Iodin povidon: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20210309)) #IABot (v2.0.8) (GreenC bot |
||
Baris 45:
Iodin pertama kali ditemukan oleh kimiawan Prancis, Bernard Courtois, pada tahun 1811 berupa kristal berwarna gelap yang terbentuk dari asap ungu hasil reaksi asam sulfat dengan sisa abu rumput laut yang sebelumnya dipergunakan untuk mengisolasi sodium karbonat sebagai bahan dasar pembuatan mesiu.<ref>[http://www.scs.illinois.edu/~mainzv/HIST/awards/OPA%20Papers/2007-Swain.pdf www.scs.illinois.edu/~mainzv/HIST/awards/OPA%20Papers/2007-Swain.pdf]</ref> Pada [[Perang Dunia Pertama]] yang berlangsung pada tahun 1914-1918, ilmuwan Skotlandia, Alexander Fleming, menemukan bahwa iodin lebih efektif dalam menekan risiko timbulnya ganggren pada luka yang diderita oleh para prajurit dibandingkan dengan asam karbol.<ref>[http://uae.superbrandsmena.com/pdf/pdffile1435304448.pdf uae.superbrandsmena.com/pdf/pdffile1435304448.pdf]</ref> Kendati demikian, iodin dirasakan masih memiliki kekurangan karena tidak larut dalam air. Oleh karena itu, iodin menjadi tidak stabil, sehingga para apoteker saat itu kerap menambahkan alkohol hingga 70%. Padahal, kadar alkohol yang tinggi justru berisiko memperlambat penyembuhan luka itu sendiri.
Iodin povidon ditemukan pada tahun 1955 di ''Industrial Toxicology Laboratories'' di [[Philadelphia]] oleh H. A. Shelanski dan M. V. Shelanski.<ref>U.S.patent 2,739,922</ref> Mereka menjalankan serangkaian tes ''in vitro'' untuk mendemonstrasikan aktivitas anti-bakteri, dan menemukan bahwa kompleks tersebut lebih tidak beracun dibandingkan dengan [[tingtur iodin]]. Percobaan klinis pada manusia menunjukkan bahwa produk tersebut lebih superior dibandingkan dengan formulasi iodin lainnya.<ref name="Drug Discovery p 68">{{cite book |first=Walter |last=Sneader |title=Drug Discovery: A History |url=https://archive.org/details/drugdiscoveryhis0000snea |page=[https://archive.org/details/drugdiscoveryhis0000snea/page/68 68] |location=New York |publisher=John Wiley & Sons |year=2005 |isbn=0-471-89979-8 }}</ref>
Efek samping yang ditimbulkannya termasuk iritasi kulit. Jika dipergunakan dalam dosis besar untuk luka yang luas bisa mengakibatkan gangguan pada ginjal, tingginya sodium pada darah dan asidosis metabolik. Penggunaannya tidak dianjurkan untuk ibu hamil dengan usia kandungan di bawah 32 minggu, atau pasien yang menjalani pengobatan dengan lithium.<!-- <ref name=BNF69/> --> Penderita gangguan [[tiroid]] juga tidak dianjurkan memakai iodin povidon terlalu sering<ref name=BNF69>{{cite book|title=British national formulary : BNF 69|date=2015|publisher=British Medical Association|isbn=9780857111562|page=840|edition=69}}</ref>.
|