Pengawetan bahan pangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Infotech25 (bicara | kontrib)
Menambah konten
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Infotech25 (bicara | kontrib)
Menambah tautan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
Pengawetan makanan mencakup praktik pengolahan makanan yang mencegah pertumbuhan [[mikroorganisme]], seperti [[ragi]] (meskipun beberapa metode bekerja dengan memasukkan [[bakteri]] atau [[jamur]] jinak ke dalam makanan), dan memperlambat [[oksidasi]] [[lemak]] yang menyebabkan [[ketengikan]]. Pengawetan makanan juga dapat mencakup proses yang menghambat kerusakan visual, seperti reaksi [[pencoklatan enzimatik]] pada apel setelah dipotong selama penyiapan makanan. Dengan mengawetkan makanan, komunitas manusia dapat meningkatkan [[ketahanan pangan]] mereka melalui [[penyimpanan makanan]] dan mengurangi [[limbah makanan]], sehingga meningkatkan ketahanan [[sistem pangan]] lokal dan mengurangi [[dampak lingkungan dari produksi pangan]]. [1]
 
Banyak proses yang dirancang untuk mengawetkan makanan melibatkan lebih dari satu metode pengawetan makanan. Mengawetkan buah dengan mengubahnya menjadi selai, misalnya, melibatkan proses perebusan (untuk mengurangi kadar air buah dan membunuh bakteri, dsb.), Sugaringpemberian gula (untuk mencegah pertumbuhannya kembali) dan menyegelnya di dalam toples kedap udara (untuk mencegah kontaminasi ulang).
 
Metode pengawetan pangan yang berbeda memiliki dampak yang berbeda terhadap kualitas pangan dan sistem pangan. Beberapa metode tradisional untuk mengawetkan makanan telah terbukti memiliki [[masukan energi]] dan [[jejak karbon]] yang lebih rendah dibandingkan dengan metode modern. [2] [1] Beberapa metode pengawetan makanan diketahui menghasilkan [[karsinogen]]. Pada tahun 2015, [[Badan Internasional untuk Penelitian Kanker]] dari [[Organisasi Kesehatan Dunia]] mengklasifikasikan daging olahan, yaitu daging yang telah menjalani penggaraman, pengawetan, fermentasi, dan pengasapan, sebagai "[[karsinogenik]] bagi manusia". [3] [4] [5]