Gégé Katana Bukuru: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Dalam kalimat hak-hak, sebelumnya pakai spasi. Saya rapatkan, tanpa spasi. |
Miftarahma (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
'''Gégé Katana Bukuru'''<ref>{{Cite web|url=http://www.swemfa.se/2017/12/20/morewomenmorepeace-gege-katana-bukuru/|title=#MoreWomenMorePeace: Gégé Katana Bukuru {{!}} Swedish Foreign Policy News|website=www.swemfa.se|language=en-US|access-date=2018-03-10}}</ref> adalah seorang ''"Iron lady"'' <ref>{{Cite web|url=http://www.levandehistoria.se/press/release/2017/anger-priset-till-gege-katana-bukuru|title=MOREWOMENMOREPEACE: GÉGÉ KATANA BUKURU|last=|first=|date=22 September 2017|website=Forum for Levande Historia|publisher=|access-date=Sabtu 10 Maret 2018}}</ref>dari [[Republik Demokratik Kongo]]
== Perjuangan ==
Awal mula perjuangannya berawal saat dirinya masih kecil dan dilahirkan di sebuah keluarga kerajaan. Dia sangat terkejut saat melihat para pelayan wanitanya bekerja keras sepanjang hari meski memiliki seorang anak kecil. Hal ini menjadikannya sebagai seorang pramuka dan memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya sambil menangani berbagai masalah sosial. Selanjutnya, dia tergabung dalam sebuah organisasi yang dikenal dengan sebutan SOFAD (Solidarité des Femmes Activistes pour la Défense des Droits Humains).<ref name=":0">{{Cite web|title=2017: Gégé Katana Bukuru|url=https://www.levandehistoria.se/english/about-us/anger-prize/prize-winners/2017-gege-katana-bukuru|website=Forum för levande historia|access-date=2021-03-20}}</ref> SOFAD hadir sebagai organisasi perempuan pertama yang membela hak asasi manusia. Ketika berlangsung perang, melihat terjadinya gencatan senjata, para wanita berpikir bahwa wanita perlu memiliki pengaruh besar dalam negosiasi perdamaian dan untuk itu mereka perlu bersekolah. Menurutnya, wanita dapat berkontribusi dalam perdamaian sebab mereka dapat mempengaruhi keluarga laki-laki mereka. selain itu, para wanita juga cenderung untuk tidak menyelesaikan masalah dengan kekerasan, melainkan dengan kerjasama.
Dalam perjuangannya, Gege Katana Bukuru sempat pergi ke pengasingan sebelum kemudian kembali. Para aktivis SOFAD berprinsip untuk menaklukkan ketakutan dan tidak melarikan diri. Menurut mereka, meskipun mereka terancam dan merasa tidak aman, mereka akan tetap melanjutkan perjuangan hingga dapat mencapai tujuan dan mempersiapkan anak-anak muda untuk melanjutkan perjuangan mereka di masa depan.<ref name=":0" />
== Referensi ==
|