Kue tradisional Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Khafi Muzakkir (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi 'Dalam adat dan budaya masyarakat Banjar Kalimantan Selatan penganan manis atau kue adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Kue Tradisional Banjar yang beragam baik ber...'
 
Khafi Muzakkir (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
Dalam adat dan budaya masyarakat Banjar Kalimantan Selatan penganan manis atau kue adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Kue Tradisional Banjar yang beragam baik berupa bentuk, rasa, dan warna mengisyaratkan sebuah makna yang terkandung dalam keseharian masyarakat. Kue Tradisional Banjar yang disebut juga dengan Wadai. Dalam ritual adat Wadai banyak digunakan sebagai sarana pelengkap.
 
==Sejarah==
Tradisi wadai sebenarnya sudah mengakar pada zaman dulu, lebih tepatnya pada masa kerajaan Hindu Negara Dipa. Wadai 41 adalah istilah ini mengacu pada ragam wadai sebanyak 41 jenis. Pada masa kerajaan dulu Wadai digunakan untuk sesaji untuk para roh penghuni alam agar tidak mengganggu kehidupan manusia.
 
Namun setelah kedatangan Islam, maka budaya sesaji agak tergeser dan digantikan dengan akulturasi budaya yang lebih islami. Wadai 41 kini hadir dalam perayaan-perayaan islami seperti Baayun Maulid, Batamat Al-Qur'an, Badudus dan pelengkap ritual adat lainnya. Fungsi dari Wadai 41 lebih dilambangkan dengan keselamatan masyarakat.