Abdulmadjid Djojoadiningrat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kria1983 (bicara | kontrib)
k Corrected the date of birth in the Infobox Officeholder. (5 januari 1904 was erroneously put in as 1904-05-01 resulting in the mentioning of 1st of may as the date of birth)
Tag: kemungkinan mengubah tanggal lahir atau meninggal [ * ] VisualEditor
Kria1983 (bicara | kontrib)
Linked to the pages of Ali Sastroamidjojo and Nazir Pamuncak, also corrected the spelling of the latter.
Baris 58:
 
=== Kehidupan di Belanda dan Eropa ===
Di Belanda, Abdulmadjid kerap menyuarakan pendapatnya antara lain menuntut kesetaraan antara orang Belanda dan Indonesia. Sejak awal 1926 setidaknya Abdulmadjid sudah menjadi sekretaris Hatta yang memimpin [[Indische Vereeniging|Indische Vereniging alias Perhimpunan Indoenesia (PI)]]. Bersama [[Mohammad Hatta]] dan [[Ali Sastroamidjojo]] serta [[Nazir PamoentjakDatuk Pamuncak|Nazir Pamuncak]], Abdulmadjid ditangkap pada 23 September 1927 akibat aktivitas politiknya yang dianggap ekstrem saat itu.<ref name=":1" />
 
Menurut memoar Ali Sastroamidjojo ''Tonggak-tonggak di Perjalananku'' (1974) , “Di rumah penjara kami masing-masing ditutup dalam sel kecil berukuran kurang lebih 2x3 meter. Hatta mendapat sel nomor 1, Nazir PamoentjakPamuncak sel nomor 7, saya (Ali Sastroamidjojo) sel nomor 14 dan Abdulmadjid sel nomor 55. Jadi kami tidak bisa saling berhubungan”. Abdulmadjid dituntut hukuman 2 tahun penjara oleh Bengadilan Belanda itu. Selama masa-masa persidangan (dan penahanan) mereka didampingi oleh Mr. Tj. Mobach, Mr. JEW Duys, dan Nona Mr. L. Weber. Meskipun berada di dalam penjara, Ali Sastroamidjojo mendapat izin keluar untuk ujian dan lulus. Mereka semua akhirnya dibebaskan pada 22 Maret 1928.<ref name=":1" />
 
[[Soe Hok Gie]] dalam ''[[Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan]]'' (1997) mencatat bahwa Abdulmadjid belakangan memilih melanjutkan studinya. Menurut Harry A. Poeze, setelah dibebaskan karena dinyatakan tak bersalah oleh pengadilan, Abdulmadjid memilih diam selama beberapa tahun di Belanda . Meskipun dicap kaku terkait status dirinya sebagai anak bupati oleh kawan-kawannya, Abdulmadjid yang kemudian menjabat sebagai ketua PI setelah Hatta mundur dianggap "membuat PI menempuh haluan komunis dan membuat jalinan erat dengan [[Partai Komunis Belanda|Partai Komunis Belanda (CPH)]].” Menurut Harry A. Poeze dalam bukunya ''Madiun 1948: PKI Bergerak'' (2011), selama kurun waktu dekade 1930, Abdulmadjid dianggap sebagai bagian dari diaspora PKI ilegal di Eropa. Jika Abdulmadjid di Eropa jadi aktivis kiri yang melawan Pemerintah Belanda, berkebalikan dengan adik tirinya Soesalit yang justru menjadi bagian birokrasi kolonial sebagai mantri PID. Sebagai catatan, jika seseorang menjadi aktivis kiri pada dekade 1930-an di Indonesia, ia akan ditangkap polisi rahasia kolonial bernama PID.<ref name=":1" />