Kekhalifahan Abbasiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 256:
Disamping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
'''=== 1. Persaingan antar Bangsa''' ===
 
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang [[Persia]]. Persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa [[Bani Umayyah]] berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut [[Ibnu Khaldun]], ada dua sebab dinasti Bani Abbas memilih orang-orang [[Persia]] daripada orang-orang [[Arab]]. <u>Pertama,</u> sulit bagi orang-orang [[Arab]] untuk melupakan [[Bani Umayyah]]. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu. <u>Kedua,</u> orang-orang [[Arab]] sendiri terpecah belah dengan adanya ashabiyah (kesukuan). Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ashabiyah tradisional.
Baris 267:
Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah [[al-Mutawakkil]], seorang khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara [[Turki]] tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang [[Turki]]. Posisi ini kemudian direbut oleh [[Bani Buwaih]], bangsa [[Persia]], pada periode ketiga, dan selanjutnya beralih kepada [[Dinasti Seljuk]] pada periode keempat, sebagaimana diuraikan terdahulu.
 
'''=== 2. Kemerosotan Ekonomi '''===
 
Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga [[Baitul-Mal]] penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain dari [[al-Kharaj]], semacam pajak hasil bumi.
Baris 273:
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat. diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah. jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat melakukan korupsi. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.
 
'''=== 3. Munculnya aliran-aliran sesat dan fanatisme kesukuan.''' ===
 
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang [[Persia]] tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan ajaran [[Manuisme]], [[Zoroasterisme]] dan [[Mazdakisme]]. Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan [[Zindiq]] ini menggoda rasa keimanan para khalifah. [[Al-Manshur]] berusaha keras memberantasnya. [[Al-Mahdi]] bahkan merasa perlu mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan orang-orang [[Zindiq]] dan melakukan [[mihnah]] dengan tujuan memberantas [[bid'ah]]. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik antara kaum beriman dengan golongan [[Zindiq]] berlanjut mulai dari bentuk yang sangat sederhana seperti polemik tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan [[al-Afsyin]] dan [[Qaramithah]] adalah contoh konflik bersenjata itu.
Baris 285:
Berkenaan dengan konflik keagamaan itu, [[Syed Ameer Ali]] mengatakan:
 
"Agama [[Nabi Muhammad]] ''Shallallahu ‘alaihi wasallam'' seperti juga agama [[Isa]] ''‘alaihis salaam'', terkeping-keping oleh perpecahan dan perselisihan dari dalam. Perbedaan pendapat mengenai soal-soal abstrak yang tidak mungkin ada kepastiannya dalam suatu kehidupan yang mempunyai akhir, selalu menimbulkan kepahitan yang lebih besar dan permusuhan yang lebih sengit dari perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam lingkungan pengetahuan manusia. Soal kehendak bebas manusia... telah menyebabkan kekacauan yang rumit dalam [[Islam]] ...Pendapat bahwa rakyat dan kepala agama mustahil berbuat salah ... menjadi sebab binasanya jiwa-jiwa berharga".
 
'''=== 4. Ancaman dari Luar''' ===
 
Apa yang disebutkan di atas adalah faktor-faktor internal. Disamping itu, ada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur. <u>Pertama,</u> [[Perang Salib]] yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban. <u>Kedua,</u> serangan tentara [[Mongol]] ke wilayah kekuasaan [[Islam]]. Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang [[Kristen]] [[Eropa]] terpanggil untuk ikut berperang setelah [[Paus Urbanus II]] '''(1088-1099 M)''' mengeluarkan fatwanya. [[Perang Salib]] itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang [[Kristen]] yang berada di wilayah kekuasaan [[Islam]]. Namun, diantara komunitas-komunitas [[Kristen Timur]], hanya [[Armenia]] dan [[Maronit Lebanon]] yang tertarik dengan [[Perang Salib]] dan melibatkan diri dalam tentara Salib itu. Pengaruh Salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara [[Mongol]]. Disebutkan bahwa [[Hulagu Khan]], panglima tentara [[Mongol]], sangat membenci [[Islam]] karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang [[Budha]] dan [[Kristen Nestorian]]. Gereja-gereja [[Kristen]] berasosiasi dengan orang-orang [[Mongol]] yang anti [[Islam]] itu dan diperkeras di kantong-kantong ahlul-kitab. Tentara [[Mongol]], setelah menghancur leburkan pusat-pusat [[Islam]], ikut memperbaiki [[Yerussalem]].
 
 
 
== (1250 -1500 M) – Serangan Bangsa Mongol dan berkuasanya Daulah Ilkhan ==