Elpidius van Duijnhoven: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
Rescuing 0 sources and tagging 2 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
||
Baris 2:
[[Berkas:Oppung Dolok JPG.jpg|jmpl|Sampul Depan Buku Biografi Elpidius Van Duijhoven (Oppung Dolok) karya Simon Saragih (Bina Media Perintis, 2014)]]
'''Elpidius Van Duijnhoven''' (Lahir di Erp, Belanda, pada 7 Oktober 1906, meninggal di Simalungun, Sumatra Utara, tahun 1993) adalah imam dan misionaris Katolik yang berkarya di Sumatra Utara, khususnya Kabupaten Simalungun dan sekitarnya<ref>Lih. http://www.peduligerejakatolik.org/2014/02/penjualan-buku-elpidius-van-duijnhoven.html{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, diakses 10 Maret 2015</ref>. Orang-orang yang sempat merasakan pelayanan dan menyaksikan teladan hidup imam saleh dan penuh kasih ini menyematkan sebuah panggilan hormat dengan nada akrab dan sayang kepadanya, yakni Oppung Dolok. Kini namanya diabadikan melalui sebuah perguruan Katolik, SMA Van Duijnhoven di [[Saribudolok]]<ref>Lih. http://smavanduynhoven.blogspot.com/2013/05/sma-van-duynhoven-saribudolok-sebagai.html, diakses 5 Maret 2015</ref> (sebuah kota kecamatan di Kabupaten Simalungun, kira-kira 80 Km dari Kota Medan). Sebuah buku biografi tentang kisah, karya dan teladan hidupnya diterbitkan pada tahun 2014 dengan judul “ELPIDIUS VAN DUIJNHOVEN, OPPUNG DOLOK, RASUL DARI SIMALUNGUN” yang disusun oleh seorang wartawan Kompas, Simon Saragih<ref>Saragih Simon,''Elpidius Van Duijhoven, Oppung Dolok, Rasul dari Simalungun Atas''. Medan: Bina Media Perintis, 2014.</ref>.
== Kehidupan Awal dan Latar Belakang Keluarga ==
Baris 14:
Elpidius tidak serta merta dapat menjalankan pewartaan Injil dengan leluasa ketika pertama kali tiba Sumatra Utara. Dia mesti menunggu kira-kira satu tahun hingga pemerintah Kolonial Belanda secara resmi mengizinkan misi Katolik memasuki tanah Batak<ref>Bdk. ''Saragih Simon, Elpidius...''hlm.7</ref>. Sejak itu Elpidius mengembara dari desa ke desa di daerah Simalungun; bertemu, bertukar pikiran, membantu dan juga mendidik penduduk asli seraya menaburkan benih-benih Injil. Daerah lain yang pernah menjadi tempat pewartaannya adalah tanah Karo dan Aceh Tenggara<ref>Bdk. ''Saragih Simon, Elpidius...''hlm.7-8</ref>.
* '''Era Pendudukan Jepang'''
Masuknya tentara Jepang ke Indonesia berkat kemenangan dalam [[perang pasifik]], menimbulkan pergolakan di sejumlah wilayah Indonesia. Sumatra Utara terseret dalam pusaran perang karena perwakilan pemerintah Belanda di Sumatra Utara menolak takluk kepada Jepang dan memilih medan perang sebagai arena mempertahankan kekuasaan<ref name="univpgri-palembang.ac.id">Lih. Riclefs M.C., ''A History of Modern Indonesia c. 1200''. Dimuat dalam http://www.univpgri-palembang.ac.id/perpus-fkip/Perpustakaan/History/Sejarah%20Indonesia%20Modern%201200.pdf{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, diakses 5 Maret 2015</ref>. Perang tersebut merenggut banyak nyawa, termasuk warga sipil. Elpidius tetap menjalankan pelayanannya di tengah kecamuk perang tersebut, memimpin ibadah penguburan para korban perang. Dalam menjalankan tugasnya, Elpidius beberapa kali berhadapan dengan ancaman bahaya seperti dihadang, bahkan disandera tentara Jepang dan dihentikan perampok dalam perjalanan dari daerah misi, namun dia selalu tegar dan tak pernah ragu menjalankan tugas demi sesama dan untuk melayani Tuhan<ref>Saragih Simon, ''Elpidius...''hlm. 15, 17-19</ref>.
* '''Era Kemerdekaan'''
Kekalahan Jepang dalam perang dunia II, membuka jalan dan titik terang bagi rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Namun kemerdekaan itu tidak serta merta mebawa kenyaman dan kesejahteraan hidup masyarakat. Pergolakan-pergolakan kecil terjadi di sejumlah daerah dan pusat (Jakarta). Kemudian sebuah prahara nasional melanda negeri ini, yang kemudian kita kenal dengan istilah [[G-30- S-PKI]]<ref name="univpgri-palembang.ac.id"/>. Gerakan anti PKI merebak dengan cepat ke seluruh pelosok negeri, diikuti tindakan-tindakan represif bahkan brutal. Penindasan dan pembunuhan marak terjadi dengan slogan “membersihkan antek-antek PKI”.
|