Islam di Lampung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dikembalikan ke revisi 18151816 oleh Sejambak (bicara) (🍔)
Tag: Pembatalan
Sejambak (bicara | kontrib)
k Penyempurnaan sejarah
Tag: Dikembalikan referensi ke halaman Wikipedia VisualEditor-alih
Baris 4:
 
== Sejarah ==
Ditilik dari hikayat Baginda Iskandar Zulkarnain Presensi dari Pasai pesisir pantai utara Sumatra diperkirakan 13 Jumadal Akhirah 12 Hijriyah penyebar agama islam, AL-Mujahid dari Pasai pesisir pantai utara Sumatra mengarah pagaruyung yang beragama Buddha 20 Ramadhan 88 H, Agama Buddha muncul dari hasil pemikiran dan pencerahan yang di dapat Sidharta Gautama dalam mencari jalan lain untuk menuju kesempurnaan (nirwana), AL-Mujahid melakukan penguasaan pengislaman Dharmasraya 28 Dzul Qa'idah 665 H, dari Pagarurung Empat Pejuang dari keturunan anak Raja beranjak ke Muko Muko menyebarkan agama Islam 17 Ramadhan 667 H pada zaman ini pengaruh agama hindu mulai masuk di Pagaruyung. Empat Pejuang dari Selawai Seluma tiba di sekala brak 18 Jumadal awwal 678 H Setelah itu Sekala Brak Kuno ditaklukan oleh Empat Umpu yang menolak ajaran agama islam kemudian Kerajaan Sekala Brak Kuno berubah menjadi Kepaksian Sekala Brak pada 29 Rajab 688 Hijriyah Berdirinya Kepaksian Sekala Brak, Seterah mengislamkan Sekala Brak 58 (lima puluh delapan) tahun kemudia bedirilah kerajaan pagaruyung diperkirakan 19 Jumadal Akhirrah 748 Hijriyah dengan berdirinya kerajaan pagaruyung tertanda jatuhnya pengaruh agama hindu di kerajaan Pagaruyung, Asal usul agama hindu diyakini muncul dari perpaduan kebudayaan bangsa Aria dan Bangsa Dravida. Menurut Thomas Walker Arnold, sulit untuk menentukan bilakah masa tepatnya Islam masuk ke Indonesia. Hanya saja, sejak abad ke-2 Sebelum Masehi orang-orang Ceylon telah berdagang dan masuk abad ke-7 Masehi, orang Ceylon mengalami kemajuan pesat dalam hal perdagangan dengan orang Cina. Hinggalah, pada pertengahan abad ke-8 orang Arab telah sampai ke Kanton<ref>https://wiki-indonesia.club/wiki/Islam_di_Indonesia#CITEREFArnold1985,islam di Indonesia</ref>.
 
Suku Bangsa Lampung Kuno yang beragama Animisme (dari bahasa Latin anima atau “roh”) adalah kepercayaan kepada makhluk halus dan roh merupakan asas kepercayaan agama yang mula-mula muncul di kalangan manusia purba. Kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda di Bumi ini (seperti kawasan tertentu, gua, pohon atau batu besar), mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar roh tersebut tidak mengganggu manusia. Selain daripada jiwa dan roh yang mendiami di tempat-tempat yang dinyatakan di atas, kepercayaan animisme juga mempercayai bahwa roh orang yang telah mati bisa masuk ke dalam tubuh hewan. Roh-roh orang yang telah mati juga bisa memasuki tubuh babi atau harimau dan dipercayai akan membalas dendam orang yang menjadi musuh bebuyutan pada masa hidupnya. Bahkan hal tersebut dipercayai sampai turun temurun. Kepercayaan ini berbeda dengan kepercayaan reinkarnasi seperti yang terdapat pada agama Hindu dan Buddha, di mana dalam reinkarnasi, jiwa tidak pindah langsung ke tubuh hewan lain yang hidup, melainkan melalui proses kelahiran kembali kedunia dalam bentuk kehidupan baru. Pada agama Hindu dan Buddha juga terdapat konsep Hukum karma yang berbeda dengan kepercayaan animisme ini. Batu Kayangan dan Batu Brak Peninggalan tersebut terletak di tengah perkebunan kopi pada sebuah lereng bukit kaki Gunung Pesagi di Hanibung batu-batu itu sebagai tanda kuburan tua “para dewa” yang khusus turun dari Kahyangan ke muka bumi, yang dipercaya oleh sebagian Suku Bangsa Lampung sebagai salah satu tempat asal mula suku bangsa Lampung, yaitu sebuah Kerajaan yang letaknya di dataran tinggi di tengkuk gunung pesagi, sebelah selatan Danau Ranau. Dari dataran inilah sebagian leluhur suku bangsa Lampung menyebar selain mendirikan negeri baru menyebarkan agama islam ke setiap penjuru dengan mengikuti aliran Way atau sungai-sungai yaitu Way Tippon, Way Semaka, Way Umpu, Way Besay, Way Jelabat, Way Sunsang, Way Putih Kanan, Way Pengubuan Kanan, Way Giham, Way Petay, Way Hitam, Way Dingin, Way Napalan, Way Gilas, Way Bujuk, Way Tuba, Way Baru, Way Tenong, Way Kistang, Way Panting Kelikik, Way Kabau, Way Kelom, Way Peti, Way Abung, Way Melan, Way Sesau, WayKunyaian, Way Sabu, Way Kulur, Way Kumpa, Way Bangik, Way Babak, Way Tulung Balak, Way Galing, Way Cepus, Way Muara Toping, Way Terusan Nunyai, Way Pematang Hening, Way Banyu Urip, Way Candi Sungi, Way Tulung Biuk, Way Tulung Pius, Way Umban, Way Guring, Way Rarem, Way Gedong Aji, Way Penumangan, Way Panaragan, Way Kibang, Way Ujung Gunung, Way Nunyik, Way Lebuh Dalom, Way Gunung Tukang, Way Pagar Dewa, Way Rawa Panjang, Way Rawa Cokor, Way Tulung Belida, Way Karta, Way Gunung Katun, Way Malai, Way Krisi, Way Komering, Beserta anak sungainya<ref>https://wiki-indonesia.club/wiki/Animisme,animisme</ref>.
=== Masuk melalui Tiga Penjuru ===
 
Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu (Yang Dipertuan Ke-7) menggantikan ayahandanya Umpu Ratu Semula Raja Gelar Ratu Semula Raja menjadi Sultan/SaiBatin Raja Adat Dikepaksian di Kepaksian Sekala Brak sezaman dengan Sultan Banten Perabu Pucuk Amun Tahun 1362 s/d 1472 Masehi. Menurut kisah yang dituturkan turun temurun, Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu merupakan sosok Sultan yang sangat Alim dan Sakti, salah satu bukti kesaktiannya terdapat disalah satu bukit bernama Bukit Selalau didekat pelabuhan Krui di pinggir laut yang sangat misteri, bekas telapak kaki beliau dan perahu beliau yang tertambat rapih sewaktu beliau melakukan perjumpaan dengan Penguasa Bunian Matu. Berdasarkan cerita lain, beliau sering dikabarkan telah mati namun tiba-tiba beliau kembali seperti sedia kala, terakhirkali beliau meniggal dunia di desa Pekon Balak Kecamatan Batu Brak dan dimakamkan di Tambak Bata Luwah Batin Sekala Brak. di Desa Canggu Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung Negara Indonesia , terdapat bekas pijakan kaki yang diyakini nenek moyang pendahulu masyarata Batu Brak adalah bekas pijakan kaki Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu, dan di batu tersebut terdapat bekas cakaran kaki Harimau.
 
Banyak orang datang dari jauh mengaku keturunan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu ini dan ziarah kemakamnya di Batu Brak.Makam keramatnya masih terjaga hingga kini, terlihat batu segi empat yang tertata rapih menutupi permukaan makamnya, letaknya dipinggir tebing yang riskan terhadap pengikisan tanah, akan tetapi atas izin Alloh SWT sudah beberapa kali terjadi Gempa Bumi besar namun tanah makam beliau tak longsor. Terakhir baru- baru ini tahun 2017 sebuah pohon besar berusia ratusan tahun didekat Keramat beliau rubuh dari akar-akarnya, letak pohon sangat dekat dengan makam membuatnya sangat mungkin tertimpa, namun kayu besar yang rubuh kearah Makam Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu itu tidak sedikitpun menimpa makam beliau.
 
Keunikan Makam Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu ini juga terdapat pada ukiran hewan menyerupai ular pada batu yang bersusun dipermukaan makam pada bagian kaki sebelah kiri. Masyarakat menyebutnya ukiran “ Luday “ ( Naga ), hewan yang hanya ada satu dan sebagai penguasa didalam perairan yang paling dalam, tampaknya itulah makna ukiran Luday tersebut yaitu sebagai symbol satu-satunya penguasa atau dalam istilah Lampungnya yaitu SaiBatin sedangkan bahasa arab nya سلطان karena memang kedudukan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu adalah SaiBatin/Sultan di Kerajaan Islam Sekala Brak/Kepaksian Sekala Brak.
 
Kebesaran nama Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu juga dinukilkan dalam Warahan dari daerah Way Kanan, sebuah warahan yang cukup terkenal yaitu Warahan Radin Jambat, diwarahkan dalam bait pantun bahwa Radin Jambat melakukan perjalanan spiritual ke Puncak Pesagi dan dilanjutkan ke Makam Tambak Bata maksudnya adalah Makam Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu, termaksud didalam bait pantun warahan nomer 12 dan 20 yang berbunyi “ Mak Cipak Kuranana, Mak Cipak Kuranani, Ya Laju Lapah Tapa, Haguk Bukti Pesagi, Bupintak Disan Sina, Bukilu Ngati ati “ selanjutnya “ Laju Ngejukko Bura, Seranta Jama Jimat, Mari Tiyanna Laju, Laju di Tambak Bata, PanjangPitu Mesagi, Temegak Nyalan Diwa, Nudungko Salisa Puri, Radin Jambat Kuwasa “ . Tambak Bata Luwah Batin adalah makam Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu beliau adalah seorang Waliyulloh yang menyebarkan agama Islam, saat beliau menundukkan Penguasa Bunian Matu maka tempat berdirinya membekas pada sebuah batu, batu tempat berdiri itulah yang disebut dengan MAQOM SELALAU, dan Maqom itu kemudian menjadi titik patokan wilayah, yaitu mulai dari Maqom Selalau kearah utara sampai ke tebu tegantung yang berbatasan dengan Kerajaan Sungai Limau Bengkulu adalah wilayah Kepakisan Nyerupa, sedangkan mulai dari Maqom Selalau terus ke arah selatan sampai menjumpai Tikokh Bekhak di daerah Tanggamus adalah wilayah Kepaksian Sekala Brak, juga termasuk Suoh, Bandar Negeri Suoh dan Batu brak sekarang ini. Demikian tertulis dalam Kitab tua dari kulit kayu yang disebut Tambo Paksi, tapi saat itu belum ada marga marga berdiri, baru kemudian setelah rentang waktu yang lama, banyak pendatang menuju wilayah pesisir.
 
Diwilayah Pesisir ini terdapat juga beberapa keturunan yang berasal dari Kepaksian Sekala Brak, pada awal-awal penyebarannya adalah Lima Punggawa utusan Kepaksian Sekala Brak untuk menundukkan orang-orang mulia keturunan orang mulia yang disebut (Suku Tumi) yang lari dari Kepaksian Sekala Brak karena tak mau memeluk agama islam, walapun akhirnya Suku tumi di krui berhasil ditaklukkan dan seiring perkembangannya Lima Punggawa tersebut kemudian diabadikan menjadi nama wilayah di pesisir yaitu daerah Penggawa V (Lima) hingga saat ini. Desa-desa Penggawa V saat ini yang berda di Kecamatan Karya Penggawa dan Kecamatan Way Kerui adalah Simbol Penaklukan Suku Tumi oleh Lima Punggawa utusan Kepaksian Sekala Brak.
 
Karena menurut Kitab tua dari kulit kayu yang disebut Tambo Paksi sebagian wilayah dipesisir adalah Wilayah Sekala Brak dan sebagian lagi adalah wilayah Umpu Ratu Nyerupa, maka anak Keturunan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu ada yang hijrah dari Hanibung Batu Brak untuk “ngebujakh lain miccakh” atau membesarkan adat bukan memisahkan diri yaitu di daerah Tenumbang, keturunan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu, Sultan Sekala Brak itu sebagai wakil dari Kepaksian Sekala Brak untuk mengurus wilayah di Pesisir, namun walau telah ada wakil di Tenumbang saat itu, SaiBatin Kepaksian Sekala Brak yaitu Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu masih tetap turun menjaganya, sehingga disana terdapat Maqom Selalau. Adat nestiti yg berlaku “ Umpu Ratu mejong di hejongan” artinya adalah hanya anak nya Umpu ratu yg duduk menduduki kebesaran nya / jenganan adat Kepaksian nya, jadi anak tuha pantang dan tidak mungkin meninggalkan tahta nya, menebas hutan bersusah payah membuka pemukiman baru.
 
Pada era selanjutnya ada nama Rakian Sakti yaitu anak dari Ratu Mengkuda Pahawang Umpu Ratu Bejalan Di Way Jurai ke- 4 ( empat ) hijrah pula ke pesisir menuju daerah Ngambur. Seiring berjalannya waktu banyak pula kelompok- kelompok yang datang dari luar dan meminta izin kepada Keturunan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Sultan Kepaksian Sekala Brak di Tenumbang untuk membuka lahan mendirikan perkampungan baru. Wilayah Umpu Ratu Nyerupa di Wilayah Pesisir sangat strategis, maka pada abad Ke-16 M Berlangsung Sejak Tahun 1501 M Sultan Banten mengajak kerjasama ekonomi dengan dengan Umpu Ratu Nyerupa, bentuk kerjasama itu dikeluarkanlah Piagam Perjanjian oleh Sultan Abdul Mahasin Muhammad Zainal Abidin.
 
Dari Wilayah Kepaksian Sekala Brak dan Umpu Ratu Nyerupa di Pesisir inilah kemudian berdiri marga-marga, khususnya lagi saat Abad Ke-19 M tahun 1824 M terjadilah Traktat London, tukar guling kekuasaan Inggris dan Belanda, saat pemerintahan colonial belanda menggantikan Inggris untuk berkuasa di Wilayah Keresidenan Bengkulu termasuk wilayah pesisir krui, maka berdiri marga-marga disepanjang pesisir, saat terjadi traktat London itu tercatat telah ada 10 ( sepuluh ) Marga di Pesisir yaitu Tenumbang, Ngambur, Way Sindi, Punggawa Lima, Ngaras, Bengkunat, Belimbing, Pugung Tampak, Pugung Bandar, Pugung Malaya.
Kemudian pada tahun-tahun selanjutnya Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan lagi marga- marga baru di wilayah Pesisir begitu juga di wilayah Pusat Kepaksian Sekala Brak, salah satunya sebagai bagian dari politik Devide Ed Imperanya. Namun demikian walapun telah banyak berdiri marga diwilayah pesisir, adat istiadat dan sejarah kepemimpinan tetap mimiliki benang merah dan kaitan erat dengan Kepaksian Sekala Brak sebagai Bumi Asal Para SaiBatin, banyak keturunan bangsawan Kepaksian Sekala Brak yang memang sejak awal memegang kepemimpinan sebagai SaiBatin Marga, selain itu juga Marga- Marga yang telah ada saat ini menjaga khazanah adat istiadat Kesaibatinan yang dibawa dari Kepaksian Sekala Brak ke wilayah Pesisir. Dan jika menengok sejarah yang silam, jejak kebesaran Wilayah Kepaksian Sekala Brak di Pesisir tetap ada, salah satunya adalah dengan adanya Maqom Selalau, jejak tapak Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu Gelar Sultan Umpu Ratu Selalau Sanghyang Sangun Gukhu untuk mengenang kebesaran Kepaksian Sekala Brak, keturunan Empat Umpu Ratu yang bertalian darah persaudaraan<ref>https://sekalabrak.com/tujuh-pedoman-hidup-suku-bangsa-lampung/,kepaksian sekala brak</ref>.
=== Masuk melalui Tiga Penjuru ===
Barangkali, tidak semua orang mengetahui agama Islam masuk Lampung sekitar abad ke-15 melalui tiga pintu utama. Dari arah barat (Minangkabau) agama ini masuk melalui Belalau (Lampung Barat), dari utara (Palembang) melalui Komering pada masa Adipati Arya Damar (1443), dan dari arah selatan (Banten) oleh Fatahillah atau Sunan Gunung Jati, melalui Labuhanmaringgai di Keratuan Pugung (1525). Diriwayatkan kedatangan AL-Mujahid dari Pasai pesisir pantai utara Sumatra, Keturunan Sultan Iskandar Zulkarnain Gelar Sultan Yang Dipertuan, Sampainya-n di Pagaruyuang, kemudia setelah berdirinya Kerajaan Pagaruyung, dari Pagaruyung Empat Umpu dari keturunan anak Raja tersebut beranjak ke Muko Muko menyebarkan agama Islam. Setelah itu Kerajaan Sekala Brak Kuno ditaklukan oleh Empat Umpu yang menolak ajaran agama islam kemudian Kerajaan Sekala Brak Kuno berubah menjadi Kepaksian Sekala Brak. Yang berada di Empat Titik Kebesaran, yaitu pada Kepaksian Pernong terletak di kaki Gunung Pesagi di HANIBUNG Kecamatan Batu Brak, Kab. Lampung Barat (Gunung tertinggi di tanah Lampung), Kepaksian Nyerupa berada di Tampak Siring, Kepaksian Bejalan Di Way berada di puncak, Kepaksian Belunguh berada di Tanjung Menang.
Kepaksian Sekala Brak adalah nama asli dari pada Struktur Organisasi yang berdiri sejak masunya agama islam pada masa Suku Bangsa Lampung Rabu 24 Agustus 1289 Masehi (29 Rajab 688 H). Keempat Kepaksian dijadikan Paksi Pak Sekala Brak artinya Empat pemegang tertinggi di Sekala Brak. Dalam perkembangan sejarah dan sebutan terminology sekarang Struktur Kepaksian, Struktur yang dipegang oleh seorang Sultan/Saibatin Raja Adat di Kepaksian. dahulu pada Era Kepaksian Sekala Brak sebutan Kepaksian adalah Kerajaan<ref>{{Cite web|last=Sekalabrak|first=Kerajaankepaksianpernong|date=2021-03-04|title=KEPAKSIAN SEKALA BRAK – SEKALA BRAK|url=https://sekalabrak.com/tujuh-pedoman-hidup-suku-bangsa-lampung/|language=id-ID|access-date=2021-03-20}}</ref>.[[Berkas:Dolmen Batu Brak di Hanibung.jpg|jmpl|Prasasti BATU KAYANGAN dan BATU BRAK Simbol Penaklukan, AL-MUJAHID PENYEBAR AGAMA ISLAM Pada Masa Suku Bangsa Lampung Terletak di kaki Gunung Pesagi (Gunung tertinggi di Tanah Lampung) Ajang Plato HANIBUNG.]]