran jarak dari titik ini kesuatu
tempat atau kota yang lain. Dahulu dari Titik Nol Km ini sampai Banjarnegara
adalah jalur yang sangat strategis dimana jalur ini menghubungkan Kadipaten
Banyumas, Kadipaten Gumelem, Kadipaten Wirasaba, Kadipaten Merden dan Kadipaten
Banjar Watulembu/Banjarpetambakan atau [[Kabupaten Banjarnegara]] sekarang.
 
Berbicara
[[Kabupaten Banyumas]] pasti tidak lepas dari Desa Kejawar yang merupakan cikal
bakal kabupaten dan karsidenan Banyumas. Karena di Desa Kejawar R. Joko Kahiman dibesarkan oleh paman dan
bibinya (Kyai Mranggi Semu dan Nyai Mranggi Semu / Rara Ngaisah). Hal ini karena