Tradisi Suci: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 9:
== Pemakaian istilah ==
Istilah ''tradisi'' berasal dari kata kerja [[Latin]] ''tradere'' yang berarti "memindahtangankan, menyerahterimakan, mewariskan".<ref>{{Cite web|last=Hardon|first=John|date=12 January 2011|title=The Catholic Catechism: A Contemporary Catechism of the Teachings of the Catholic Church|url=https://books.google.com/books?id=3Ke37zpSv3gC&pg=PA47&dq=Sacred+tradition&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiopeil3_PhAhULT98KHaCVACY4HhDoAQhBMAQ#v=onepage&q=Sacred+tradition&f=false|access-date=5 Januari 2021|publisher=Crown Publishing Group|via=Google Books|isbn=9780307779588}}</ref> Menurut teologi Kristen Katolik, [[Paulus dari Tarsus|Rasul Paulus]], di dalam suratnya yang ke-2 kepada jemaat di Tesalonika ({{Alkitab|2 Tesalonika 2:15}}), mengimbau umat beriman supaya berpegang "pada tradisi yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis." Surat-surat Paulus adalah bagian dari Kitab Suci, sementara ajaran-ajarannya yang disampaikan "secara lisan" adalah bagian dari Tradisi Suci warisan para rasul. Baik Kitab Suci maupun Tradisi Suci diilhamkan Allah, dan Tradisi Suci berguna membantu orang memahami Kitab Suci, sehingga Tradisi Suci mustahil bertentangan dengan Kitab Suci.<ref>{{Cite web|last=Hardon|first=John A.|date=5 January 1981|title=The Question and Answer Catholic Catechism|url=https://books.google.com/books?id=P_ZvDwAAQBAJ&pg=PA41&dq=Sacred+tradition&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjuyvut5PPhAhUivFkKHV5oD3g4HhDoAQhXMAg#v=onepage&q=Sacred+tradition&f=false|access-date=5 Januari 2021|publisher=Doubleday Religious Publishing Group|via=Google Books|isbn=9780385136648}}</ref> Umat Kristen Protestan mafhum bahwa ajaran-ajaran para rasul disampaikan "secara lisan maupun secara tertulis", tetapi bukan berarti yang satu adalah sarana untuk menafsir yang lain. Umat Kristen protestan juga menitikberatkan penggunaan kata "kami" di dalam ayat tersebut, sehingga mengartikan ajaran lisan sebagai ajaran yang langsung dilisankan para rasul.<ref>{{Cite web|last=Slick|first=Matt|date=10 July 2010|title=the New Testament and 2 Thessalonians 2:15|url=https://carm.org/catholic/tradition-in-the-new-testament-2Thess-2-15|access-date=5 Januari 2021|website=Carm.org}}</ref>
 
== Sejarah ==
Salah satu contoh tertua penggunaan Tradisi Suci sebagai acuan teologis adalah tanggapan Kekristenan [[Orthodoksi|ortodoks]] purba terhadap [[Gnostisisme]], sebuah gerakan keagamaan yang menggunakan sejumlah [[kitab suci|Kitab Suci]] Kristen sebagai landasan ajaran-ajarannya.<ref>[[Alister McGrath|McGrath, Alister]]. 1998. ''Historical Theology: An Introduction to the History of Christian Thought.'' Oxford: Blackwell Publishers. Bab 1 'The Patristic Period, c. 100&ndash;451.'</ref> [[Ireneus]] berpendirian bahwa '[[ketentuan iman]]' ({{lang-el|κανών της πίστης}}, ''kanon tis pistis''; {{lang-la|regula fidei}}) dilestarikan Gereja melalui kesinambungan sejarahnya (dalam hal tafsir dan ajaran) dengan para rasul.<ref>McGrath. op.cit. hlmn. 29&ndash;30.</ref> [[Tertulianus]] menandaskan bahwa sekalipun tafsir-tafsir yang didasarkan atas pembacaan keseluruhan Kitab Suci tidak akan mengarah kepada kesesatan, Tradisi Sucilah pedoman yang tepat.<ref name="auto">McGrath. op.cit. hlm. 30.</ref> [[Athanasius|Atanasius]] berpandangan bahwa [[Arianisme]] jatuh ke dalam jantung kesesatannya karena tidak bepegang kepada Tradisi Suci.<ref name="auto"/>
 
<!--